EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURAKARTA
commit to user
i
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENYALURAN
KREDIT PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Keuangan Dan Perbankan
Oleh :
YASMINE
F3607100
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan Judul:
EFEKTIVITAS
PENERAPAN
SISTEM
PENYALURAN
KREDIT PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURAKARTA
Surakarta, 31 Juli 2010
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
JOHADI, S.E NIP. 360700002
(3)
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul:
EFEKTIVITAS
PENERAPAN
SISTEM
PENYALURAN
KREDIT PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURAKARTA
Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Juli 2010 Tim Penguji Tugas Akhir
Ariyanto Adhi Nugroho, S.E. ( )
NIP. 360800002
Penguji
Johadi, S.E ( )
(4)
commit to user
iv
LEMBAR MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap “ (QS. Alam Nasyrah : 6-8)
Happiness doesn’t depend upon who you are or what you have, it depends solely upon what you think
“Kebahagiaan tidak tergantung pada siapa Anda atau apa yang Anda miliki, kebahagiaan semata-mata tergantung pada apa yang Anda pikirkan”
Let’s others lead small lives, but not you.. let’s other argue over small things, but
not you.. let’s others cry over small hurts, but not you.. let’s other leave future in
somenone else’s hands, but not you.
(Jim Rohn)
(5)
commit to user
v
Ketika sebuah pengharapan besar dalam hati ini ada, ketika mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh,
ketika hati ini memiliki rasa takut,
Ketika tubuh dan pikiran ini memiliki rasa tanggung jawab,
Pengharapan mendapat ridho sang Khalik yang memang mengalahkan segala
kebimbangan ini. Dan memang sudah sepantasnya bagi diri kita untuk mengerjakan segala sesuatunya hanya untuk-Nya,
termasuk Tugas Akhir dan kelulusanku ini.
Puji syukur hanya kepada Allah SWT
Kupersembahkan tugas akhir dan kelulusanku ini untuk untuk seorang wanita yang dengan kelembutan tangannya membelai dan memberi kasih sayang
yang tiada hentinya hingga batas zaman berakhir.
Kupersembahkan pula seorang lelaki yang membisikkan “kalimat yang sangat indah” ketika
sesaat setelah aku meninggalkan alam rahim.
Untuk Mamah Athikah dan Abi Mansyur kupersembahkan karyaku ini sebagai wujud kesungguhanku.
Juga untuk ketiga saudaraku dan my best friend yang sangat aku sayangi : Muhammmad Fikri, Nabilla, Nikhayah, Tri Hasih yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian Tugas Akhir serta selalu memberikan motivasi yang tak pernah surut hingga akhirnya dapat terselesaikanlah Tugas Akhir ini.
(6)
commit to user
vi
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul
“EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENYALURAN KREDIT
PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURAKARTA” .
Tugas Akhir ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keuangan Dan Perbankan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, yang berupa material maupun spiritual, oleh karena itu dengan penuh rasa cinta dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com., Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Nurul Istiqomah, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan Keuangan Dan Perbankan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Johadi, SE, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya.
5. Drs.Sutomo,MS. selaku Dosen Pembimbing Akademis.
6. Bapak dan ibu dosen DIII Keuangan Dan Perbankan UNS yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
(7)
commit to user
vii
7. Bapak Bangun Sulistiyo, Ibu Susyana Andriyani, Ibu Afida Susilowati, dan Bapak Wahyana, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu yang berguna bagi penulis selama menjalani proses magang di bagian Loan Service.
8. Bapak Heru Setiyanto, selaku pembimbing Institusi Mitra yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam melaksanakan Kegiatan Magang Mahasiswa.
9. Bapak Hendratno, selaku Branch Manager Bank Tabungan Negara (BTN) yang telah memberikan izin pelaksanaan Kegiatan Magang Mahasiswa ini. 10.Ibu Tuty Lestari, Ibu Siti Sulistiyati, Bapak Djatmiko, Bapak Hadi Wasono,
Bapak Aris, Bapak Cuk, Ibu Rini, Bapak Baehaqi, Bapak Sehono Bapak Syahroni, Bapak Toni, Ibu Elli, Ibu Ismini, Ibu Prapti, Ibu Purwani, Bapak Heri Kristiawan, Ibu Tri Hastuti, Bapak Agus, Bapak Darmastoto, Bapak Ari, Mas Anton, Mas Nova, Mas Sumarsono, Mbak Isna, Mbak Yani, dan pegawai staf lainnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga bagi penulis.
11.My beloved family Mamah ku yang paling ku SAYANG, Abi ku paling SABAR, Adik-adikku Nikhayah & Nabila Alias Cat & Mouse, Kakak-kakakku Kak Ria, Qiqi, Syarif, Kak Eva, Kak Nina, Kak Fitriah Saleh makasih buat supportnya baik financial maupun moril. Keponakan-ponakanku Zidane, Najwa, Shyrien, Simona, Sarah, Dania and Michael, I love you all. Pokoknya buat semua keluarga besar Asseweth & Alkatiri yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk semua.
(8)
commit to user
viii
12.Buat yang terkasih dan mengasihi aku, yang tersayang dan menyayangi aku, tempat tawa dan air mata ku, tempat asset dan liabilies ku, my soulmate, my love, you are the best i ever had. “Yankdutzz”
13.Buat keluarga Hasih, Bapak Mudo Sugiyoto, Ibu Mulyani, Mas Dodo, Mbak Atik, Dek Wulan, Mas Didit dan keluarga, dan seluruh keluarga besar Ayam Goreng Kampung “Mbak Mul”, terimakasih untuk candatawa nya, pengalaman dan support nya.
14.Pak Mey, petugas Perpustakaan Fakultas Ekonomi yang loyal dalam memberikan ilmu-ilmu yang ada di perpustakaan tanpa pamrih.
15.Teman-teman seperjuangan D3 Keuangan Perbankan 2007, Heni, Ratih, Suyanti, Yuli, Fika, Ita, Listia, Nita, Yani, dll terima kasih untuk persahabatannya.
16.Teman sepermainan Nila, Fitri, Iid, Efi, Gayuh, Wening, dll terima kasih sobat buat persahabatannya.muach..
