Evaluasi Resiko Pengendalian Risiko

3.10.4. Evaluasi Resiko

Suatu resiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen atau pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah resiko tersebut signifikan bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari penilaian resiko dilakukan evaluasi resiko untuk menentukan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak dan menentukan prioritas resiko.Untuk mendapat gambaran yang baik dan tepat mengenai resiko dilakukan penentuan peringkat resiko atau prioritas resiko. Peringkat resiko sangat penting untuk sebagai alat manajemen dalam mengambil keputusan.Melalui peringkat resiko manajemen dapat menentukan skala prioritas dalam penanganannya.Manajemen juga dapat mengalokasikan sumber daya yang sesuai untuk masing-masing resiko sesuai dengan tingkat prioritasnya.

3.10.5. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko menurut Soehatman Ramli 2010 dilakukanterhadap seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahayadan mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dancara pengendaliannya. Selanjutnya dalam menentukan pengendalian harusmempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi,pengendalian teknis, administratif, dan terakhir penyediaan alat keselamatanyang disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersediaan biaya, biayaoperasional, faktor manusia, dan lingkungan. Universitas Sumatera Utara Pengendalian risiko merupakan langkah menentukan dalamkeseluruhan manajemen risiko.Berdasarkan hasil analisis dan evaluasirisiko dapat ditentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.Jikarisiko dapat diterima, tentunya tidak diperlukan langkah pengendalian lebihlanjut. Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan denganmengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagaiberikut. 1. Eliminasi Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya, misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak di lantai dibersihkan, mesin yang bising dimatikan.Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan.Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko. 2. Substitusi Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan lebih aman atau lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.3Hirarki Pengendalian Bahaya 3. Pengendalian Teknis Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan kerja.Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis misalnya dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan. Pencemaran di ruang kerja dapat diatasi dengan memasangsistem ventilasi yang baik.Bahaya pada mesin dapat dikurangi denganmemasang pagar pengaman. 4. Pengendalian Administratif Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang Universitas Sumatera Utara lebih aman, rotasi, atau pemeriksaan kesehatan, monitoring yaitu untuk memonitor efektivitas pengendalian yang sudah dilakukan. 5. Training Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih aman. 6. Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan respirator atau masker, pelindung jatuh, dan pelindung kaki. Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhiratau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karenaalat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan reducelikelihood namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahankecelakaan reduce concequences. Sebagai contoh, seseorang yangmenggunakan topi keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpabenda. Namun jika ada benda yang jatuh, kepalanya akan terlindungsehingga keparahan dapat dikurangi. Akan tetapi, jika benda yang jatuhsangat berat atau dari tempat yang tinggi, topi tersebut mungkin akanpecah karena tidak mampu menahan beban. a. Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau fiber. Universitas Sumatera Utara b. Alat pelindung muka untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka face shield , dan topeng las. c. Alat pelindung mata untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair dan radiasi panas, misalnya kaca mata keselamatan dan kaca mata las. d. Alat pelindung pernafasan untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap dan asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam seperti masker debu, masker kimia, respirator, breathing apparatus BA. e. Alat pelindung pendengaran untuk melindungi organ pendengaran dari suara bising misalnya sumbat telinga ear plug, dan katup telinga ear muff. f. Alat pelindung badan untuk melindungi bagian tubuh khususnya dari percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya apron dari kulit, plastik, dan asbes. g. Alat pelindung tangan untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan kimia, panas atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan metal. h. Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian misalnya ikat pinggang keselamatan safety belt, harness, dan jarring. i. Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh ke dalam air misalnya baju pelampung, pelampung, dan jaring pengaman. Universitas Sumatera Utara j. Alat pelindung kaki untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit atau betis dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya, misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis. Sesuai dengan ketentuan pasal 14C Undang-undang Keselamatan KerjaNo. 1 tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatansecara cuma- cuma sesuai dengan sifat bahayanya.Oleh karena itu,pemilihan keselamatan harus dilakukan secara hati-hati denganmempertimbangkan jenis bahaya serta diperlakukan sebagai pilihanterakhir. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Hazard Identification Risk Assessment And Control.

1 2 24

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)Dalam Upaya Mencapai Zero Accident (Studi

1 6 15

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)Dalam Upaya Mencapai Zero Accident (Studi

0 2 13

EVALUASI KESELAMATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARDS IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL(HIRARC).

0 0 10

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 11

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 1

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 10

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 2 27

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

1 2 2

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 21