KESIMPULAN Kehidupan Bangsawan Melayu Kesultanan Langkat Sebelum dan Sesudah Revolusi Sosial

94

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan serta yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kehidupan bangsawan Melayu Kesultanan Langkat sebelum dan sesudah revolusi sosial. Masa Kolonial Belanda dapat dikatakan merupakan masa yang terbaik bagi golongan bangsawan Melayu. Hubungan kerjasama dengan Belanda, sultan dan bangsawan Melayu di Kesultanan Langkat memperoleh keistimewaan. Keistimewaan itu tidak hanya kedudukan di pemerintahan, tetapi juga dalam kehidupan ekonomi dan sosial. Dari konsesi tanah perkebunan dan tambang minyak, Sultan Langkat dan golongan bangsawan bergaya hidup mewah yang telah menjadi kebutuhannya. Mereka pun sangat dihormati dan disegani oleh rakyat. Bagi rakyat, ketika bertemu atau bertegur sapa dengan golongan bangsawan merupakan suatu keberkahan. Keistimewaan ini mulai mengalami kemunduran sejak masa krisis ekonomi tahun 1930-an dan pendudukan Jepang. Gaya hidup mewah yang dipertahankan sultan, mengakibatkan sultan terlilit utang. Gaji dan royalty yang didapat dari Belanda mulai berkurang karena untuk menutupi utang. Pada masa pendudukan Jepang, kekuasaan sultansebagai pemerintah lokal tidak lebih sebagai “boneka” oleh Jepang. Mereka harus turun ke jalan untuk mengerahkan rakyat demi kepentingan Jepang. Akan tetapi gaya hidup mewah yang masih diperlihatkan para bangsawan untuk menunjukkan prestise mereka Universitas Sumatera Utara 95 mendapat protes dari para tokoh pergerakan. Selain itu sikap ragu-ragu yang ditunjukkan para bangsawan untuk melebur ke dalam pemerintahan RI dan berusaha untuk berkomunikasi kembali dengan Belanda membuat para pemuda yang tergabung dalam pasukan perjuangan Volksfront menuduh para bangsawan telah mempersiapkan Comite van Ontvangst untuk menyambut kedatangan Belanda.Hal ini yang menjadi latar belakang para tokoh pergerakan untuk meruntuhkan hegemoni kekuasaan golongan bangsawan yang dikenal dengan sebutan peristiwa revolusi sosial. Revolusi sosial di Langkat berjalan cukup tragis. Para bangsawan Kesultanan Langkat dibunuh, putri sultan juga menjadi korban perkosaan, serta harta benda dijarah. Bangsawan yang ditangkap harus berkali-kali pindah tahanan. Mereka ditahan selama hampir satu tahun lebih. Selama ditahanan mereka mendapat perlakuan buruk seperti, memakan makanan seperti binatang, mandi hanya satu kali seminggu, buang air di dalam ruang tahanan, dan kerap mendapat makian dan pukulan fisik. Setelah adanya pernyataan dari pemerintah bahwa revolusi sosial yang berjalan tidak sah, maka para bangsawan resmi dibebaskan. Pasca revolusi sosial hidup mereka berubah total. Harta dan tahta yang dulu selalu dibanggakan telah musnah. Kini hanya gelar kebangsawanan yang dipakainya yang menunjukkan identitas mereka sebagai golongan bangsawan. Trauma yang masih membelenggu mereka, membuat sebagian ada yang meninggalkan gelar kebangsawanan tersebut. Universitas Sumatera Utara 96 Kekuasaan yang selama lebih dari seabad dipegang oleh golongan bangsawan secara otomatis telah beralih ke tangan para golongan yang memiliki latar belakang politik dan militer. Akan tetapi setelah tahun 1960-an para bangsawan lebih banyak terjun ke dalam sektor ekonomi dan pendidikan, meskipun ada yang sebagian bangsawan Melayu sebagai elite modern dipercaya untuk memegang kepemimpinan dan politik. Untuk melanjutkan perjalanan hidup, mereka harus bangkit dengan mengupayakan berbagai cara. Mereka mencoba kembali untuk mengumpulkan kekuatan dengan membangun pemerintahan adat Melayu yang dikepalai oleh pemangku adat yang dipilih secara turun- temurun. Menjelang reformasi, pemerintahan adat Melayu yang awalnya masih bersifat internal mulai diperluas dengan membentuk kembali pemerintahan daerah seperti kejuruan dan kedatukan serta melakukan penabalan sultan sebagai pemimpin adat Kesultanan Langkat. Kaum bangsawan juga mengumpulkan kembali sanak keluarga yang telah terpisah- pisah akibat revolusi sosial dengan membentuk suatu perkumpulan atau arisan keluarga. Selain itu, mereka juga berusaha mengumpulkan sisa-sisa harta untuk menyambung hidup dan membiayai pendidikan anak-anaknya. Dengan kemampuan yang dimilikinya mereka mulai membuka usaha sendiriberdagang dan ada yang menjadi pegawai biasa. Bagi bangsawan yang pada masa Belanda telah berpikiran maju dan memanfaatkan kekayaan mereka untuk pendidikan, mendapat pekerjaan tidaklah sulit karena selama berdirinya pemerintahan NST mereka diterima sebagai pegawai di instansi pemerintah maupun swasta. Universitas Sumatera Utara 97 Kini, dapat dikatakan kehidupan para bangsawan Melayu di Langkat telah membaik. Mereka mampu bangkit dari belenggu revolusi sosial. Para korban dan pelaku revolusi sosial pun telah banyak yang meninggal, meskipun masih ada sebagian yang masih trauma terhadap apa yang mereka alami ketika revolusi sosial. Dari penguraian di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa roda kehidupan selalu berputar, kadang di atas, dan kadang di bawah. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa kadang yang terbaik adalah tidak menggali sesuatu yang tersembunyi, menemukan kebenaran tidak selalu yang terbaik. Memang kita tidak harus mengungkit kembali luka lama yang bisa menyakiti pihak lain, tetapi apa yang dilakukan penulis bukanlah untuk menemukan sisi kebenarannya, melainkan ingin menunjukkan satu fakta dan sebagai motivasi kepada kita semua bahwa hidup itu berharga. Untuk itu, letakkan maafkan masa lalu dan lihatlah masa depan. Universitas Sumatera Utara 14

BAB II KAUM BANGSAWAN MELAYU LANGKAT