Menurut Boedi Susanto 2008, laju infiltrasi berbeda menurut jenis tanahnya seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Tekstur Tanah dengan Kecepatan Infiltrasi
Sumber: Soesanto, 2008 Sifat transmisi lapisan tanah tergantung pada lapisan-lapisan dalam tanah.
Lapisan tanah dibedakan 4 horizon Soesanto, 2008 : 1.
Horizon A, yang teratas, sebagian bahan organik tanaman. 2.
Horizon B, merupakan akumulasi dari bahan koloidal A, ketebalan permeabilitas sangat menentukan laju infiltrasi.
3. Horizon C, kadang-kadang disebut sub soil, terbentuk dari pelapukan bahan
induk. 4.
Horizon D, merupakan bahan induk bed rock.
2.3.3 Perhitungan Infiltrasi dan Laju Infiltrasi
Penentuan besarnya infiltrasi dapat dilakukna dengan melalui tiga cara yaitu:
1. Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian pada
percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan metode simulasi laboratorium.
2. Menggunakan alat ring infiltrometer metode pengukuran lapangan.
3. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan metode separasi
hidrograf. Singh 1989 menyajikan beberapa model infiltrasi yang telah diusulkan
dan digunakan pada kebanyakan analisa hidrologi dan hidraulik yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan sistem keairan. Model - model tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kelas yakni: 1 model empiris, dan 2 model konseptual.
Model empiris menyatakan kapasitas infiltrasi sebagai fungsi waktu. Dimana kadar lengas tanah memiliki sifat dinamis terhadap waktu, sehingga laju
infiltrasi ditentukan oleh kondisi lengas tanah mula-mula saat proses infiltrasi mulai terjadi. Adapun model- model empiris infiltrasi diantaranya adalah Model
Kostiakov, Model Horton, Model Holtan dan Model Overton.
Dalam penelitian ini digunakan Model Horton, berikut adalah uraian dari
model tersebut:
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi.
Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstan. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam
tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis
mengikuti persamaan sebagai berikut: kt
e fc
fo fc
f ;
i ≥ fc dan k = konstan 2.1
Keterangan: f
= laju infiltrasi nyata cmh fc
= laju infiltrasi tetap cmh fo
= laju infiltrasi awal cmh k
= konstanta geofisik Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan
utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f , f
c
, dan k dan ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem
komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana. Rumus Horton diatas ditransposisikan sebagai berikut:
kt
e fc
fo fc
t f
2.2 Kemudian persamaan 2.2 tersebut di log kan menjadi:
e log
kt fc
fo log
fc t
f Log
Universitas Sumatera Utara
atau e
log kt
fc fo
log fc
t f
Log
fc fo
log fc
t f
log e
log k
1 t
atau
fc fo
log e
log k
1 fc
t f
log e
log k
1 t
2.3 Persamaan 2.3 diatas sama dengan persamaan Y = mx + C
dimana: Y = t
2.4
e log
k 1
m
2.5 c
f t
f Log
x 2.6
c f
t f
Log e
log k
1 C
2.7 Dengan demikian persamaan ini dapat diwakilkan dalam sebuah garis lurus yang
mempunyai nilai
e log
k 1
m
. Bentuk dari persamaan garis lurus tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Grafik Hubungan t dan Log fo-fc
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Pengukuran Infiltrasi