20
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kesimpulan yang bersifat sementara dari tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti.
Menurut Sugiyono 2004 : 49 kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dapat dilihat pada gambar 2.1 bahwa yang akan diuji dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris apakah ada pengaruh antara
Pendapatan Asli Daerah X1 terhadap Alokasi Belanja Pegawai, pengaruh dana Alokasi Umum X2 terhadap alokasi belanja Pegawai, pengaruh Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran X3 terhadap alokasi belanja pegawai, dan pengaruh Belanja Modal X4 terhadap alokasi belanja pegawai. Serta secara bersama-sama
apakah ada pengaruh antara kelima variabel tersebut X1,X2,X3,X4 terhadap
alokasi belanja pegawai.
Pendapatan Asli Daerah X1 Dana Alokasi Umum X2
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran X3
Belanja Modal X4 Alokasi Belanja Pegawai Y
H
1
H
3
H
4
H
5
H
2
Universitas Sumatera Utara
21 Berikut adalah uraian konsep variabel-variabel idependen yang mempengaruhi
variabel dependen dalam penelitian ini :
a Pengaruh PAD dengan Alokasi Belanja Pegawai
Studi Abdullah 2004 dalam Prasetyo2014, mengemukakan adanya perbedaan preferensi antara eksekutif dan legislatif dalam
pengalokasian spread PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tetapi alokasi untuk
pendidikan dan kesehatan justru mengalami penurunan. Abdullah 2004 dalam Prasetyo2014, menduga power legislatif yang sangat besar
menyebabkan diskresi atas penggunaan spread PAD. Spread dalam PAD merupakan selisih hasil dari pengalokasian daerah untuk pendidikan dan
kesehatan terhadap belanja daerah.
b Pengaruh DAU Terhadap Alokasi Belanja Pegawai
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Holtz-Eakin et.al.1985 dalam Andre Hardib Prasetyo2014, menyatakan bahwa
terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Secara spesifik mereka menegaskan
bahwa variabel-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek disesuaikan adjusted dengan transfer yang diterima.
Universitas Sumatera Utara
22
c Pengaruh SILPA terhadap Alokasi Belanja Pegawai
SILPA yang digunakan untuk pembiayaan belanja daerah salah satunya belanja pegawai juga berdasarkan persetujuan dewan legislatif.
Dalam perspektif teori keagenan, anggota dewan dan Pemerintah Daerah turut mencanangkan jumlah alokasi dan pemanfaatan pembiayaan
sehingga pihak legislatif mendapatkan wewenangnya kembali. Pihak eksekutif dalam hal ini pemerintah daerah adalah agent dan pihak legislatif
adalah principal. Belum ada penelitian mengenai pengaruh SILPA terhadap belanja
pegawai. Pengalokasian SILPA terhadap belanja pegawai secara nyata terjadi pada KabupatenKota di Sumatra Barat yang bersumber dari
internet [padangekspres.co.id dalam penelitian prasetyo 2014] yaitu tentang penggunaan dana SILPA banyak di alokasikan untuk belanja tidak
langsung belanja pegawai pada tahun 2013. Dengan adanya defisit pada belanja tidak langsung sebesar Rp 111,879 miliar, dan SILPA menjadi
solusi untuk menutup defisit anggaran pemerintah.
d Pengaruh Belanja Modal Terhadap Alokasi Belanja Pegawai
Cara menambah alokasi belanja modal ialah berhemat pada belanja pegawai dan belanja barang. Belanja pegawai ditekan dengan tidak
merekrut pegawai baru kecuali guru, dokter, dan perawat. Memang kecenderungan dari tahun ke tahun, belanja modal daerah sudah
memperlihatkan peningkatan. Namun, peningkatan tersebut harus diekselerasi. Upaya ini dianggap lebih memberi dorongan pada sektor
Universitas Sumatera Utara
23 ekonomi, selain lebih bermanfaat bagi daerah ketimbang APBD
dihabiskan untuk pembayaran gaji pegawai pemda. keuda.kemendagri.go.idartikeldetail41-belanja-modal-pemda-harus-
capai-30-persen
2.4 Hipotesis Penelitian