Alat Musik Tradisional Alat Musik Tradisional Sumatera Utara Augmented Reality

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Alat Musik Tradisional

Alat musik tradisional adalah alat musik khas yang terdapat di daerah-daerah seluruh tanah air. Jenisnya banyak sekali, karena hampir setiap daerah memiliki alat musik sendiri. Dari cara memainkannya, alat musik trdisional ini dapat dibedakan, alat musik pukul perkusi, alat musik tiup, alat musik petik, dan alat musik gesek. Musik juga memiliki fungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi. Akbar, 2011.

2.2. Alat Musik Tradisional Sumatera Utara

Alat musik tradisional Sumatera Utara beragam jenis nya, diantaranya adalah alat musik pukul. Terdapat delapan suku di Sumatera utara yang mempumyai alat musik pukul, diantara suku tersebut adalah suku Karo, suku Mandailing, suku Melayu, suku Nias, suku Pakpak, suku Pesisir, suku Simalungun dan suku Toba Hirza, 2014. Berikut di sajikan beberapa alat musik tradisional Sumatera utara pada Tabel 2.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Tabel Alat Musik Tradisional Sumatera Utara NO Nama Alat Musik Gambar Suku 1 Gung Penganak Karo 2 Gendang Singindungi Cagarbudaya, 2015 Karo 3 Gondang Dua Mandailing 4 Gordang Sembilan Mondasiregar, 2014 Mandailing Universitas Sumatera Utara 5 Gendang Melayu 6 Dol Melayu 7 Gendra Nias 8 Druri Dana Timur, 2015 Nias Universitas Sumatera Utara 9 Kalondang Pakpak 10 Gung Sadarabaan Pakpak 11 Dulang Talam Budaya, 2014 Pesisir 12 Tambua Ranahberita, 2014 Pesisir Universitas Sumatera Utara 13 Gonrang Sipitu- pitu Mondasiregar, 2014 Simalungun 14 Gonrang Sidua- dua Midmagz, 2015 Simalungun 15 Garantung Toba 16 Ogung Toba Universitas Sumatera Utara

