Faktor-faktor yang Menggangu Independensi Auditor Eksternal

23 Pada lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep- 20PM2002 terdapat Peraturan nomor VIII.A.2 yang berisikan tentang independensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal. Peraturan tersebut diantaranya membatasi hubungan auditee dan auditor dalam jangka waktu tertentu, yaitu emiten harus mengganti kantor akuntan setiap lima tahun dan setiap tiga tahun untuk auditor. Selain itu, pemberian jasa non audit tertentu, seperti menjadi konsultan pajak, konsultan manajemen, disamping pemberian jasa audit pada seorang klien tidak diperkenankan karena dapat mengganggu independensi auditor. Menurut Supriyono 1988 yang dikutip dalam penelitian Mayangsari 2003, ada enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan independensinya.

3. Faktor-faktor yang Menggangu Independensi Auditor Eksternal

Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS dan SPKN menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat pribadi, gangguan yang bersifat eksternal dan gangguan yang bersifat organisatoris. Para auditor, termasuk konsultan yang dipekerjakan dan tenaga ahli serta 24 spesialis internal yang melaksanakan tugas audit, perlu mempunyai pertimbangan terhadap tiga macam gangguan ini terhadap independensi yaitu sebagai berikut: a. Gangguan yang bersifat pribadi Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana auditor secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara individual dan juga dapat berlaku bagi organisasi. Gangguan independensi yang bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut: 1 Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin dapat menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan temuan audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya menjadi berat sebelah, dengan cara apapun 2 Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit menjadi berat sebelah. 3 Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diaudit. 25 4 Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetian kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu. 5 Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan olehsuatu entitas atau progam yang diaudit. 6 Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atau lembagaunit kerja atau program yang diaudit. 7 Kepentingan keuangan secara langsung atau kepentigan keuangan yang besar, meskipun tidak secara langsung pada entitas atau program yang diaudit. b. Gangguan yang bersifat eksternal. Gangguan yang bersifat eksternal bagi organisasilembaga audit dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan obyektif. Gangguan independensi yang bersifat eksternal, antara lain sebagai berikut: 1 Campur tangan atau pengaruh pihak eksternal yang membatasi atau mengubah secara tidak semestinya atau secara gegabah, terhadap lingkup audit. 26 2 Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang harus diperiksa. 3 Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian suatu audit. 4 Campur tangan pihak luar terhadap organisasilembaga audit mengenai penugasan penunjukkan, dan promosi staff pelaksana audit. 5 Pembatasan terhadap sumber yang disediakan bagi organisasilembaga audit tersebut dalam melaksanakan tugasnya. 6 Wewenang untu menolak atau mempengaruhi peertimbangan auditor terhadap isi semetinya dari suatu laporan audit. 7 Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan auditor atau dengan kebutuhan jasa audit. c. Gangguan yang bersifat organisatoris. Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit internal atau audit terhadap entitas lain. 27 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor Eksternal. Setiap auditor eksternal harus menjaga dan mempertahankan independensinya dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat merusak independensi. Oleh karena itu auditor eksternal harus mengetahui faktor-faktor yang mungkin dapat merusak independensinya. Ikatan akuntan Indonesia IAI sebagai organisasi tunggal profesi akuntan publik sampai saat ini belum mengeluarkan secara resmi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi auditor eksternal. Untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai factor- faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal akan dijelaskan dibawah ini: a. Komite Audit Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan direksi sebuah perusahaan yang tanggung jawabnya membantu auditor untuk tetap independen dari manajemen. Kebanyakan komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan dari manajemen Arens. Et. Al, 2003. Hasil riset yang dilakukan oleh Gul 1989 menunjukkan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi independensi auditor eksternal. Anggota komite audit terdiri dari non direktur eksekutif perusahaan dan bertanggung jawab untuk menunjuk auditor dan menetapkan Quasi judical body seperti badan hukum dalam masalah-masalah yang berhubungan 28 dengan keberadaan auditor independen yang respek terhadap beberapa jasa yang disediakan oleh manajemen Mautz dan Neary, 1993. b. Kondisi Keuangan Perusahaan Klien. Temuan Gul 1989 menunjukan bahwa, menurut persepsi bankir kondisi keuangan perusahaan klien terhadap independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan. Akan