Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

55

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dasar pengambilan keputusan apakah terjadi heterokedastisitas adalah jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Sedangkan, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan bahwa angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini: Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20, 2015 Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Serta dari grafik di 56 atas tidak terbentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio, dan debt ratio terhadap gross profit margin pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

4.3.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengatahui apakah di dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi timbul karena residual tidak bebas dari observasi ke observasi lainnya. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson DW. Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du dw 4 – du. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi a. Predictors: Constant, DR, ITR, AP_COGS, NWCTA b. Dependent Variable: GPM Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20, 2015 Model Summary b Model Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .367 13.203 4 91 a .000 .638 57 Berdasarkan hasil perhitungan Durbin-Watson sebesar 0.638; sedangkan dalam tabel DW untuk “k” = 4 dan N = 96 besarnya DW-tabel: dL batas luar =; dU batas dalam =; 4-dU =; dan 4-dL =. Hasil perhitungannya disusun dalam tabel berikut ini: Tabel 4.5 Pengujian Durbin Watson Nilai dL Nilai dU Nilai DW Nilai 4-dU Nilai 4-dL 1,5821 1,7553 0,638 2,2447 2,4179 Sumber: Data Olahan Pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai DW 0,638 lebih kecil dari 1.5821 . Hasil ini memperlihatkan bahwa 0 dW dL yang artinya bahwa H ditolak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. Hasil uji statistik yang menunjukkan data terjadi autokorelasi, maka perlu dilakukan transformasi data dengan menggunakan logaritma natural. Adapun hasil uji Durbin Watson setelah transformasi data ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi a. Predictors: Constant, LN_DR, LN_ITR, LN_ARCOGS, LN_NWCTA b. Dependent Variable: GPM Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20 , 2015 Model Summary b Model Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .325 9.732 4 81 a .000 2.156 58 Berdasarkan hasil perhitungan Durbin – Watson sebesar 2,156; sedangkan dalam tabel DW untuk “k”= 4 dan N = 86 besarnya DW-tabel; dL batas luar =; dU batas dalam =; 4-dU =; dan 4-dL =. Hasil perhitungannya disusun dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Pengujian Durbin Watson Nilai dL Nilai dU Nilai DW Nilai 4-dU Nilai 4-dL 1,5536 1,7478 2,156 2,2522 2,4464 Sumber: Data Olahan Pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai DW terdapat diantara dU dan 4-dU, yaitu 1,748 2,156 2,252. Maka dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa H diterima tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.

4.4. Analisis Regresi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

5 89 108

Pengaruh Opini Audit, Debt To Total Asset Ratio, Earning Per Share, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 64 99

Analisis Hubungan Net Profit Margin dan Total Asset Turnover dengan Return on Asset pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.

2 118 56

Analisis Pengaruh Debt To Total Asset Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bei

2 49 90

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 8

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

1 2 2

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 1 8

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 12