15.800kg adalah Rp 3.330.417,-. Sedangkan bersarnya Perbandingan biaya total dengan penerimaan adalah 1 : 1,3.
Total produksi rata-rata dalam pengolahan ikan asin terdiri dari biaya rata-rata
pembelian ikan segar, biaya pembelian garam, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Penerimaan dihitung dari jumlah produksi olahan dikali
dengan harga jual, setelah itu baru diketahui berapa jumlah pendapatan usaha pengolahan.
Apabila penerimaan lebih besar dari biaya total produksi maka dikatakan usaha
memperoleh pendapatan atau surplus. Sebaliknya apabila total biaya lebih besar dibandingkan penerimaan maka usaha pengolahan mengalami kerugian
Dari penelitian diperoleh data hasil bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh
oleh produsen bergerak secara setara mengikuti besarnya bahan baku yang diolah, artinya semakin besar bahan baku yang diolah akan semakin tinggi juga
pendapatan yang diterima pengolah.
5.3 Nilai Tambah Ya ng Diperoleh Pengolah Ikan Asin
Pembuatan ikan asin jenis Gulama dilokasi penelitian berlangsung sudah cukup lama. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tenaga kerja dalam keluarga.
Kelimpahan sumberdaya ikan jenis Gulama di perairan sekitar lokasi penelitian menjadi faktor utama kegiatan ini dilakukan. Proses pembuatan ikan asin dapat
dikatakan cukup sederhana, akan tetapi butuh ketelatenan dalam membelah. Sampai saat ini proses pembuatan ikan asin masih dapat dikatakan masih
Universitas Sumatera Utara
menggunakan teknologi sederhana. Hal ini dapat dilihat dari proses pembuatannya yang masih mengandalkan tenaga kerja manusia dan alam sinar matahari.
Dalam pembuatan ikan asin pengolah biasanya menggunakan bahan baku segar.
Bahan dasar ikan segar langsung diolah dan dibersihkan untuk seterusnya dikeringkan. Bahan dasar tersebut tidak sempat untuk disimpan dalam pendingin
atau media lainnya. Dalam penelitian ini, untuk melihat besarnya nilai tambah digunakan metode
Hayami. Menurut Hayami Hayami et.al,1987, nilai tambah adalah selisih antara
komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai yang di gunakan selama proses berlangsung. Kegiatan pengolahan ikan segar menjadi
ikan asin, akan mengakibatkan bertambahnya nilai komoditas tersebut. Pada tabel 5.8 berikut ini disajikan hasil perhitungan nilai tambah dengan
menggunakan metode Hayami:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Nilai Tambah yang Pengolah Ikan Asin, di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, tahun
2014
No Variable Output, Input, Harga
Nilai
1. Hasil produksi kg
212,87 2.
Bahan baku Kg 359,67
3. Tenaga kerja HOK
9,6 4.
Faktor konversi 12 0,59
5. Koefisien tenaga kerja 32
0,03 6.
Harga produk rata-rata RpKg 15.800
7. Upah rata-rata RpHOK
85.000
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku Rpkg
3.350 9.
Bahan tambahan Rpkg 1.660
10. Nilai produk Rpkg 4x6
9.351,20 11.
a. Nilai tambah Rpkg 10-8-9 4.341,20
b. Ratio nilai tambah 11a10 46,42
12. a. Imbalan tenaga kerja Rpkg 5x7
2.268,75 b. Bagian tenaga kerja 12a11a
52,26 13.
a. Keuntungan Rp 11a – 12a 2.072,45
b. Tingkat Keuntungan 13a11a 47,74
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
14. Margin Rpkg
6.001,20 a. Pendapatan TK langsung 12a14
37,80 b. Bahan Tambahan 914
27,66 c. Keuntungan perusahaan 13a14
34,53 Dari Tabel 5.8. dapat diinterpretasikan bahwa pengolahan ikan segar menjadi ikan
asin memberikan tingkat keuntungan diatas normal. Keuntungan ini diperoleh dengan rentang waktu selama 2 dua hari. Dengan faktor konversi sebesar 0,59,
maka kegiatan ini mampu memberikan imbalan sebesar 59 persen hasil olahan. Artinya apabila produsen mengolah ikan segar seberat 1 ton, maka hasil olahan
yang diperoleh akan mendekati 590 kg. Mengingat perbandingan harga ikan segar dan ikan asin adalah sebesar mendekati 5 : 1, maka kegiatan pengolahan ini secara
bisnis dapat dikatakan memiliki prospek yang cukup baik.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa jumlah maksimum hasil olahan ikan asin adalah sebesar 685 kg, sedangkan minimum olahan adalah 18 kg. Dari 30
sampel penelitian diperoleh rata-rata hasil produksi sebesar 212,8 kg. Jumlah ini diperoleh dengan mengolah sebanyak 356,67 kg ikan segar. Dengan demikian
besarnya koefisien faktor konversi adalah 59,18 persen. Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses pengolahan ikan, yang meliputi 6 enam tahapan
adalah sebesar 9,6 HKO. Bagian terbesar penyerap tenaga kerja dari seluruh tahapan adalah penjemuran yaitu sebesar 4,71 persen. Sedangkan yang terkecil
menyerap tenaga kerja adalah tahapan penggaraman 0,4. Koefisien faktor konversi sebesar 0,59 sebenarnya masih dapat ditingatkan dengan cara
memperbaiki proses pengolahan terutama pada tahap pembelahan dengan menggunakan teknologi yang lebih baik.
