Tujuan Laporan Keuangan Analisis Rasio Keuangan

10 e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, dan f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 2012 bahwa: Tujuan laporan keuangan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen stewardship, atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

Fahmi 2006 menyatakan rasio keuangan atau financial ratio sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan . Menurut Raval 2006 dalam penelitian yang dilakukan Bashar dan Islam 2014 “A financial ratio can give a financial analyst and excellent picture of a company’s situation and the trends that are developing.” Analisis rasio adalah membandingkan antara 1 unsur-unsur neraca, 2 unsur-unsur laporan laba-rugi, 3 unsur-unsur neraca dan laporan laba – rugi, serta 4 rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lainnya Samsul, 2006:143. Menurut Harahap 2011 : 297 “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang 11 mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.” Oleh karena itu, rasio keuangan merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan. Rasio keuangan menggunakan informasi yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan dan membantu dalam menginterpretasikan angka-angka yang terdapat laporan keuangan ke dalam kalimat yang dapat dimengerti mengenai kondisi yang terjadi dalam perusahaan dalam Wijaya, 2014. Dengan mengipentrasikan angka-angka yang terdapat di dalam laporan keuangan dan membandingkan antara satu rasio dengan rasio lainnya sehingga mendapatkan informasi yang diiginkan dan dapat memberikan pendapat ataupun penilaian. Analisis dengan menggunakan rasio laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan yang tepat dan cepat. Menurut Harahap 2011 : 298 analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah: a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model preediksi Z-score. e. Menstandarisir size perusahaan. 12 f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time series”. g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.1.3.1. Jenis – Jenis Rasio Keuangan