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
(9)
commit to user
ix
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
LEMBAR MOTTO ...v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Metode Penelitian... 16
(10)
commit to user
x
A. Pengertian Bank ... 27
B. Jenis Bank ... 29
C. Kredit ... 34
D. Efektivitas, Sistem dan Prosedur, serta Prosedur Kredit ... 45
BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 64
B. Kegiatan Magang Kerja ... 79
C. Pembahasan Masalah ... 91
1. Sistem Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta ... 93
2. Efektivitas Penerapan Sistem Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta ... 131
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 139
B. Saran ... 142
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Jumlah Debitur KPR di Bank Tabungan Negara Surakarta ...7 Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu ...13 Tabel 3.1
Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Pada Bank BTN ...74 Tabel 3.2
Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Gender Pada Bank BTN ...76 Tabel 3.3
Kelompok Sasaran KPRS ...94 Tabel 3.4
Skim Subsidi ...95 Tabel 3.5
Batas Maksimum Harga Rumah KPRS ...96 Tabel 3.6
Persyaratan atas Minimum Uang Muka, Maksimum KPR Dan Maksimum Jangka Waktu Kredit (Tenor) ...97 Tabel 3.5
(12)
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Bentuk Dasar Suatu Sistem ...18 Gambar 1.2
Sistem dengan Sistem Pengumpan Balik ...18 Gambar 1.3
Sistem Penyaluran Kredit Bank BTN Surakarta ...19 Gambar 1.4
Efektivitas Sistem Penyaluran Kredit ...20 Gambar 2.1
Bank Sebagai Financial Intermediary ...28 Gambar 3.1
Struktur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Surakarta Kondisi Februari 2010 ...73 Gambar 3.2
Kerangka Penelitian ...92 Gambar 3.3
Prosedur Umum Kredit Bank BTN Surakarta ...121 Gambar 3.4
Prosedur Pengambilan Keputusan Kredit oleh KPK dan Realisasi Kredit ...122 Gambar 3.5
(13)
commit to user
xiii
Target dan Realisasi KPRS BTN Surakarta tahun 2008 -2010 (per Semester) ...124
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan
Lampiran 2. Surat Persetujuan Magang Kerja
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Magang Kerja Lampiran 4. Lembar Penilaian Magang Kerja
Lampiran 5. Form Permohonan Kredit Perorangan
Lampiran 6. Surat Kepada Pimpinan Instansi Perusahaan Pemohon Lampiran 7. Surat Kepada Kepala Desa
Lampiran 8. Surat Perincian Penghasilan Untuk Pemohon Berpenghasilan Tetap Lampiran 9. Surat Keterangan Penghasilan Pemohon Berpenghasilan Tidak Tetap Lampiran 10. Surat Kuasa Pemotongan Gaji
Lampiran 11. Surat Keterangan Mengenai Rumah dan Penjual Rumah/Developer Lampiran 12. Surat Pernyataan Format A1dan Surat Pernyataan Format A2 Lampiran 13. Checklist Data/Syarat Kelengkapan Data Untuk Permohonan Kredit Lampiran 14. Lembar Hasil Wawancara
(14)
commit to user
ABSTRAKSI
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)
CABANG SURAKARTA
YASMINE NIM F3607100
KPR Subsidi adalah salah satu jenis produk kredit pemilikan rumah yang diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. KPR Subsidi menjadi produk unggulan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta karena banyak diminati oleh calon debiturnya. Untuk mendukung kelancaran proses kredit KPRS diperlukan adanya penerapan sistem penyaluran KPRS yang efektif dan optimal. Penelitian ini mengambarkan tentang efektivitas penerapan sistem penyaluran kredit pemilikan rumah subsidi pada Bank BTN cabang Surakarta dalam rangka memperoleh keluaran (output) yang sesuai dengan diharapkan.
Penelitian ini menggunakan tipe diskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan Studi Lapangan (Field Research) yakni observasi, wawancara, praktek langsung di lapangan dan telaah dokumen, teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan Studi Kepustakaan (Library Research) atas teori-teori yang mendukung penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya permasalahan-permasalahan yang muncul pada tahap input dan proses sistem yang diakibatkan oleh kurang optimalnya penerapan sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta, sehingga keluaran (output) yang diharapkan dari dijalankannya sistem belum terpenuhi yakni belum berjalannya Layanan Kredit 151 dan tidak tercapainya target realisasi KPRS dari tahun 2008-2010. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan dari sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta belum efektif.
Untuk mendukung usaha-usaha perbaikan dan pengoptimalan penerapan sistem penyaluran KPRS pada PT. Bank BTN cabang Surakarta, penulis memberikan saran agar disediakannya brosur KPRS sebagai sarana promosi dan peningkatan layanan, pemberian batas waktu kepada nasabah untuk melengkapi berkas-berkas demi kelancaran proses kredit, peningkatan sarana dan prasana untuk kelancaran jalannya proses On The Spot (OTS) dan disediakannya akses langsung untuk pengecekan BI Checking bagi Loan Service Unit.
(15)
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah menjadi salah satu kepentingan utama bagi masyarakat karena rumah merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, kepribadian dan peradaban bangsa. Rumah juga merupakan pusat pendidikan keluarga, selain juga berfungsi sebagai persemaian budaya, penyiapan generasi muda serta menjadi roda penggerak pembangunan ekonomi nasional. Kualitas generasi bangsa Indonesia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kualitas perumahan dan permukiman.
Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, menyatakan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana\lingkungan, sedang permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
(16)
commit to user
Pentingnya pemenuhan perumahan dan permukiman sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dan peningkatan taraf hidup rakyat ini tersurat dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang berhak bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Di samping itu, pemenuhan atas perumahan dan permukiman juga dituangkan dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada pasal 40 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak. Dan secara lebih khusus juga diperkuat dengan UU Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Rangkaian perundangan tersebut secara eksplisit mempertegas bahwa rumah atau papan maupun permukiman menjadi kebutuhan vital manusia yang sangat mendasar. Sehingga disini pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akhirnya menjadi tanggungjawab bersama yakni antara pemerintah dengan masyarakat itu sendiri.
Perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan perumahan dan pemukiman yang layak akan mudah terwujud bagi masyarakat yang dipandang mampu secara ekonomi / financial. Tetapi bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah dan masyarakat yang berpenghasilan informal tentunya akan sulit untuk memiliki rumah yang layak, yakni syarat akan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. Disinilah
(17)
commit to user
peran pemerintah penting dalam mendorong tercapainya pemenuhan kebutuhan akan perumahan ini untuk mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan rakyat secara merata. Untuk itu perlu adanya usaha pemerintah menyelenggarakan program kredit perumahan yang berorientasi pada masyarakat menengah ke bawah.
Penyelenggaraan program tersebut dilakukan pemerintah bekerjasama dengan pihak perbankan, dimana bank berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial intermediary) dan sebagai alat pembangunan (agent of development). Bank sebagai financial intermediary tertuang dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan, yakni definisi bank yang berbunyi:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurknnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank sebagai agent of development bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.1
Dengan menjalankan kedua fungsi diatas dalam pelaksanaan program kredit perumahan untuk rakyat ini diharapkan masyarakat
1
Muhamad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal 3.
(18)
commit to user
terbantu, sehingga keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan dan pemukiman ini tidak lagi sulit untuk diwujudkan. Program kredit perumahan bagi masyarakat yang dijalankan oleh kalangan perbankan ini biasa disebut Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kredit Pemilikan Rumah adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR, yakni KPR Bersubsidi dan KPR Non Subsidi.
KPR Subsidi adalah suatu kredit yang diperuntukkan pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa subsidi meringankan kredit (subsidi selisih bunga) dan subsidi untuk menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah (subsidi uang muka). Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh Pemerintah, khususnya oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat yang regulasi-regulasinya ada dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman Dengan Dukungan Failitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi. Secara umum Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat terdiri dari pasal-pasal yang mengatur tentang skim subsidi, bunga subsidi, maksimum KPRS, tenor KPRS, minimun uang muka, minimum dan maksimum pinjaman, serta kelompok sasaran subsidi berdasarkan penghasilan dan harga jual rumah, sehingga melalui regulasi ini tidak
(19)
commit to user
setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas subsidi.
KPR Non Subsidi, yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat yang ingin membeli rumah atau memperbaikinya. Ketentuan KPR Non Subsidi ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya maksimal kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) merupakan salah satu bank penyalur kredit pemilikan rumah saat ini. BTN adalah bank fokus, dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan yang sejalan dengan ktriteria Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang menggolongkan bank-bank di Indonesia menjadi bank internasional, bank nasional, bank fokus dan bank dengan operasional terbatas. BTN mempunyai visi “Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.”