Koefisien tenaga kerja sebesar 0,03 menunjukkan bahwa 3 HKO tenaga kerja
mampu mengolah 100 kg ikan segar. Harga komoditas ikan asin didalam penelitian dapat dikatakan cukup stabil. Sistem penjualan ikan asin berlangsung
dengan cara transaksi ditempat. Rata-rata pengolah telah memiliki pembeli langganan. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai sehingga biaya transportasi
ke pasar kecamatan atau kabupaten ditanggung oleh pembeli. Dari hasil wawancara dengan para pengolah selama satu tahun yaitu periode Oktober 2013
sampai dengan periode Oktober 2014 harga ikan berfluktuasi pada besaran Rp 15.000 sampai dengan Rp 16.500,-. Pemerintah daerah Kabupaten Asahan
menetapkan Upah Minimum Nasional UMR sebesar Rp 1.712.000,-.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian upah harian yang berlaku adalah Rp 71.333,-. Sehingga upah yang berlaku dalam proses pengolahan ikan asin pada dasarnya sudah diatas upah
harian minimum yautu sebesar Rp 85.000,-. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ikan asin adalah jenis ikan gulama
Nibea Albiflora. Harga ikan gulama di daerah penelitian bervariasi sesuai dengan kelimpahan hasil tangkapan. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa
selama setahun terakhir rata-rata harga ikan gulama yang dibeli adalah Rp 3.350,- Dengan harga tertinggi adalah Rp 3.500,- dan harga terendah adalah Rp 3.000,-.
Proses pembuatan ikan asin membutuhkan bahan tambahan yaitu garam dan air.
Kebutuhan biaya untuk garam adalah Rp 473,71,- dan untuk air adalah Rp 73,867,- Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa besarnya kebutuhan biaya variabel bahan
baku dan bahan tambahan untuk setiap satuan kg ikan asin adalah sebesar Rp 547,57,-.
Nilai produk ikan asin sebesar Rp 9.380,79,- diperoleh dari hasil perkalian antara faktor konversi dengan harga produk rata-rata. Artinya nilai produk ikan segar
setelah diolah menjadi ikan asin memiliki nilai konversi sebesar 0,59. Nilai tambah dalam proses pengolahan ikan segar menjadi ikan asin adalah selisih
antara nilai tambah dengan harga bahan baku dan bahan tambahan. Perbandingan antara nilai bahan baku dan bahan tambahan dengan nilai produk adalah 53,41.
Rasio nilai tambah adalah perbandingan antara nilai tambah dengan nilai produk ikan asin.
Universitas Sumatera Utara
Imbalan tenaga kerja adalah bagian tenaga kerja yang masuk ke dalam penerimaan. Jumlah imbalan ini bergantung kepada besarnya koefisien tenaga
kerja upah rata-rata HOK. Semakin besar koefisien tenaga kerja dan upah rata- rata, maka imbalan akan semakin tinggi.
Tingkat keuntungan pengolah ikan asin sebesar Rp 2.054,78,- per kilogram
menunjukkan bahwa setiap satuan pengolahan akan memberikan tingkat keuntungan diatas normal. Dengan rata-rata kapasitas pengolah sebesar 359,6 kg,
maka besarnya tingkat keuntungan rata-rata sampel adalah Rp 739.042,-. Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa besarnya keuntungan pengusaha sebesar sebesar
34,07 persen, hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan ikan segar menjadi ikan asin di lokasi penelitian memiliki prospek yang sangat baik. Artinya dengan
investasi sebesar 1 juta akan dapat memberikan keuntungan sebesar 34,67 persen Rp 346,700,-.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan