Latar Belakang Peristiwa Revolusi Sosial

41

BAB III PERISTIWA REVOLUSI SOSIAL DI LANGKAT

3.1 Latar Belakang Peristiwa Revolusi Sosial

Telah dijelaskan di bab dua bahwa situasi di Sumatera Timur pasca kemerdekaan Indonesia mengalami gejolak. Berbagai konflik dan hambatan satu persatu datang menghadang Negara Republik Indonesia di wilayah Sumatera Timur yang baru seumur jagung. Mulai dari kerusuhan-kerusuhan yang dipelopori SekutuNICA 78 , hingga mengontrol kelompok radikal yang non-kooperatif 79 dalam mempertahankan Republik Indonesia. Partai-partai politik dengan laskar rakyatnya yang bergabung di dalam Volksfront merasa tidak suka dengan sikap dan kebijakan yang ditunjukkan oleh T.M. Hasan dalam memimpin pemerintahan. 80 Sikap tidak suka ini berawal dari pertemuan yang diadakan pada tanggal 8 September 1945 sebelum pertemuan di Taman Siswa oleh T.M. Hasan dengan tokoh politik, antara lain Abdul Xarim MS, Mohammad Said, dan Jahja Jacoeb di rumah dr. Amir di Tanjung 78 Netherlands Indisch Civil Administration atau NICA adalah sebuah badan pemerintahan sipil Hindia Belanda yang dibentuk oleh Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dr. H.J. van Mook dan pembantu utamanya Ch. O. van der Plas selama mereka masih berkedudukan di Australia, tidak berapa lama setelah Jepang menyerah. NICA ini yang telah direncanakan Belanda menjadi badan resmi yang akan mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari tangan Jepang. Lihat, Biro Sejarah Prima,Medan Area Mengisi Proklamasi. Jilid I, Medan : Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976, hlm. 82. 79 Kelompok radikal tersebut antara lain, Saleh Umar, Marzuki Lubis, dan Jacob Siregar PNINapindo, Luat Siregar, dan Nathar Zainuddin PKI, Sarwono Sastrosutardjo Pesindo, dan Bachtiar Yunus Hizbullah. Lihat, Suprayitno, “Revolusi Sosial di Sumatera Timur Maret 1946 Tragedi Amir Hamzah” dalam Agus Suwignyo ed., Sejarah Sosial di Indonesia : Perkembangan dan Kekuaatan 70 Tahun Prof. Dr. Suhartono Wiryo Pranoto, Yogyakarta : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, 2011, hlm. 149. 80 Ibid., hlm. 150. Universitas Sumatera Utara 42 Pura. Dalam pertemuan ini T.M. Hasan dan dr. Amir lalai sehingga sama sekali tidak menyinggung masalah kemerdekaan Indonesia kepada mereka. Hal ini menimbulkan kekecewaan para tokoh politik terhadap kedua para pemimpin itu. Sikap dr. Amir sendiri sudah tidak begitu perduli terhadap proklamasi kemerdekaan karena beliau menganggap proklamasi hanyalah sandiwara belaka. 81 Kekecewaan para tokoh politik ini semakin mendalam dengan adanya kebijakan T.M. Hasan yang berusaha melakukan diplomasi terhadap golongan bangsawan kesultanan di Sumatera Timur agar melebur ke dalam republik. 82 Akibat desakan oleh para pemimpin politik, pada tanggal 31 September 1945T.M. Hasan memanggil seluruh para pemuda yang tergabung dalam Barisan Pemuda Indonesia BPI dalam rapat sosialisasi Kemerdekaan Indonesia di gedung Taman Siswa Medan. Akhirnya pada tanggal 6 Oktober 1945, bendera merah putih resmi dikibarkan di lapangan Esplanade lapangan Merdeka sekarang, Medan. 83 Pada tanggal 25 Desember 1945, T.M. Hasan melakukan kunjungan di Aceh. Selama gubernur Sumatera tidak berada di tempat, mulai tampak perubahan yang mencurigakan di wajah politik dr. Amir. Selama menjabat sebagai wakil gubernur, ia mulai berhubungan erat dengan beberapa tokoh komunis seperti Mr. Luat Siregar, dan Joenoes Nasution. Pada bulan itu, dr. Amir berangkat ke Jawa bersama Mr. Luat Siregar dan Adinegoro, serta Dr. Djamil 81 Biro Sejarah Prima,op.cit., hlm. 100-101. 