Perwujudan komitmen BTN sebagai bank fokus dalam pembiayaan perumahan salah satunya dapat dilihat dari pelepasan sebagian sahamnya melalui pasar modal atau go public, yang bertujuan dengan proses IPO
(Initial Public Opening) ini bank BTN dapat menambah modalnya sehingga dapat meningkatkan pembiayaan perumahan. Selain itu, menurut Data Biro Riset Infobank, BTN masuk kategori bank dengan modal Rp1 triliun sampai dengan Rp10 triliun yang menempati peringkat enam dalam rating bank versi Infobank 2010. Pencapaian kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang gemilang ini berasal dari realisasi ekspansi
(20)
commit to user
kredit. Selama 2009 sekitar 96% kredit BTN disalurkan ke sektor perumahan. Selain hal tersebut diatas, dalam hal layanan KPR BTN menerapkan standar yang disebut 151, yaitu pada hari pertama pengajuan permohonan kredit, konsumen sudah bisa mengetahui apakah mereka bisa mendapat KPR atau tidak, lima hari berikutnya proses memenuhi syarat-syarat administratif, dan satu hari kemudian pencairan. Jadi, dalam waktu tujuh hari kerja kredit perumahan ini sudah dapat dicairkan.
Fokus bank BTN sebagai bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan dapat dilihat dari antusiasme masyarakat yang mengajukan KPR. Khusus di wilayah Solo sendiri, salah satu produk KPR yang paling banyak diminati oleh konsumen di BTN cabang Solo adalah KPR Subsidi atau biasa disebut dengan pembiayaan Rumah Sederhana Sehat disingkat RSH. Seperti yang telah dijelaskan penulis diatas, KPR Subsidi/RSH merupakan program kredit perumahan yang diperuntukkan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, perumahan ini dikembangkan oleh developer yang memiliki tipe maksimal 30 dengan harga jual sebesar Rp. 55 juta. Kredit untuk perumahan sederhana sehat (RSH) ini lebih banyak diminati oleh sebagian besar konsumen di wilayah Solo karena bunganya yang ringan dibandingkan dengan kredit perumahan komersil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah debitur RSH dibandingkan dengan produk KPR yang lain (non-subsidi) di BTN Solo pada triwulan I dan II di tahun 2010 ini, sebagai berikut:
(21)
commit to user Tabel 1.1
Jumlah Debitur KPR di Bank Tabungan Negara Surakarta Produk
KPR
Suku Bunga Jumlah Debitur
Triwulan 1 Tahun 2010
Triwulan 2 Tahun 2010
RSH 7% 331 414
KGU 12.5% 145 147
KGM 13,5% 67 92
(Sumber: Bank Tabungan Negara bagian Loan Administration, 2010.) Keterangan:
RSH : Rumah Sederhana Sehat (Kredit Pemilikan Rumah Bersubsidi) KGU : Kredit Griya Multi (KPR Komersil)
KGM : Kredit Griya Multi
Untuk memenuhi kebutuhan perumahan calon debitur yang akan melakukan proses kredit perumahan di BTN khususnya pada produk subsidi RSH ini, diperlukan sistem pembiayaan dalam penyediaan perumahan yang dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah tersebut. BTN perlu menerapkan suatu sistem, dimana sistem ini dipandang efektif untuk mendukung kelancaran proses kredit dan pemenuhan kebutuhan debitur KPRS dari segi palayanannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif merupakan sesuatu yang berpengaruh dan dapat membawa hasil atau berhasil guna (KBBI, 2001). Menurut Dunn, efektivitas adalah suatu kriteria yang menunjukkan bahwa suatu alternatif yang direkomendasikan mempunyai
(22)
commit to user
hasil yang baik atau memberikan pengaruh sesuai yang diinginkan (Dunn, 1999:272). Selain itu, efektivitas juga dapat dilihat dari kemampuannya untuk memecahkan masalah dan kemampuannya untuk bisa dilaksanakan (Chapin dan Kaiser, 1979:485). Kedua definisi diatas menunjukkan bahwa efektivitas mencerminkan sebuah kondisi yang merupakan hasil dari sebuah penilaian dengan tolok ukur tertentu. Hasil dari suatu penilaian efektivitas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan di masa mendatang. Jadi efektivitas mencerminkan kinerja suatu hal (kebijakan, sistem, pedoman, dan lain-lain) yang dapat berpengaruh pada keberlanjutan pelaksanaannya pada masa mendatang2
. Istilah sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada komponen atau elemennya dan yang menekankan pada prosedurnya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan sistem sebagai berikut3
:
“Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Secara sederhana kumpulan dari elemen-elemen tersebut diantaranya input (masukan), output (keluaran), dan process (pengolah),
2
Erma kusumaningsih. 2005. Efektivitas Sistem Pembiayaan KPR Dalam Penyediaan Rs/Rss Di Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang
3
Jogiyanto H. M. 1988. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer : Buku Kesatu “Konsep Dasar dan Komponen”. Yogyakarta: BPFE, hal 4-5
(23)
commit to user
serta sasaran atau tujuan. Input atau masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, energi ini dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Output atau keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan apabila keluaran dari sistem tidak berguna. Process
(pengolah sistem) merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai. Bagian dari elemen sistem lain yang paling penting dan harus ada adalah sasaran atau tujuan sistem dikarenakan tujuan inilah yang akan menjadi pemotivasi untuk mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
Di dalam sistem dikenal istilah mekanisme pengendalian dan umpan balik. Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. Umpan balik ini dapat memberikan dampak yang baik bagi keberlangsungan suatu sistem, apabila masukan-masukan yang diberikan di follow-up dengan baik pula.
(24)
commit to user
Pendekatan sistem lain yakni yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut ini:
“Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.”
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal, sebagaimana Richard F. Neusche mendifinisikan prosedur sebagai berikut:
“Suatu prosedur adalah suatu urut-urutan operasi klerikal (tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi.”
Dari definisi kata efektif, efektivitas, sistem dan prosedur diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem yang dapat dikatakan efektif adalah sistem yang terdiri dari prosedur-prosedur, dimana implementasi dari prosedur ini akan memudahkan proses kegiatan suatu usaha dan berguna untuk pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan yang ingin dicapai BTN secara umum adalah untuk menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan, yakni tidak hanya untuk perumahan komersil tetapi juga untuk kredit perumahan bersubsidi. Untuk mewujudkan tujuan diatas salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan cara mengevaluasi sistem dan prosedur
(25)
commit to user
penyaluran kredit yang selama ini digunakan BTN cabang Surakarta, kemudian melihat efektivitas penerapan dari sistem dan prosedur tersebut, hasil dari analisa efektivitas ini selanjutnya dapat berperan sebagai
feedback dari penerapan sistem tersebut yakni sebagai bahan evaluasi atau perbaikan sistem yang dirasa akan dapat memberi sumbangan pada tercapainya tujuan perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa sistem penyaluran kredit yang efektif dapat dilihat dari ketersediaan sumber daya, kemudahan mekanismenya, keterjangkauan, ketepatan sasaran, dan kemampuannya dalam memecahkan masalah dari keluaran sistem yang digunakan akan mempengaruhi kinerja dari sistem tersebut, kelima kriteria ini tentunya akan berpengaruh juga pada performance perusahan khususnya apabila dilihat dari sisi manajemennya. Di dalam manajemen sebuah bank terdapat penerapan sistem manajemen resiko, yang mencakup pengawasan, kecukupan kebijakan, prosedur dan limit, kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian resiko, serta sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Secara umum sistem manajemen ini akan mengevaluasi sistem, kebijakan, prosedur-prosedur yang di tetapkan apakah sudah sejalan dengan tujuannya, dengan demikian performa dari berjalannya sistem-sistem yang ada akan memberikan masukan pada penerapan sistem yang lain pada bank. Demikian pula dengan sistem penyaluran kredit pada bank, berjalannya sistem ini akan memberikan feedback pada perusahaan sebagai bahan evaluasi atas
(26)
commit to user
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dijalankan. Hal ini penting bagi pengembangan performance perusahaan, apalagi apabila perusahaan menerapkan praktek sebagai Good Corporate Governance.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimanakah efektivitas dari penerapan sistem atau prosedur yang digunakan Bank BTN cabang Solo dalam menyalurkan kredit untuk perumahan bersubsidi demi tercapainya tujuan atau visi Bank BTN. Efektivitas penerapan sistem ini dapat diidentifikasi dari penerapan proses sistem penyaluran kredit melalui prosedur kredit yang ada di BTN berdasarkan Standart Operating Proceduresnya (SOP) yang ada dan penulis melihat efektivitas penerapan sistemnya berdasarkan bagaimana keluaran (output) yang dihasilkan dari dijalankannya sistem tersebut. Ide ini penulis sajikan dalam bentuk laporan Tugas Akhir dengan judul “EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURAKARTA.”