tetapi, penelitian lain menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan klien berpengaruh terhadap sebagian besar auditor untuk dapat menghindari maupun tidak dapat menghindari dari tekanan kliennya. Shuctz dan Gustavon 1987 menemukan bukti bahwa aktuaris merasa bahwa resiko kewajiban hokum kantor akuntan berhubungan terbalik dengan kondisi keuangan klien. Apabila kondisi keuangan klien buruk maka auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya sehingga merasa khawatir atau takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang dilakukan oleh Knapp 1985 menemukan bukti bahwa pada saat kondisi keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hokum meningkat. c. Jasa Konsultasi Manajemen Menurut Boynton 2003, jenis utama jasa-jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik adalah: 29 1 jasa akuntansi dan kompilasi 2 jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review, prosedur yang disepakati 3 jasa-jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen, perencanaan keuangan, serta jasa internasional. Aktivitas kantor akuntan selain memberikan jasa audit, juga memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cenderung memihak pada kepentingan kliennya. Menurut Supriono 1988, hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa alasan misalnya: a kantor akuntan yang memberikan saran-saran kepada klien cenderung memihak kepada kepentingan kliennya sehingga auditor kehilangan independensinya dalam melaksanakan pekerjaan audit. b kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain audit tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya, sehingga cenderung tidak independen di dalam melaksanakan audit. c pemberian jasa lain selain audit mungkin menghasurkan kantor akuntan publik membuat keputusan tertentu untuk kliennya, sehingga posisi akuntan public menjadi tidak independent dalam melaksanakan audit. d. Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Persaingan antar kantor akuntan dapat diidentifikasi sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan jasa audit 30 yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang memasuki market audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran agresif. Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik, kemungkinan mempunyai pengaruh besar terhadap independensi auditor eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan pada dua pilihan yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor akuntan lain atau mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien. e. Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik dengan Klien Lamanya hubungan antara kantor akuntan dengan kliennya adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor akuntan dalam melayani kebutuhan audit yang disediakan untuk kliennya Shockley, 1981. Tingkat lamanya hubungan antara KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu: lima tahunkurang dan lebih dari lima tahun. Pembagian ini konsisten dengan ketentuan yang ditetapkan oleh AICPA bagian praktik SEC yang mensyaratkan bahwa seorang partner tidak boleh mengaudit kliennya lebih dari lima tahun secara berurutan karena hal ini akan melemahkan independensi auditor dalam melaksanakan audit Shockley, 1981. 5. Indikator Independensi Mautz dan Sharaf 1993 memberikan beberapa indikator independensi professional. Indikator-indikatornya adalah: 31 a. Independensi dalam program audit 1 Bebas dari intervensi manajerial atas program audit 2 Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit 3 Bebas dari segal persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit b. Independensi dalam verifikasi 1 Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan 2 Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit 3 Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti 4 Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit c. Independensi dalam pelaporan 1 Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikasi dari fakta-fakta yang dilaporkan 2 Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit 3 Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor 4 Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit. 32

D. Materialitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh keterlibatan komite audit, kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer : studi empiris auditor eksternal di kantor akuntan publik jakarta

1 35 132

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Pengaruh penerapan EDP AUDIT, Kompentensi dan idependensi auditor terhadap tingakt materialitas dalam audit laporan keuangan : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

1 12 123

Pengaruh Keahlian Auditor Eksternal Terhadap Audit E-Commerce Pada Lima kantor Akuntan Publik Di Bandung

0 4 1

Pengaruh Keahlian Audit terhadap Kompetensi Bukti Audit (Survey terhadap Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Bandung).

0 0 20

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

0 2 110

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA.

0 2 80

““Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

0 5 169

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya).

0 0 108

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 0 17