82 Suwignyo, loc.cit. 83 Anthony Reid, Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera Timur, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm. 268; 271. Universitas Sumatera Utara 43 atas tawaran sekutuNICA. Malah sepulangnya dari Jakarta, tanggal 3 Januari, sikap dr Amir menambah kecurigaan pemuda, karena dr. Amir mengatakan bahwa politik dan ekonomi di Sumatera dapat bebas dilakukan sendiri tanpa harus mengikuti sistem pemerintahan RI di Jawa. 84 Pada tanggal 17 Januari 1946, dr. Amir bersama dengan Mr. Luat Siregar dan Jahja Jacoeb ditugaskan untuk memimpin Balai Layanan Informasi Penerangan dan Penyelidikan untuk memberikan panduan mengenai langkah-langkah menjalankan sistem pemerintahan, memberikan pendidikan politik kepada penduduk atas dasar untuk berpartisipasi memberikan ide-ide, baik di bidang politik, agama, dan sosial, serta digunakan sebagai sarana konferensi pers, publikasi, dan siaran radio disamping mengendalikan pers. 85 Pada tanggal 3 Februari 1946 diadakan rapat antara Komite Nasional Indonesia KNI daerah Sumatera Timur dengan gubernur Sumatera dan para sultan yang dihadiri oleh Tengku Hafas Residen Sumatera Timur. Dalam rapat itu KNI meminta agar para sultan, raja-raja dan sibayak dalam tempo yang sesingkat-singkatnya segera mengubah sistem pemerintahannya dari otokrasi ke demokrasi sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. 86 84 Ibid., hlm. 356. 85 Lihat NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De Sociale Revolutie Ter Oostkust van SumateraNo. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dandi ARA 1207Archief Algemeene Secretarie Kist II, dossier 51. 86 Kementerian Penerangan R.I. Republik Indonesia : Propinsi Sumatera Utara. Medan: CV Karya Purna. 1953, hlm. 76. Kemudian para sultan dan raja-raja yang diwakili oleh Sultan Langkat memberikan pidato bahwa mereka berjanji akan setia terhadap Pemerintahan Republik Indonesia. Di dalam pidato itu, Sultan Langkat juga meminta agar gubernur Sumatera dapat Universitas Sumatera Utara 44 menyampaikan kepada presiden RI mengenai permohonan para sultan agar mempertimbangkan pembentukan daerah istimewa di Sumatera Timur. 87 Berselang tiga hari pasca pertemuan itu yakni pada tanggal 6 Februari 1946, Gubernur Sumatera, T.M. Hasan didampingi Abdul Xarim MS dan pejabat pemerintahan lainnya melakukan kunjungan ke Selatan dengan tujuan untuk melihat keadaan-keadaan di Dari isi pidato yang diucapkan Sultan Langkat, tersirat bahwa tidak terlihat jelas kesungguhan mereka untuk setia ke dalam republik, karena sejujurnya tujuan mereka adalah ingin supaya wilayah kekuasaan mereka di Sumatera Timur menjadi daerah istimewa sehingga tetap melanggengkan sistem kekuasaan otokrasi mereka meskipun tidak seperti pada masa Belanda. Hal ini disebabkan oleh adanya segelintir bangsawan pro Belanda yang selalu menghasut para sultan agar tidak menyatukan diri ke dalam Republik. Misalnya, Sultan Langkat yang selalu dihasut oleh penasehatnya Datuk Jamil pro Belanda, sehingga membuat sultan ragu-ragu dalam mengambil tindakan terhadap republik. Bagi golongan politik, ini merupakan gong sebagai pertanda permainan mereka telah berakhir, dan kini akan dimulai permainan baru yang diprakarsai oleh golongan politik untuk menghancurkan kekuasaan otokrasi para bangsawan. 