Studi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan sistem penyaluran kredit pemilikan rumah bersubsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta. Sampai saat ini penelitian mengenai penyediaan perumahan subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah telah banyak dilakukan. Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
(27)
commit to user Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Erma Kusumaningsih Niken Devi Agustina
Judul Efektivitas Sistem Pembiayaan KPR dalam Penyediaan RS/RSS di Kota Semarang
Sistem Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta Materi
Penelitian
Pengidentifikasian sistem
pembiayaan KPR dalam
penyediaan RS/RSS di Kota Semarang dan analisis terhadap sistem tersebut berdasar kriteria yang ditetapkan.
Pengidentifikasian sistem pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta dan mengevaluasi kelebihan serta kelemahan dari sistem tersebut
Lokasi Semarang, 2005 Surakarta, 2009
Hasil Penelitian
Tingkat efektivitas sistem
pembiayaan KPR dalam
penyediaan RS/RSS di Kota Semarang.
Pemenuhan unsur sistem dalam Sistem Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi dan temuan penulis mengenai kelemahan dan kelebihan dari sistem tersebut.
(28)
commit to user B. Perumusan masalah
Perumusan masalah diperlukan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai objek penelitian dan untuk menghindari terjadinya pengaburan dan perluasan masalah sebagai akibat luasnya ruang lingkup tentang objek yang akan dikaji, perumusan masalah juga dimaksudkan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai.
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta?
2. Bagaimanakah efektivitas penerapan sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta dilihat dari keluaran (output) yang dihasilkan dari dijalankannya proses sistem ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sistem penyaluran KPRS di Bank Tabungan Negara cabang Surakarta dan menganalisa efektivitas penerapan sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta dilihat dari keluaran (output) yang dihasilkan dari dijalankannya proses sistem.
(29)
commit to user D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan ada manfaat yang dapat diambil baik bagi penulis sendiri, perusahan yang diteliti, maupun bagi akademisi atau peneliti yang lain.
a. Bagi perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan feedback atas sistem penyaluran kredit yang digunakan perusahaan, yakni sebagai bahan pertimbangan dalam pengevaluasian penerapan sistem dan prosedur penyaluran Kredit Pemilikan Rumah bersubsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta yang akan digunakan selanjutnya.
b. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana proses penerapan sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta, serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan dunia kerja.
c. Bagi akademisi dan peneliti
Memberikan sumbangan pengetahuan praktis mengenai sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada prakteknya dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi serta menambah daftar pustaka baru bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
(30)
commit to user E. Metode Penelitian
Metode penelitian berfungsi sebagai alat atau cara untuk pedoman melakukan penelitian, sedangkan penelitian adalah suatu cara yang didasarkan kepada metode, sistematika, pemikiran tertentu yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang bersifat ilmiah.
Agar penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka diperlukan suatu metode penelitian yang benar, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik sesuai rencana. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe diskriptif kualitatif yang diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan atau deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati4. H. B. Sutopo (2002:35) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan riset kualitatif yang memusatkan pada diskriptif data yang dikumpulkan merupakan data yang berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau jumlah.
Dalam penelitian penulis berusaha untuk membaca data-data yang diperoleh baik berupa bagan, kata-kata atau gambar kemudian berusaha untuk mengintepretasikannya dengan arti yang sedekat mungkin dengan data aslinya seperti pada waktu didapat atau dicatat.
4
(31)
commit to user
Dimana perhatian dipusatkan pada kasus tunggal secara mendetail yaitu mengenai efektivitas penerapan sistem penyaluran kredit pemilikan rumah bersubsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta. Penggunaan penelitian ini dimaksudkan untuk mengambarkan secara lengkap tentang bagaimana sistem penyaluran kredit pemilikan rumah subsidi pada Bank BTN cabang Surakarta dan melihat efektivitas penerapannya berdasarkan keluaran (output) yang dihasilkan.
Adapun desain penelitian yang penulis susun sesuai dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang sebenarnya dan permasalahan yang ingin penulis analisa. Desain penelitian ini penulis gunakan sebagai dasar atau landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan. Desain penelitian disini menjelaskan tentang proses berfikir peneliti dalam rangka mengadakan penelitian tentang efektivitas penerapan sistem penyaluran kredit pemilikan rumah bersubsidi di Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Surakarta. Mengacu pada teori dan latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat desain penelitian berdasarkan bentuk dasar dari suatu sistem untuk menggambarkan sistem penyaluran kredit adalah sebagai berikut5
:
5
Jogiyanto. 1988. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. Yogyakarta: Anggota IKAPI
(32)
commit to user Gambar 1.1
Bentuk Dasar Suatu Sistem
Bentuk dasar dari suatu sistem terdiri dari masukan, pengolah, dan keluaran. Untuk maksud pengendalian bisa ditambahkan sistem pengendalian umpan balik, seperti pada Gambar 1.2 berikut:
Gambar 1.2
Sistem dengan Sistem Pengumpan Balik
Sistem pengendalian umpan balik digunakan untuk mengendalikan kinerja suatu sistem apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan atau perbedaan-perbedaan dalam keluaran yang dihasilkan atau dalam proses sistem secara keseluruhan, sistem pengendalian ini akan menngkoreksi penyimpangan-penyimpangan tersebut dengan memberikan feedback (umpan balik) untuk memperbaiki masukan sistem selanjutnya.