Terdapat banyak rasio yang dapat dihitung dengan laporan keuangan. Enekwe, Okwo, dan Ordu 2013 : 107 menyatakan: “The successful selection and use of appropriate financial ratio is one of the key elements of the firm’s financial strategy.” Secara umum rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok: 1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Kasmir 2008 : 110 menyatakan bahwa “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.” Dengan rasio likuiditas pengguna laporan keuangan dapat melihat apakah perusahaan tersebut likuid atau illikuid, jika likuid berarti perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya. Sedangkan illikuid berarti perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Working Capital to Total Asset NWCTA. NWCTA dapat dirumuskan sebagai berikut: 13 Rasio NWCTA menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. Dalam praktiknya menurut Kasmir 2008:251 modal kerja perusahaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: modal kerja kotor gross working capital dan modal kerja bersih net working capital. Penelitian ini menggunakan modal kerja bersih. Net working capital merupakan seluruh komponen dalam aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar. Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek, utang gaji, dan utang pajak, dan utang lancar lainnya. Setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya guna meningkatkan likuiditasnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Terdapat hubungan yang erat antara penjualan dan modal kerja. Kenaikan pada volume penjualan maka investasi dalam persediaan dan piutang juga akan meningkat, ini berarti akan meningkatkan modal kerja. Net Working Capital dipergunakan untuk menggambarkan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Rasio NWCTA yang rendah menunjukkan tingkat likuiditas yang rendah juga. Perusahaan yang sehat memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. 2. Rasio Solvabilitas Leverage Ratio Rasio ini juga berfungsi untuk meggambarkan bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya, apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas. Pada umumnya perusahaan memperoleh pendanaan dari dua sumber yaitu dari modal sendiri dan modal pinjaman. Perusahaan dapat memilih salah satu dari 14 sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Pada dasarnya kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perusahaan harus bisa menyeimbangkan dari kedua sumber dana tersebut agar dapat memaksimalkan kekurangan dan kelebihan masing-masing sumber dana. Menurut Harahap 2011 : 303 rasio ini dapat dibagi menjadi; Rasio Utang atas Modal Debt to Equity Ratio, Rasio Pelunasan Utang Debt Service Ratio, dan Rasio Utang atas Aktiva Debt Ratio. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt Ratio. Debt ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca berapa bagian utang terhadap total aktiva. Semakin kecil rasio ini maka akan semakin aman solvable maka total aktiva juga harus besar. Sebaliknya apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka akan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang- utangnya dengan aktiva yang dimilikinya Kasmir 2008 : 156. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu diperhatikan adalah stabilitas laba perusahaan. 15 3. Rasio Aktivitas Activity Ratio Rasio Aktivitas menunjukkan seberapa efesiensinya perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya. Rasio ini juga dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dalam mengukur tingkat efesiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya harus disesuaikan dengan ukuran dan jenis perusahaan tersebut. Manajemen harus mengambil atau membuat keputusan dan kebijakan agar perusahaan dalam memaksimalkan tingkat penggunaan sumber daya yang ada. Rasio aktivitas dapat diklasisifikasikan menjadi total perputaran operasi aset bersih, perputaran piutang receivable turnover, jumlah hari penjualan dalam persediaan days’ sales in receivable, perputaran persediaan inventory turnover, jumlah hari penjualan dalam persediaan days’ sales in inventory, perputaran modal kerja bersih net working capital turnover, perputaran aset jangka panjang fixed asset turnover, dan Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio Creditors’ Velocity. Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perputaran persediaan inventory turnover dan average account payable cost of goods sold ratio creditors velocity: a. Perputaran Persediaan Inventory Turnover Rasio ini mengukur tingat efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan barang dagangan. Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 217 bahwa inventory turnover adalah “memberitahu kita seberapa banyak persediaan berputar menjadi piutang melalui penjualan selama tahun terkait”. Persediaan termasuk dalam aset lancar, menurut PSAK 14 Persediaan adalah aset: 16 • Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa • Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau • Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Perusahaan harus bisa dalam mengatur persediaan inventory control, karena persediaan tidak selalu ada setiap saat. Tidak adanya persediaan perusahaan akan dihadapkan dengan resiko bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat terhentinya proses produksi dan larinya pelanggan. Sedangkan jika persediaan yang berlebihan akan menyebabkan pengeluaran perusahaan bertambah untuk biaya penyimpan persediaan tersebut, menyebabkan tinggi nya uang yang menganggur dan meningkatnya biaya tenaga kerja. Baik persediaan barang jadi finished goods, persediaan barang dalam proses work in process, maupun persediaan bahan mentah raw material perusahaan harus mengusahakan agar ketiga persediaan ini tetap dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin. Rumus untuk menghitung inventory turnover menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 221: Semakin tinggi rasio perputaran persediaan menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik, sedangkan jika rasio inventory turnover rendah menunjukkan terdapat persediaan yang berlebihan, yang berarti apakah persediaan tersebut tidak terjual dengan baik atau ada alasan 17 lain . Emekekwue 2005 mengatakan “stock turnover ratio seeks to identify the leght of time that stock is held as inventory before it is converted to cash”. b. Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio Creditors’ Velicoty Liabilitas atau utang menurut PSAK per 1 Juni 2012 adalah utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Liabilitas dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu; liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Perbedaan antara kedua jenis liabilitas tersebut adalah pada jangka waktunya. Jatuh tempo untuk liabilitas jangka pendek adalah dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan dan sebaliknya jatuh tempo liabilitas jangka panjang adalah adalah lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan. Okwuosa 2005 dalam Enekwe 2013 mengatakan bahwa creditor’s velocity juga bisa disebut dengan creditor’s turnover. Rasio ini menunjukkan hubungan antara rata-rata utang usaha dengan harga pokok penjualan. Leahy 2012:38 mengatakan “bahwa rasio ini digunakan untuk menunjukkan efek pinjaman terhadap profitabilitas perusahaan”. Rasio ini juga mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam menegosiasi aturan dalam pembelian. Hasil rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan keuntungan yang diberikan dalam hal fasilitas kredit yang akan berdampak terhadap kerugian terhadap laba perusahaan yang disebabkan oleh bunga dari kredit yang dipinjam serta menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya. Sedangkan jika hasil rasio ini rendah menunjukkan bahwa 18 perusahaan tidak menggunakan diskon pembelian yang ada dan akan meningkatkan beban pokok penjualan dan akan mengurangi laba perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengatur agar rasio ini tidak boleh terlalu tinggi maupun terlalu rendah karena akan berdampak terhadap laba perusahaan. Rumus dari Creditor’s Velocity adalah: 4. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Mary et.al 2012 dalam Bashar 2014 mengatakan bahwa rasio profitabilitas merupakan patokan dalam mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Manfaat yang diberikan oleh rasio profitabilitas juga dapat membantu perusahaan untuk mengukur tingkat efektvitas manajemen suatu perusahaan. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Kondisi perusahaan yang tidak ber-laba, akan membuat perusahaan sulit untuk melakukan kegiatan operasinya baik sehari-hari maupun untuk perkembangan, serta akan sulit untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari luar. Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor gross profit margin, margin laba bersih net profit margin, return on investment, dan return on net work. Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah margin laba kotor gross profit margin. 19 Syahyunan 2013 : 94 menjelaskan bawah “gross profit margin digunakan untuk mengukur efesiensi pengendalian harga pokok biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 222 dalam Wjiaya 2014 “memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”. Rumus untuk menghitung gross profit margin adalah:

2.1.4. Gross Profit Margin

Dokumen yang terkait

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

5 89 108

Pengaruh Opini Audit, Debt To Total Asset Ratio, Earning Per Share, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 64 99

Analisis Hubungan Net Profit Margin dan Total Asset Turnover dengan Return on Asset pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.

2 118 56

Analisis Pengaruh Debt To Total Asset Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bei

2 49 90

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 8

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

1 2 2

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 1 8

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 12