87 Permintaan untuk menjadi daerah istimewa di Sumatera Timur berkaitan dengan kebijakan presiden RI terhadap peleburan kerajaandi Jawa Yogyakarta menjadi daerah istimewa Yogyakarta. Pidato Sultan Langkat pada tanggal 3 Februari 1946, lihat Mansyur. The Golden Bridge : Jembatan Emas 1945. Medan : Lembaga Sosial Juang 45 Medan Area. Tanpa Tahun, hlm. 265-266. Rapat ini pun belum membuahkan hasil karena para sultan masih ragu untuk bergabung ke dalam republik, hanya Sultan Serdang yang terang-terangan mendukung republik. Di sisi lain para sultan dan golongan bangsawan masih menunggu uluran tangan Belanda untuk membantu mereka membangkitkan kembali kekuasaan kesultanan yang sedang mati suri. Hal ini yang menimbulkan ketidaksenangan kelompok radikal terhadap para sultan yang mereka anggap sebagai kelompok feodal dan musuh republik.; Soeara Merdeka, 20 Februari 1946, dan Merdeka, 21 Februari 1946. Universitas Sumatera Utara 45 daerah-daerah tersebut dari dekat guna terjalin hubungan kerjasama koordinasi di seluruh Sumatera. 88 Selama gubernur Sumatera melakukan perjalanan, pemerintahan dipegang oleh dr. Amir. Situasi ini dimanfaatkan oleh dr. Amir dan tokoh radikal lainnya 89 Kelompok radikal semakin melebarkan sayapnya dan menunjukkan wajah “garang”nya di Sumatera Timur. Mereka juga membentuk Ekonomi Rakyat Republik Indonesia ERRI untuk menguasai perkebunan yang terbengkalai dan hasilnya dijual guna membeli senjata untuk persiapan perang. untuk merencanakan sesuatu yang masih belum terlihat pergerakannya. 90 Sultan pun kehilangan hak istimewanya atas tanah perkebunan tersebut, sedangkan rakyat Melayu harus menyingkir dari tanah-tanah yang telah mereka garap sejak masa Belanda. Di Langkat, Tengku Amir Hamzah sejak bulan Februari secara diam-diam mengundurkan diri dari kedudukan jabatan republiknya asisten residen karena tekanan-tekanan berat dari Sultan Langkat dan Datuk Jamil sekretaris sultan yang pro Belanda, serta di lain pihak mendapat tekanan dari para pemuda militan. Tokoh politik penting dari PNI dan bekas Gerindo, Adnan Nur Lubis mengambil alih tugas- tugas pemerintahannya atas persetujuan KNI Langkat. 91 88 Tujuh keresidenan yang akan dikunjungi Mr. T.M. Hasan yaitu Tapanuli, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Palembang, Lampung, dan Bengkulu. Lihat, Soeloeh Merdeka, 22 Maret 1946. 89 Tokoh radikal itu antara lain, Luat Siregar, Sarwono Sastrosutardjo, Nathar Zainuddin, dan Abdul Xarim MS. 90 Reid, op.cit., hlm. 369. 91 Ibid., hlm. 360. Universitas Sumatera Utara 46 Pada tanggal 27 Februari, kelompok radikal dan dr. Amir membawa Mayor Inggris, Fergusen pergi ke Asahan dan Pematang Siantar untuk meninjau daerah republik. Disana mereka diterima baik oleh rakyat dengan slogan-slogan “merdeka”. 92 Di sisi lain, pergolakan di Sumatera Timur yang perlahan-perlahan mulai jelas arahnya membuat para sultan dan bangsawan cemas. Suasana kekalutan mendera Sultan Langkat dan golongan bangsawan. Mereka sering mengadakan pertemuan tertutup untuk membahas kekuatan pergerakan dan nasib mereka. Pertemuan ini, mereka lakukan secara hati-hati agar tidak membuat anak istri mereka cemas. Laskar rakyat hilir mudik di jalan- jalan raya Langkat. Truk mengangkut laskar rakyat silih berganti. Gerak-gerik sultan dan bangsawan pun mulai diawasi. Tengku Muhammad Khalid dan bangsawan lainnya sudah memiliki firasat buruk bahwa suatu hal yang mengerikan akan terjadi kepada hidup mereka. Di samping itu, mereka memprovokasi rakyat dengan isu-isu yang tak menyedapkan bahwa para sultan telah membentuk Comite van Ontvangst sehingga membuat rakyat tidak senang terhadap golongan bangsawan. 93 Bangsawan Melayu yang tergabung dalam TKR pun mengalami tekanan. Ketidakseimbangan berita sangat mengganggu mereka. Sebagian bangsawan memilih 92 Lihat NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De Sociale Revolutie Ter Oostkust van SumateraNo. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dandi ARA 1207Archief Algemeene Secretarie Kist II, dossier 51. 