INPUT (Masukan)
PROCESS (Pengolah)
OUTPUT (Keluaran)
Masukan Pengolah Keluaran
Sistem pengendalian umpan balik
(33)
commit to user
Penulis menggunakan bentuk dasar dari suatu sistem dengan pengendalian untuk menganalisa efektivitas penerapan sistem penyaluran kredit yang digunakan, untuk melihat efektivitasnya penulis perlu mengetahui proses dari penyaluran kredit terlebih dahulu, untuk itu langkah pertama yang penulis lakukan adalah dengan mengidentifikasi sistem penyaluran kredit yang digunakan perusahaan, yang di dalamnya meliputi komponen input yang digunakan dalam proses kredit, proses kredit itu sendiri, dan keluaran (output) yang dihasilkan. Sistem penyaluran kredit ini dapat dilihat dari Gambar 1.3 berikut:
Gambar 1.3
Sistem Penyaluran Kredit Bank BTN Surakarta
· Regulasi
· Persyaratan Kredit · Dokumen yang
digunakan
· SDM
Proses Kredit (Sistem & Prosedur Kredit) INPUT
(Masukan)
PROCESS (Pengolah)
OUTPUT (Keluaran)
· Tercapaianya Target Realisasi KPRS
· Praktik Layanan Kredit151
(34)
commit to user
Setelah penulis mengidentifikasi input, proses, serta output dari elemen-elemen yang tertera di atas, selanjutnya penulis akan melihat efektivitas dari penerapan sistem penyaluran kredit tersebut, sesuai dengan Gambar 1.4 di bawah ini:
Gambar 1.4
Efektivitas Sistem Penyaluran Kredit
Penulis akan melihat dan menganalisa efektivitas sistem penyaluran kredit dengan indikator diatas berdasarkan teori mengenai efektivitas berikut ini6
: a) Pendapat Dunn
Efektivitas adalah suatu kriteria yang menunjukkan bahwa suatu alternatif yang direkomendasikan mempunyai hasil yang baik atau memberikan pengaruh sesuai yang diinginkan.
6
Erma kusumaningsih. 2005. Efektivitas Sistem Pembiayaan KPR Dalam Penyediaan Rs/Rss Di Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang
EFEKTIVITAS
Keluaran Sistem (Output Sistem) · Evaluasi Ouput · Pengotimalan dan Perbaikan
(35)
commit to user b) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Efektif merupakan sesuatu yang berpengaruh dan dapat membawa hasil atau berhasil guna.
Berdasarkan teori diatas, sistem dapat dikatakan efektif apabila hasil (output) dari dijalankannya suatu sistem sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan. Jadi, suatu sistem penyaluran kredit pemilikan rumah subsidi dapat dikatakan efektif apabila hasil (output)
yang diharapkan dari berjalannya sistem ini dapat tercapai dimana
output yang ingin dihasilkan dari sistem ini sesuai dengan Gambar 1.3 diatas. Setelah penulis mengetahui bagaimana penerapan sistem penyaluran KPRS dari keluaran (output) yang dihasilkan, penulis akan menyimpulkan dan mengevaluasi apakah penerapan sistem penyaluran KPRS efektik ataukah tidak, serta memberikan alternatif solusi atau upaya yang dapat dilakukan untuk pengoptimalan dan perbaikan sistem yang ada.
Setelah melihat, menganalisa, dan diperoleh kesimpulan dari efektivitas penerapan sistem penyaluran kredit melalui output yang dihasilkan dari sistem tersebut, penulis mencoba untuk memberikan
feedback kepada perusahaan, berupa masukan-masukan atau saran yang mungkin berguna bagi penerapan atau perbaikan sistem selanjutnya.
(36)
commit to user 2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo tepatnya pada divisi Loan Services. Pemilihan objek penelitian adalah dengan pertimbangan bahwa penulis merupakan mahasiswa program studi Keuangan dan Perbankan di mana penulis banyak dibekali berbagai teori dan praktik di bidang keuangan maupun perbankan, selain itu penulis juga telah melakukan kegiatan Magang Mahasiswa di bagian Loan Services, sehingga pihak BTN cabang Solo juga memberikan izinnya kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo sendiri merupakan salah satu bank bonafit dan bank fokus dirasa tepat sebagai tempat pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah penulis dapatkan di bangku perkuliahan dengan dunia kerja.
3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data a. Jenis data
1) Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil observasi, wawancara, praktek langsung di lapangan, dan telaah dokumen.
(37)
commit to user 2) Data Sekunder
Adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder juga dapat diperoleh melalui studi kepustakaan, studi dokumenter, dan perundang-undangan yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan untuk melaksakan penelitian pada Bank Tabungan Negara (Persero) penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1) Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu studi atau penelitian untuk mendapatkan data primer dengan mengadakan peninjauan langsung pada lokasi perusahaan dengan maksud untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, dengan cara sebagai berikut:
- Observasi
Yaitu pengamatan secara langsung pada objek penelitian untuk mengamati secara kualitatif sebagai kegiatan yang termasuk dalam kajian permasalahan. Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi yang penulis lakukan adalah observasi partisipasi (participant
(38)
commit to user
observation) yaitu mengumpulkan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.7 Observasi yang penulis lakukan khususnya mengenai proses penyaluran kredit pemilikan rumah di BTN, serta dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam proses tersebut.
- Wawancara
Merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden8. Teknik ini dilakukan secara mendalam
dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan untuk memperoleh informasi yang jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian ini, disini informasi penulis dapatkan dari petugas bagian layanan kredit (Loan Service)
Bank Tabungan Negara cabang Solo, petugas bagian administrasi kredit ( Loan Administration ) Bank Tabungan Negara cabang Solo, petugas bagian pembinaan dan penyelematan kredit (Collection & Work Out) Bank Tabungan Negara cabang Solo.
7
Lexy J. Moleong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. 8
(39)
commit to user - Praktek Langsung di Lapangan
Yakni pengamatan yang penulis lakukan secara langsung di lapangan, serta aktivitas yang penulis lakukan selama menjalani kegiatan magang di Bank Tabungan Negara cabang Solo di bagian Loan Service. Pengamatan khususnya dilakukan kepada Petugas bagian layanan kredit
( Loan Service ) Bank Tabungan Negara cabang Solo untuk melihat sistem atau prosedur palayanan kreditnya, kemudian praktek magang yang dilakukan penulis yang berhubungan dengan penelitian ini, misalnya memberikan informasi kepada nasabah tentang kredit, menerima berkas pengajuan kredit nasabah, melakukan pekerjaan yang merupakan bagian dari proses kredit ( konfirmasi gaji calon debitur, menulis memo On The Spot (OTS) instansi atau pekerjaaan, menyimak wawancara, menjurnal realisasi kredit,dll). Selain itu, untuk mendukung penelitian ini, penulis juga melakukan pendekatan kepada petugas CWO (Collection and Work Out), Bookeping and Control dan
Loan Administration untuk menambah pengetahuan penulis tentang layanan kredit itu sendiri dan mendapatkan data yang relevan dengan penelitan penulis.
(40)
commit to user - Telaah Dokumen
Merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen atau arsip tersebut adalah sejarah BTN Solo, visi dan misi BTN, nilai-nilai dasar, etika perorangan, dan pedoman pegawai, produk dan jasa BTN, Standart Operating Procedures
Kredit Pemilikan Rumah, Surat Edaran Direksi tentang Kredit Bersubsidi, serta data Time series (data deret waktu) mengenai target realisasi kredit bersubsidi BTN Solo, jumlah pemohon kredit, serta jumlah realisasi Kredit Pemilikan Rumah BTN Solo per semester dari tahun 2008-2010.
2) Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu studi atau penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dengan jalan membaca buku, hasil karya ilmiah, hasil-hasil penelitian sebelumnya, serta referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini dilakukan atas teori-teori yang mendukung penelitian ini. Dari penelitian kepustakaan ini dapat diperoleh data sekunder yang diperlukan oleh penulis.
(41)
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha. Sedangkan bank itu sendiri adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan hidup rakyat banyak.9
Dari pengertian bank diatas dapat disimpulkan bahwa peranan bank dalam masyarakat adalah sebagai penghimpun dana dari masyarakat, penyalur dana dalam bentuk kredit (fungsi intermediasi), dan memperlancar transaksi perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat.