2.3. Augmented Reality

Augmented Reality AR adalah suatu teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata. AR merupakan variasi dari kombinasi Virtual Environtment VE dengan Reality Environtment RE. Dengan dirumuskannya suatu bentuk diagram kerangka kemungkinan yaitu penggabungan dan peleburan dunia nyata dan dunia maya ke dalam sebuah kontinuum virtualitas Virtuality Continuum. Sisi yang paling kiri adalah lingkungan nyata yang hanya berisi benda nyata, dan sisi paling kanan adalah lingkungan maya yang berisi benda maya. Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1 Milgram, 1994 : Gambar 2.1. Virtuality Continuum Milgram, 1994 Pada Gambar 2.1 diatas menjelaskan bahwa dalam realitas tertambah Augmented Reality , yang lebih dekat ke sisi kiri, lingkungan bersifat nyata dan benda bersifat maya, sementara dalam augmented virtuality atau virtualitas tertambah, yang lebih dekat ke sisi kanan, lingkungan bersifat maya dan bersifat nyata. Realitas tertambah dan virtualitas tertambah digabungkan menjadi mixed reality atau realitas campuran. Universitas Sumatera Utara Tujuan dari AR adalah mengambil dunia nyata sebagai dasar dengan menggabungkan beberapa teknologi virtual dan menambahkan data konstektual agar pemahaman manusia sebagai penggunanya menjadi semakin jelas. Data konstektual ini dapat berupa komentar audio, data lokasi, konteks sejarah, atau dalam bentuk lainnya. Pada saat ini, AR telah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti kedokteran, militer, manufaktur, hiburan, museum, game pendidikan, pendidikan, dan lain-lain. Dalam teknologi AR ada tiga karakteristik yang menjadi dasar diantaranya adalah kombinasi pada dunia nyata dan virtual, interaksi yang berjalan secara real- time, dan karakteristik terakhir adalah bentuk obyek yang berupa model 3 dimensi atau 3D. Bentuk data kontekstual dalam sistem AR ini dapat berupa data lokasi, audio, video ataupun dalam bentuk data model 3D. Beberapa komponen yang diperlukan dalam pembuatan dan pengembangan aplikasi AR adalah sebagai berikut : a Komputer, Komputer berfungsi sebagai perangkat yang digunakan untuk mengendalikan semua proses yang akan terjadi dalam sebuah aplikasi. Penggunaan komputer ini disesuaikan dengan kondisi dari aplikasi yang akan digunakan. Kemudian untuk output aplikasi akan ditampilkan melalui monitor. b Marker, Marker berfungsi sebagai gambar image dengan warna hitam dan putih dengan bentuk persegi. Dengan menggunakan marker ini maka proses tracking pada saat aplikasi digunakan. Komputer akan mengenali posisi dan orientasi dari marker dan akan menciptakan obyek virtual yang berupa obyek 3D yaitu pada titik 0, 0, 0 dan 3 sumbu X, Y, Z c Kamera, Kamera merupakan perangkat yang berfungsi sebagai recording sensor. Kamera tersebut terhubung ke komputer yang akan memproses image yang ditangkap oleh kamera. Apabila kamera menangkap image yang mengandung marker, maka aplikasi yang ada di komputer tersebut mampu mengenali marker tersebut. Selanjutnya, komputer akan mengkalkulasi posisi dan jarak marker tersebut. Lalu, komputer akan menampilkan obyek 3D di atas marker tersebut. Universitas Sumatera Utara Secara umum AR berfungsi untuk memvisualisasikan suatu obyek dalam waktu yang bersamaan realtime. Adapun lebih spesifik lagi fungsi AR sebagai berikut: 1 Mengkombinasikan obyek fisik dan digital interface. 2 Menciptakan manipulasi dari model obyek virtual. 2.3.1. Metode Pelacakan Tracking Augmented Reality Ada beberapa jenis metode pelacakan tracking pada AR, antara lain sebagai berikut: 1. Elektromagnetic tracking system, mengukur medan magnet yang dihasilkan melalui arus listrik yang secara simultan melewati tiga kumparan kabel yang disusun secara tegak lurus satu dengan yang lain. Setiap kumparan kecil bersifat elektromagnet. Sensor sistem mengkalkulasikan bagaimana medan magnet terbentuk dan pengaruhnya terhadap kumpuran lainnya. Pengukuran tersebut menunjukkan posisi atau orientasi dan arah dari emitter. Reponsibilitas dari efisiensi sistem pelacakan elektromagnet sangat baik dan tingkat latensinya cukup rendah. Satu kekurangan dari sistem ini adalah apapun yang dapat menghasilkan medan magnet dapat mempengaruhi sinyal yang dikirim ke sensor. 