93 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983; Wawancara, dengan Jalilah Yahya, Stabat, 7 Mei 2014. Universitas Sumatera Utara 47 menjauhi Kota Tanjung Pura, menyingkir ke rumah-rumah orang Melayu kebanyakan di luar kota. Akan tetapi hal itu tidak mudah karena rakyat yang dulu merasa tersanjung bila sekedar memperoleh lambaian tangan kaum bangsawan, sekarang mereka merasa turut terancam apabila didekati kaum bangsawan itu. Mereka khawatir akan turut dicurigai laskar rakyat. 94 1. Pada masa Belanda golongan bangsawan yang menguasai kekuasaan di pemerintahan Kesultanan Langkat. Mereka juga banyak yang bekerja sebagai pegawai di Pemerintahan Belanda. Tidak ada penduduk pribumi yang diperbolehkan untuk menduduki kekuasaan tertinggi. Di kerapatan Kesultanan Langkat, orang yang menjadi hakim atau jaksa adalah keluarga sultanbangsawan. Jadi, hal ini menimbulkan sikap pilih kasih dalam menjatuhi hukuman terhadap terdakwa. Selama mereka menumpang di rumah rakyat, mereka juga turut membantu dalam urusan rumah tangga sang pemilik rumah seperti memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Menurut Rokyoto, ada beberapa keburukan sultan yang membuat para pemuda yang tergabung dalam laskar rakyat harus menyingkirkan mereka, yaitu sebagai berikut. 2. Pada masa pendudukan Jepang, para pemuda berusaha mendekati Jepang untuk bekerja sama sebagai taktik untuk menghancurkannya. Pada akhirnya para sultan dan bangsawan lah yang berhasil mendekati Pemerintah Jepang dan mendapat hak istimewa. Pada masa Jepang semua partai-partai politik dihapuskan dan 94 Amiruddin Noor, Putri Melayu : Kisah Cinta dan Perjuangan Seorang Gadis Melayu di Tengah Kecamuk Pembantaian, Yogyakarta : Bentang, 2009, hlm. 41. Universitas Sumatera Utara 48 hanya BOMPA yang tetap diperbolehkan. Hal ini yang membuat pemuda curiga kepada sultan dan bangsawan yang dianggap mereka telah menghasut pemerintahan Jepang agar membekukan partai politik. Selain itu, para sultan disuruh Jepang untuk mengumpulkan rakyat menjadi romusha sehingga membuat rakyat semakin tidak senang terhadap sultan. 3. Ketika sekutu datang memboncengi NICA, bangsawan Langkat meminta bantuan kepada Jepang yang telah mengadakan perjanjian dengansekutuNICA untuk mengamankan orang-orang Belanda dan sarana umum seperti rumah sakit karena situasi sedang chaos. Ternyata dibalik itu sultan mengevakuasi keluarga Rampen yang merupakan orang Belanda yang bekerja di Rumah Sakit Bangkatan. Satu kompi panser Jepang mengamankannya untuk dibawa ke markas Belanda di Binjai. 95 Beberapa hari sebelum terjadi revolusi sosial, dua orang pemuda dari laskar mendatangi istana Langkat untuk bertemu dengan Sultan Mahmud. Dalam pembicaraan itu, mereka meminta agar sultan memasang bendera merah putih di halaman istana. Akan tetapi Datuk Jamil yang pro Belanda segera menolaknya dengan berbagai alasan. Sultan pun yang selalu dibayang-bayangi pengaruh Datuk Jamil merasa tidak bisa berbuat apa-apa. 96 95 Wawancara, S.P. Dewi Murni dengan Rokyoto, Binjai, 12 Juni 1983. 96 Tengku Mochtar mengatakan bahwa ia sangat kecewa kepada abangnya Tengku Mahmud karena terlalu mempercayai Datuk Jamil sebagai penasihatnya yang sudah jelas merupakan boneka Belanda.Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Mochtar Azis, Medan, 22 Juli 1983. Akhirnya Tengku Amir Hamzah melerai dan menyetujuinya. Inilah suatu peristiwa yang Universitas Sumatera Utara 49 menjadi penanda dimulainya revolusi sosial di Langkat yang ditujukan untuk menyingkirkan golongan bangsawan.

3.2 Jalan Peristiwa Revolusi Sosial