Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian Singarimbun, 1989. Dengan pertimbangan bahwa daerah yang diteliti merupakan salah satu sentra produksi ikan asin yang cukup potensial di wilayah Sumatera Utara, maka ditetapkan daerah penelitian adalah di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan yang sekaligus pengolah ikan asin yang ada di Desa Bagan Asahan. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 KK, dan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang mudah untuk dijumpai dan sesuai dengan kriteria sampel yang diperlukan yaitu nelayan sekaligus pengolah ikan asin sebanyak 30 KK Sugiyono, 2004.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani melalui survei dan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi Universitas Sumatera Utara penelitian, seperti Badan Pusat Statistik BPS dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian 1, mengenai biaya dan penerimaan dalam industri pengolahan dihitung dengan rumus : Total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. TC = FC + VC Dimana : TC = Total Cost Total biaya Rp FC = Fixed Cost Biaya tetap Rp VC = Variable Cost Biaya variable Rp Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. TR = Py.Y Dimana : TR = Total penerimaan Rp Py = Harga produksi RpKg Y = Jumlah produksi Kg Universitas Sumatera Utara Untuk tujuan penelitian 2, yaitu menganalisis besar pendapatan yang diperoleh petani dari usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian digunakan rumus : I = R – TC R = Py.Y TC = FC + VC I = R – TC = Py.Y – FC + VC Dimana : I = Pendapatan Petani R = Penerimaan Rp TC = Biaya Total Rp Py = Harga Produksi RpKg Y = Jumlah Produksi Kg FC = Biaya Tetap Fixed Cost Rp VC = Biaya Tidak Tetap Variable Cost Rp Suratiyah, 2006 Secara teoritis, apabila R TC maka petani mendapat keuntungan, apabila nilai R=TC maka petani tidak untung dan tidak rugi, dan apabila nilai R TC maka petani akan mengalami kerugian Soekartawi, 2006 Untuk tujuan penelitian 3, yaitu menganalis besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan asin di daerah penelitian digunakan Metode Hayami dengan uraian sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah dengan Metode Hayami No Variable Output, Input, Harga Formula 1. Hasil produksi kgtahun A 2. Bahan baku Kgtahun B 3. Tenaga kerja HOK C 4. Faktor konversi 12 AB = M 5. Koefisien tenaga kerja 32 CB = N 6. Harga produk rata-rata RpKg D 7. Upah rata-rata RpHOK E Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rpkg F 9. Bahan tambahan Rpkg G 10. Nilai produk Rpkg 4x6 K = M x D 11. a. Nilai tambah Rpkg 10-8-9 b. Ratio nilai tambah 11a10 L = K – F – G H = LK 12. a. Imbalan tenaga kerja Rpkg 5x7 b. Bagian tenaga kerja 12a11a P = N x E Q = PL 13. a. Keuntungan Rp 11a – 12a b. Tingkat Keuntungan 13a11a R = L –P I = RL Balas Jasa Untuk Faktor Produksi 14. Margin Rpkg a. Pendapatan TK langsung 12a14 b. Bahan Tambahan 914 c. Keuntungan perusahaan 13a14 S = K – F T = PS U = GS V = RS Sumber : Hayami, et all Dalam Metode Hayami, ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain faktorkonversi, koefisien tenaga kerja, dan nilai produk. Kelebihan dari analisis nilai tambah Metode Hayami adalah : 1 Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitasnya. 2 Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi. 3 Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran. Suprapto, 2006 Universitas Sumatera Utara Kriteria nilai tambah menurut Sudiyono 2004, yaitu : - Nilai tambah dikatakan rendah jika nilai rasio 50 - Nilai tambah dikatakan tinggi jika nilai rasio 50

3.5 Definisi dan Batasan Operasional