2. Accoustic tracking system, sistem pelacakan ini menangkap dan menghasilkan gelombang suara ultrasonic untuk mengidentifikasi orientasi dan posisi dari target. Sistem ini mengkalkulasi waktu yang digunakan suara ultrasonic untuk mencapai sensor. Sensor biasanya selalu menjaga kestabilan dalam lingkungan dimana pengguna menempatkan emitter. Bagaimanapun, kalkulasi dari orientasi serta posisi target bergantung pada waktu yang digunakan oleh suara untuk mencapai sensor adalah dilakukan oleh sistem. Terdapat banyak kekurangan pada sistem pelacakan acoustic. Suara yang lewat sangat lambat, sehingga tingkat update posisi target juga menjadi lambat. Efesiensi sistem dapat menjadi tidak efektif dengan kecepatan suara melewati udara karena sering kali berubah, bergantung pada kelembaban, temperatur atau tekanan barometer dalam lingkungan. Universitas Sumatera Utara 3. Optical tracking system, perangkat ini menggunakan cahaya untuk menghitung orientasi dan posisi target. Sinyal emitter dalam perangkat optical secara khusus terdiri atas sekumpulan LED inframerah. Sensor kamera dapat menangkap cahaya inframerah yang dipancarkan. LED menyala dalam pulse secara sekuensial. Kamera merekam sinyal pulse dan mengirim informasi kepada unit pemrosesan sistem. Unit tersebut kemudian dapat menghitung kemungkinan data untuk menentukan posisi dan orientasi target. Sistem optical mempunyai tingkat upload data yang cepat, sehingga latensi dapat diminimalisir. Kekurangan sistem ini adalah penglihatan antara kamera dan LED dapat menjadi gelap, bertentangan dengan proses pelacakan. Radiasi inframerah juga dapat membuat sistem kurang efektif. 4. Mechanical tracking system, sistem pelacakan ini bergantung pada physical link antara target dan referensi titik tetap. Salah satu contohnya adalah sistem pelacakan mekanikal dalam lingkungan virtual reality VR, yaitu BOOM display. BOOM display, sebuah head-mounted display HMD, dipasang di bagian belakang dengan yang terdiri atas 2 poin artikulasi. Deteksi orientasi dan posisi dari sistem dilakukan melalui lengan. Tingkat update cukup tinggi dengan sistem pelacakan mekanikal, tetapi sistem ini memiki kekurangan yaitu membatasi pergerakan dari pengguna user. 5. Inertial navigation system, navigasi bantuan yang menggunakan komputer, sensor gerak accelerometer, sensor rotasi gyroscopes secara continue dikalkulasi melalui posisi dead reckoning proses pengukuran posisi sekarang seseorang, dengan menggunakan posisi yang telah ditentukan sebelumnya, atau memperbaikinya, dan tingkatan posisi berdasarkan kecepatan rata-rata dari waktu-waktu, orientasi, dan kecepatan perpindahan obyek tanpa membutuhkan referensi luar. Sistem ini digunakan dalam bidang transportasi seperti, kapal, pesawat, kapal selam, dan pesawat ruang angkasa. 6. GPS Tracking, teknologi AVL Automated Vehicle Locater yang memungkinkan pengguna untuk melacak suatu obyek bergerak seperti kendaraan, armada ataupun mobil secara realtime. GPS tracking Universitas Sumatera Utara memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkan dalam bentuk peta digital. 7. Hybrid Tracking, sistem pelacakan yang merupakan gabungan dari dua atau lebih teknik pelacakan, hybrid tracking digunakan untuk menciptakan sistem pelacakan yang lebih baik. Teknik ini secara sinergis dapat meningkatkan kesegaran robustness, kecepatan pelacakan tracking speed dan akurasi, dan mengurangi jitter dan noice. Hybrid tracking telah banyak digunakan dengan gabungan beberapa teknik pelacakan misalnya, GPS electronic compass dan sensor inertial dan sensor optical. 2.3.2. Teknik Tampilan AR Terdapat tiga teknik tampilan pada AR yaitu head-mounted display, handheld displays, dan spatial display. 1. Head-mounted display Head-mounted display HMD menempatkan gambar diantara dunia nyata dan obyek grafik virtual melalui pandangan user terhadap dunia nyata. Head-mounted display terbagi menjadi dua bagian yaitu optical see-through dan video see- through. Optical see-through biasanya menempatkan sebuah semi-silvered mirror sebelum mata pengguna. Pengguna dapat melihat dunia nyata melalui mirror cermin, dan juga melihat grafik komputer digambarkan pada layar miniatur yang tampak pada refleksi cermin. Proses ini mempunyai efek grafik seperti munculnya obyek hitam transparan terhadap pengguna, memberikan pandangan tanpa modifikasi dari obyek nyata pada tempat yang sama. Video see-through, pandangan pengguna tidak secara langsung terhadap dunia nyata tetapi hanya sebuah miniatur hasil komputerisasi yang nampak penuh dalam layar. HMD harus melacak dengan sensor yang menyediakan 6DOF six degrees of 33 freedom. Pelacakan ini membuat sistem dapat menyelaraskan virtual informasi ke dunia nyata. Universitas Sumatera Utara 2. Handheld display Handheld display bekerja dengan sebuah layar kecil yang pas atau sesuai dengan genggaman pengguna. Handheld AR merupakan solusi untuk video-see through. Mulanya, teknik ini bekerja dengan penanda fiducial, dan kemudian GPS, dan sensor MEMS Microelectromechanical systems seperti kompas digital, accelerometer, dan gyroscope . Saat ini, pelacakan tanpa marker, yaitu SLAM Simultaneous localization and mapping seperti PTAM yang mulai digunakan. Keuntungan utama dari handheld AR adalah mudah digunakan, dapat dibawa kemana-mana portable dan telah dilengkapi kamera.

2.4. Vuforia