Sistem moneter di sektor perbankan menunjukkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan tertua di Indonesia dalam fungsinya sebagai
Financial Intermediary. Fungsi utama bank sebagai Financial Intermediary dapat dilihat dari Gambar 2.1 di bawah ini:10
9
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992, pasal 1 ayat 1 dan 2 10
(42)
commit to user Gambar 2.1
Bank Sebagai Financial Intermediary
Berikut ini adalah penjelasan arus perputaran uang yang ada di bank dari masyarakat kembali ke masyarakat, di mana bank sebagai perantara (Financial Intermediary):
1. Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam bentuk simpanan Giro, Tabungan, atau Deposito. Bagi bank dana yang disimpan oleh masyarakat adalah sama artinya dengan membeli dana. Dalam hal ini nasabah sebagai penyimpan dan bank sebagai penerima titipan simpanan. Nasabah dapat memilih sendiri untuk menyimpan dana apakah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau Deposito.
2. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya dana yang disimpan dan faktor lainnya.
FUNGSI BANK Beli Dana Jual Dana
Giro Tabungan
Deposito
Pinjaman (kredit) Masyarakat yang
Kelebihan Dana
Masyarakat yang Kekurangan Dana 1
2
3
(43)
commit to user
3. Kemudian oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah di bank yang bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang kekurangan atau membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman/kredit. 4. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank,
diwajibkan kembali untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah pengembalian pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil sesuai hukum Islam.
B. Jenis Bank
1. Menurut fungsinya bank dapat dibedakan menjadi:11
a. Bank Sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 dan diatur dengan UU No. 13 Tahun 1968. Bank Indonesia memiliki tugas pokok membantu pemerintah dalam hal-hal:
- Mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas nilai Rupiah. - Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja.
11
Faisal Abdullah. 2003. Manajemen Perbankan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, hal 20-21
(44)
commit to user
b. Bank Umum, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk Giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. Contohmya Bank BTN, Bank Duta, Bank Niaga, Lippo Bank, Panin Bank, dan lain-lain.
c. Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Contoh Bank Tabungan Pensiunan Nasional.
d. Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka panjang dan menengah dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan jangka panjang di bidang pembangunan. Contoh Bapindo, BPD (Bank Pembangunan Daerah).
2. Dari sudut kepemilikannya, Bank dapat dibedakan menjadi: a. Bank Pemerintah/Bank Negara, yaitu Bank yang bagian terbesar
sahamnya dimiliki oleh pemerintah atau negara. Contoh BTN, BRI, BNI 46.
b. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak swasta. Contoh Bank Bali, Bank BCA dan Paninbank.
(45)
commit to user
Bank swasta nasional ini dapat dibedakan menjadi dua golongan lagi berdasarkan kemampuannya melakukan transaksi internasional dan transaksi valas, yaitu:
- Bank Devisa, yaitu Bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor-impor, jual beli valuta asing, dan lain-lain. Contoh Bank Bali, Bank BCA, Bank Duta, Bank Niaga,dan lain-lain.
- Bank Non-Devisa, yaitu bank yang tidak dapat mengadakan transaksi internasional. Contoh Bank Nusantara, Bank Arta Graha, Bank Djasa Arta, dan lain-lain. Bank devisa ini dapat meningkatkan statusnya menjadi bank devisa setelah syarat-syaratnya terpenuhi.
c. Bank Asing, yaitu bank yang sahamnya dimiliki pihak asing. Untuk jenis ini, mereka hanya membuka cabang di Indonesia. Kantor pusatnya di luar negeri. Contoh Citibank, Chase Manhattan Bank, standard Chatered, dan lain-lain.
d. Bank Campuran, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan sebagian lagi dimiliki oleh pihak swasta nasional. Contoh Sanwa Indonesia Bank (Bank Bali Indonesia dengan Sanwa Bank Jepang), Fuji Internasional Bank (Bank Internasional Indonesia dengan Fuji Bank, Jepang), dan lain-lain.
(46)
commit to user
3. Jenis bank menurut visi Arsitektur Perbankan Indonesia, berdasarkan stuktur permodalannya di kelompokkan menjadi:12
a. 2 sampai 3 bank yang rnengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas Rp 50 triliun;
b. 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp 10 triliun sampai dengan Rp 50 triliun;
c. 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada serangkaian usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp 100 miliar sampai dengan Rp 10 triliun;
d. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp 100 miliar.
4. Jenis Bank Menurut Target Pasar
Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan transaksinya pada jenis-jenis nasabah tertentu. Dengan pemfokusan ini diharapkan bank-bank tersebut dapat lebih menguasai karakteristik nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan
12
Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat, hal 30-31
(47)
commit to user
menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Kegiatannya dapat lebih efisien antara lain karena:13
1. pelayanan, jasa-jasa, dan iklan yang diberikan oleh bank lebih sesuai dengan karakteristik nasabah
2. proporsi kredit bermasalah lebih sedikit
3. manajemen dan karyawan lebih terbiasa dan berpengalaman berinter-aksi dengan nasabahnya.
Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan menjadi:
a. Retail Bank
Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah retail. Pengertian retail di sini adalah nasabah-nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain yang skalanya kecil. Meskipun pengertian dari kata 'kecil' atau 'retail'
adalah relatif, namun biasanya apabila ditinjau dari jasa kredit yang diberikan nasabah debitur yang dilayani adalah yang memerlukan fasilitas kredit tidak lebih besar daripada Rp.20 milyar. Angka tersebut bukan merupakan angka yang standar atau baku, tapi setidaknya dapat memberikan gambaran tentang kelompok nasabah yang dilayani oleh bank jenis ini.
13
(48)
commit to user
b. Corporate Bank
Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala besar ini biasanya berbentuk suatu korporasi, maka bank kelompok ini disebut Corporate Bank. Meskipun namanya adalah Corporate Bank tidak berarti seluruh nasabahnya berbentuk suatu perusahaan. Pelayanan dan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan sering kali membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus diberikan juga kepada karyawan, direksi dan komisaris dari perusahaan tersebut secara individual. Pelayanan yang diberikan secara perorangan di sini diarahkan untuk menjalin kerjasama yang lebih baik dengan nasabah-nasabah korporasi.
c. Retail Corporate Bank
Di samping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah di atas. Bank jenis ini memberikan pelayanannya tidak hanya kepada nasabah retail tetapi juga kepada nasabah korporasi.
C. Kredit
1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit dalam bahasa Yunani "Credere" yang berarti "kepercayaan" atau dalam bahasa latin "Creditum" yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian kredit berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan
(49)
commit to user
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Kredit adalah seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan (barang, uang atau barang).14
2. Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
14
Thomas Suyatno, dkk. 1995. Dasar-dasar Perkreditan. Edisi Empat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 12
(50)
commit to user b. Kesepakatan
Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredi. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mancakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
d. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan dan lainnya.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
(51)
commit to user 3. Tujuan Kredit
Ditinjau dari segi tujuan kredit adalah sebagai berikut:
a. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin,
dan dapat memperluas usahanya. (Thomas Suyatno, dkk, 1997:14) Adapun tujuan utama pemberian utama suatu kredit adalah sebagai berikut:
a. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh pihak bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan akan di likuidasi atau dibubarkan.
b. Membantu usaha nasabah
Yaitu tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
(52)
commit to user c. Membantu pemerintah
Yaitu bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan kepada pihak perbankan, maka semakin baik, meningkat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, masyarakat (rakyat), dan kepentingan pemilik modal (pengusaha).
