gravitasi dengan menggunakan kolom pemisah. Pecahan cangkang, dan inti sawit akan masuk ke LTDSII melalui air lock. Di LTDSII pecahan cangkang
dan inti sawit dipisahkan berdasarkan berat jenis dan gaya gravitasi dengan menggunakan kolom pemisah.
8. Claybath Claybath berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti sawit dengan proses
pemisahan yang dilakukan berdasarkan pada perbedaan berat jenis. Campuran cangkang dan inti dimasukkan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya
diantara berat jenisnya cangkang dan inti, untuk berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis larutan akan terapung diatas dan berat jenisnya lebih besar dari
larutan akan tenggelam. 9. Pengeringan inti sawit
Pengeringan inti sawit dilakukan di kernel silo. Prinsip kerja kernel silo adalah menghembuskan udara panas ke dalam silo dengan menggunakan fan.
2.10. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan merupakan salah satu faktor utama dalam proses produksi. Mesin-mesin yang digunakan pada proses pengolahan kelapa sawit di
PT. Perkebunan Nuasantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Torop dapat dilihat pada lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
2.11. Unit Pembangkit Tenaga
Power Plant
Tenaga yang digunakan untuk dapat mengoperasikan seluruh alat dan mesin di PKS Aek Torop diperoleh dari tenaga listrik genset dan turbin uap.
Listrik diperoleh dari pembangkit listrik tenaga diesel yang menggunakan bahan bakar solar dan pembangkit listrik tenaga uap. Penggunaan uap yang dihasilkan
oleh boiler adalah untuk menggerakkan turbin dan generator. Beberapa faktor yang menjadi penyebab penggunaan uap yang dihasilkan boiler sebagai unit
pembangkit tenaga adalah bahan bakar tersedia serabut dan cangkang dan beberapa stasiun memerlukan uap sebagai sumber panas.
2.12. Safety and Fire Protection
Safety and Fire Protection yang ada di PKS Aek Toroptelah diprogramkan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 yang mencakup tentang tata cara
kerja yang baik di lantai pabrik secara khusus untuk menghindari kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja ini dapat menghambat kelangsungan pekerjaan yang
merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi. Jadi salah satu cara untuk memperkecil biaya
adalah dengan memperhatikan aspek-aspek K3 dengan baik dan dijalankan dengan benar.
PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop memiliki tim Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3 yang bertugas untuk
melakukan implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 yang efektif. Tim P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja untuk menjamin bahwa efek dasar aktifitas, produk dan pelayanan sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terkait dan juga ketentuan-ketentuan internal.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri pada era globalisasi saat ini terlihat semakin pesat, beberapa perusahaan dan institusi berupaya untuk meningkatkan kinerja maupun
produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami penyesuaian demi tercapainya sasaran mutudalam memenuhi permintaan pasar
yang luas.Perusahaan juga memerlukan dukungan dari tenaga kerja yang sehat dan produktif dengan suasana kerja yang aman, nyaman dan serasi.Tenaga kerja
perlu mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya karena setiap tenaga kerja merupakan aset yang berharga bagi sebuah perusahaan.
Menyadari hal itu maka pemerintah melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dengan mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.Disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Namun dalam usaha pencapaian program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di perusahaan atau industri terdapat berbagai keadaan dan masalah yang dapat menjadi hambatan terlaksananya
program K3. Dengan tidak berjalannya program K3 di perusahaan maka hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif berupa meningkatnya kejadian
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Universitas Sumatera Utara