2. Handheld display
Handheld display bekerja dengan sebuah layar kecil yang pas atau sesuai dengan
genggaman pengguna. Handheld AR merupakan solusi untuk video-see through. Mulanya, teknik ini bekerja dengan penanda fiducial, dan kemudian GPS, dan
sensor MEMS Microelectromechanical systems seperti kompas digital, accelerometer, dan gyroscope
. Saat ini, pelacakan tanpa marker, yaitu SLAM Simultaneous localization and mapping
seperti PTAM yang mulai digunakan. Keuntungan utama dari handheld AR adalah mudah digunakan, dapat dibawa
kemana-mana portable dan telah dilengkapi kamera.
2.4. Vuforia
Vuforia merupakan software library untuk augmented reality yang menggunakan
sumber yang konsisten dan fokus pada image recognition. Vuforia mempunyai banyak fitur dan kemampuan yang dapat membentuk dalam pengembangan bagi
pengguna Augmented reality. Dengan bantuan iOS, Android, dan Unity 3D, platform vuforia mendukung para pengembang untuk membuat aplikasi yang dapat digunakan
hampir semua jenis smartphone.
Gambar 2.2. Struktur Vuforia Lestari, 2015
Target pada vuforia merupakan objek pada dunia nyata yang dapat dideteksi oleh kamera, untuk menampilkan objek virtual. Beberapa jenis target pada vuforia
adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Image targets, contoh : foto, papan permainan, halaman majalah, sampul buku, kemasan produk, poster, kartu ucapan. Jenis target ini menampilkan gambar sederhana
dari Augmented Reality. 2. Frame markers, tipe frame gambar 2D dengan pattern khusus yang dapat
digunakan sebagai potongan permainan di permainan pada papan. 3. Multi-target, contohnya kemasan produk atau produk yang berbentuk kotak ataupun
persegi. Jenis ini dapat menampilkan gambar sederhana Augmented 3D. 4. Virtual buttons, yang dapat membuat tombol sebagai daerah kotak sebagai sasaran
gambar .
2.5. Android
Sistem operasi dari Google yang dikembangkan dari kernel Linux mempunyai penggunaan yang sangat pesat. Android merupakan perangkat lunak open source
dengan dukungan komunitas yang besar sehingga dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Seiring perkembangannya Android sekarang tidak hanya digunakan pada
perangkat handheld seperti Smartphone dan Smart Watch, namun dengan cepat telah memasuki ranah otomotif, hingga perangkat elektronik pada rumah tangga seperti
kulkas, mesin cuci dan lainnya. Sehingga tidak bisa dihindari fragmentasi perangkat yang menggunakan Android membuat pengembang aplikasi akan mengalami
kesulitan untuk mendukung semua perangkat. Di sisi lain hal ini tentu juga merupakan tantangan dengan profit yang menggiurkan karena pangsa pasar yang didominasi
perangkat Android. Harga perangkat yang relatif murah membuat penjualan melonjak tinggi yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan aplikasi Android. Pada Juli
2013, terdapat lebih dari 50 miliar download aplikasi yang disediakan di pasar aplikasi Google, Play Store .
Pengembangan aplikasi untuk Android bisa dilakukan pada semua sistem operasi populer mulai dari Windows, Linux, Mac OS, dan sebagainya. Software
development kit SDK Android menyediakan seluruh alat yang dibutuhkan untuk
membuat sebuah aplikasi. SDK berisi mulai dari source code Android, dokumentasi
Universitas Sumatera Utara
untuk pembelajaran, contoh aplikasi, tool untuk debugging, image sistem operasi, dan lain sebagainya. Umumnya aplikasi Android dibuat menggunakan Java dan extensible
markup language XML. Namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan
bahasa pemrograman yang lain, beberapa di antaranya adalah: Basic4Android atau B4A menggunakan Visual Basic. B4A dikembangkan
oleh Anywhere Software Ltd. Corona SDK, dibuat oleh Walter Luh dari Corona Labs Inc. Pengembangan
dengan Corona SDK menggunakan bahasa pemrograman Lua, yang berjalan di atas C++OpenGL.
Delphi pengembangan menggunakan Object Pascal yang dikembangkan oleh Embarcadero.
Kivy, pengembangan aplikasi menggunakan Python. RubyMotion, pengembangan aplikasi menggunakan Ruby.
Xamarin, menggunakan C untuk membuat aplikasi Android. PhoneGap, menggunakan pemrograman web seperti HTML atau CSS.
2.6. Android SDK