4. Manfaat Kredit
Manfaat kredit ditinjau dari masing-masing pihak yaitu :
a. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan debitur:
1) Debitur dapat memperluas dan mengembangkan usahanya dengan lebih leluasa.
2) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi perusahaan debitur.
3) Rahasia keuangan debitur akan lebih terlindungi karena adanya ketentuan rahasia bank dalam Undang-undang Pokok Perbankan
b. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut pandang perbankan: 1) Memperoleh pendapatan bunga kredit
2) Menjaga solvabilitas usaha bank
3) Membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain 4) Mempertahankan dan mengembangkan usahanya
(53)
commit to user
5) Untuk merebut pasar (market share) dalam industri perbankan 6) Memungkinkan pihak perbankan untuk mendidik para staffnya
untuk mengenal kegiatan industri yang lain secara mendetail. c. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut pandang pemerintah
1) Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi
2) Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter
3) Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha atau kegiatan, alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat
4) Perkreditan sumber pendapatan negara
d. Manfaat perkreditan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas: 1) Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan
akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan membuka lapangan usaha atau lapangan kerja baru, sehingga akan menimbulkan kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan dimasyarakat.
2) Terbukanya kemungkinan keterlibatan golongan profesi tertentu atas suatu proses pemberian kredit oleh bank yang dapat meningkatkan penghasilannya seperti konsultan, akuntan publik, notaris, aset apreisal
3) Masyarakat dapat menikmati hasil dari proyek yang di biayai oleh kredit bank.
(54)
commit to user 5. Fungsi Kredit
Fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut : (Thomas Suyatno, dkk, 1997:16-18)
a. Untuk meningkatkan daya guna uang.
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah kekurangan uang dengan kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
c. Untuk meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sebingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkat jumlah barang yang beredar.
(55)
commit to user d. Sebagai stabilitas ekonomi.
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
e. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha apalagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan. f. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.
g. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman intemasional akan dapat meningkatkan hubungan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama antar negara satu dengan lainnya.
(56)
commit to user 6. Jenis-jenis Kredit
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut :
a. Dilihat dari segi tujuan kredit 1) Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contoh, kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang. Kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya. 2) Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau bidang usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.
3) Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
(57)
commit to user b. Dilihat dari segi jangka waktunya
Berdasarkan Undang-undang Nomor 14/1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan, jenis-jenis kredit dilihat dari sudut jangka waktunya terdiri atas:
1) Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan)
Kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Dalam kredit jangka pendek juga termasuk kredit untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Kredit jangka pendek ini meliputi Kredit Rekening Koran, Kredit Eksploitasi, Kredit Pembeli (Afnemers Credict), Kredit Wessel, Kredit Penjualan
(Leveranciers Credict).
2) Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan)
Kredit jangka menengah (medium term loan), yakni kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun, kecuali kredit untuk tanaman musiman sebagaimana tersebut di atas. Kredit modal kerja dapat diberikan oleh bank untuk membiayai kegiatan-kegiatannya, misalnya untuk membeli bahan baku, upah buruh, dan suku cadang (spare parts) dan lain-lain.
Kredit yang berjangka waktu menengah ini di antaranya adalah kredit kerja permanen (KMKP) yang diberikan oleh bank kepada pengusaha golongan lemah yang berjangka waktu maksimum 3 tahun.
(58)
commit to user
3) Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan)
Kredit Jangka panjang (long term loan) yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru. (Thomas Suyatno, dkk, 1997: 25-27)
c. Jenis kredit menurut kegunaan kredit 1) Pinjaman komersial
Untuk tujuan perdagangan komersial 2) Pinjaman konsumen
Untuk tujuan konsumtif 3) Pinjaman investasi
Untuk tujuan investasi 4) Pinjaman modal kerja
Untuk tujuan modal kerja usaha 5) Pinjaman usaha kecil
Untuk perdagangan golongan menengah ke bawah 6) Pinjaman pemilikan rumah (KPR)
Untuk tujuan pembelian rumah 7) Pinjaman pemilikan mobil (KPM)
Untuk tujuan pembelian mobil 8) Pinjaman likuiditas Bank Indonesia
Kredit dari bank Indonesia yang diperuntukan bagi bank-bank dan swasta guna disalurkan lagi ke berbagai sektor
(59)
commit to user
D. Efektivitas, Sistem dan Prosedur, serta Prosedur Kredit 1. Pengertian Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif merupakan sesuatu yang berpengaruh dan dapat membawa hasil atau berhasil guna. Sedangkan menurut Dunn, efektivitas adalah suatu kriteria yang menunjukkan bahwa suatu alternatif yang direkomendasikan mempunyai hasil yang baik atau memberikan pengaruh sesuai yang diinginkan. Selain itu, efektivitas juga dapat dilihat dari kemampuannya untuk memecahkan masalah dan kemampuannya untuk bisa dilaksanakan (Chapin dan Kaiser, 1979:485). Kedua definisi diatas menunjukkan bahwa efektivitas mencerminkan sebuah kondisi yang merupakan hasil dari sebuah penilaian dengan tolok ukur tertentu.
Hasil penilaian efektivitas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan di masa mendatang. Hal ini senada dengan pendapat Sawicki yang menyebutkan bahwa efektivitas dapat digunakan sebagai alat evaluasi di masa mendatang. Jadi, efektivitas mencerminkan kinerja suatu hal (kebijakan, sistem, pedoman, dan lain-lain) yang dapat berpengaruh pada keberlanjutan pelaksanaannya pada masa mendatang15
. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Erma Kusumaningsih tahun 2005 tentang efektivitas sistem pembiayaan KPR dalam penyediaan RS/RSS
15
Erma kusumaningsih. 2005. Efektivitas Sistem Pembiayaan KPR Dalam Penyediaan Rs/Rss Di Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang
(60)
commit to user
(Rumah Sederhana/ Rumah Sederhana Sehat) di kota Semarang, peengukuran dan penilaian efektivitas dapat dilihat dari:
a. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas biasanya digunakan sebagai alat dalam melakukan evaluasi yang mencerminkan kondisi berdasarkan tolok ukur tertentu. Untuk mengukur efektivitas maka digunakan beberapa kriteria, yaitu:
1) Ketersediaan sumber daya 2) Kemudahan mekanisme 3) Keterjangkauan
4) Ketepatan sasaran
5) Kemampuan memecahkan masalah b. Penilaian Efektivitas
1) Ketersediaan sumber daya (Bertrand Renaud, 1998: 67)
Sistem dikatakan efektif jika didukung ketersediaan sumber daya. Ketersediaan sumber daya tersebut dapat dilihat berdasarkan ketersediaan infrastruktur finansial pendukung sistem pembiayaan tersebut yang mencakup:
- sumber pembiayaan perumahan jangka panjang
- lembaga keuangan yang terlibat dalam sistem pembiayaan KPR
(61)
commit to user
2) Kemudahan mekanisme (Chapin dan Kaiser, 1979:485).
Suatu sistem dikatakan efektif jika mekanisme pembiayaan untuk penyediaan RS/ RSS dalam sistem tersebut mudah dijalankan oleh stakeholder yang terkait dalam sistem pembiayaan ini. Stakeholder yang dimaksud yaitu:
- Lembaga keuangan (bank penyalur KPR)
- Pengembang (Perumnas dan pengembang swasta) - Masyarakat (kelompok sasaran RS/RSS)
3) Keterjangkauan (Reksohadiprodjo & Karseno, 1994:65; Keane dalam Yusminar, 2002)
Suatu sistem pembiayaan dikatakan efektif jika terjangkau oleh masyarakat. Keterjangkauan terhadap rumah merupakan kemampuan dan kemauan suatu rumah tangga untuk untuk mengeluarkan sebagian pendapatannya untuk biaya perumahan (Yusminar, 2002). Menurut Turner keterjangkauan ini memperhatikan beberapa hal diantaranya :
- Pendapatan masyarakat yang berkaitan dengan kemampuan membayar
- Harga yang harus dibayar untuk pengadaan perumahan Sistem pembiayaan KPR RS/RSS dapat dikatakan efektif jika pengeluaran masyarakat untuk perumahan berkisar antara 15-20% dari penghasilan, hampir sama dengan pengeluarannya untuk makan (Reksohadiprodjo & Karseno, 1994:65).
(62)
commit to user 4) Ketepatan sasaran (Dunn, 1999:272)
Sistem pembiayan KPR RS/RSS dapat dikatakan efektif jika memiliki kemampuan ketepatan sasaran, yaitu tepatnya penyediaan RS/RSS bagi keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki rumah dan termasuk ke dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Kelompok sasaran dibagi menjadi 3 berdasarkan tingkat penghasilan, yaitu (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat, 2004):
- Kelompok I berpenghasilan Rp 900 ribu-Rp 1,5 juta - Kelompok II berpenghasilan Rp 500 ribu-Rp 900 ribu - Kelompok III berpenghasilan Rp 350 ribu-Rp 500 ribu. 5) Kemampuan memecahkan masalah (Chapin dan Kaiser,
1979:485)
Sistem pembiayaan KPR RS/RSS dapat dikatakan efektif jika memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan dalam penyediaan RS/RSS, yaitu :
- Belum beroperasinya sumber pembiayaan perumahan jangka panjang
- Adanya mismatch dalam mekanisme pembiayaan, yaitu dana jangka pendek
- Digunakan untuk membiayai kredit perumahan (KPR) jangka panjang
(63)
commit to user
- Terbatasnya lembaga keuangan yang terlibat pada sistem pembiayaan KPR dalam penyediaan RS/RSS
- Rendahnya posisi tawar dan akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap sistem pembiayaan dalam penyediaan RS/RSS.
2. Sistem dan Prosedur a. Pengertian Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada komponen atau elemennya dan yang menekankan pada prosedurnya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan sistem sebagai berikut16 :
“Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem merupakan definisi yang lebih luas dan lebih banyak diterima karena pada kenyataannya suatu sistem terdiri dari beberapa subsitem atau sistem-sistem bagian. Komponen-komponen atau
16
Jogiyanto H. M. 1988. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. “Konsep Dasar dan Komponen”. Buku Kesatu. Yogyakarta: BPFE, hal 4-5
(1)
commit to user BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab III yang membahas tentang hasil penelitian Efektivitas Penerapan Sistem Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta, dapat diambil kesimpulan bahwa
1. Sistem penyaluran KPRS yang digunakan PT. BTN cabang Surakarta adalah terdiri dari dari tahap-tahap berikut:
a. Tahap Input Sistem, terdiri dari regulasi KPRS oleh Menteri Perumahan Rakyat, persyaratan permohonan kredit, dokumen yang dibutuhkan dalam permohonan kredit, dan sumber daya manusia yang menjalankan proses penyaluran kredit KPRS.
b. Tahap Proses Sistem, terdiri dari tahap pemberian Informasi Kredit dan Penerimaan Berkas Permohonan KPR, tahap Wawancara, tahap On the Spot (OTS), tahap pengambilan Keputusan Kredit, tahap Realisasi Kredit, dan tahap Pembayaran Angsuran serta Pelunasan Kredit.
(2)
commit to user
c. Tahap Output Sistem, terdiri dari keluaran yang diharapkan dari diterapkannya sistem penyaluran KPRS ini yakni tercapainya terget realisasi KPRS dan berjalannya Layanan Kredit 151.
2. Efektivitas Penerapan Sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta
Penerapan Sistem penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta ini belum bisa dikatakan efektif karena keluaran (output) yang diharapkan dapat dihasilkan dari diterapkannya sistem tersebut belum tercapai, yakni belum berjalannya Layanan Kredit 151 secara konsisten dan tidak tercapainya target realisasi yang telah ditentukan pada tiap semester. Hal ini terjadi dikarenakan oleh beberapa permasalahan yang muncul di dalam penerapan pada tahap-tahap sistem penyaluran KPRS PT. Bank Tabungan Negara cabang Surakarta, sebagai berikut:
a. Permasalahan pada Tahap Input Sistem, terdiri dari:
- Kurang relevannya lagi penetapan Batas Harga Rumah KPRS yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 07/Permen/M/2008 pada Bab III pasal 5 ayat 3 untuk wilayah Surakarta
- Calon debitur yang mengajukan KPRS sudah mempunyai rumah
- Kurangnya Sumber Daya Manusia untuk mengakomodir kebutuhan calon debitur, khususnya untuk proses interview.
(3)
commit to user
b. Permasalahan pada Tahap Proses Sistem, yakni lamanya proses sistem yang dikarenakan:
- Kurangnya berkas-berkas dan persyaratan administratif calon debitur
- BI Checking yang dibutuhkan dalam merekomendasikan
permohonan calon debitur belum diterima
- Proses On The Spot (OTS) yang berjalan lama c. Permasalahan pada Tahap Proses Sistem, terdiri dari:
- Tidak tercapainya target realisasi KPRS
- Belum berjalannya Layanan Kredit 151 secara konsisten
Penindaklanjutan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penerapan tahap-tahap sistem penyaluran KPRS pada PT BTN cabang Surakarta yang seharusnya dapat dilakukan agar dalam penerapan sistem lebih efektif, usaha-usaha penindaklanjutan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tahap Input Sistem
- Penyesuaian input sistem mengenai Batas Harga Rumah yang dapat dibeli melalui KPR bersubsidi untuk wilayah Solo.
- Pengoptimalan OTS (On The Spot) yang merupakan bagian dari proses sistem dengan melakukan survei langsung kerumah calon debitur.
(4)
commit to user
- Peningkatan jumlah SDM bank BTN yang merupakan input dari suatu proses untuk staff interviewer dan analis kredit. b. Tahap Proses Sistem
- Pengoptimalan dalam proses sistem yaitu saat pemberian informasi kredit kepada calon debitur.
- Pengoptimalan proses sistem dengan koordinasi yang lebih baik antara pihak Loan Service dangan bagian Bookkeping and
Control mengenai kebutuhan data BI Checking
- Pengoptimalan proses sistem dengan koordinasi yang lebih baik antara Loan Service dan Loan Administration dalam pelaksanaan proses OTS.
c. Tahap Output Sistem
Usaha-usaha perbaikan dan pengoptimalan penerapan input sistem dan proses sistem diatas dapat digunakan agar penerapan sistem dapat menghasilkan keluaran (output) yang lebih diharapkan.
B. Saran
Dalam upaya mendukung dan mengantisipasi hambatan dalam usaha-usaha perbaikan dan pengoptimalan penerapan sistem penyaluran KPRS pada PT. Bank BTN cabang Surakarta agar dapat menghasilkan keluaran (output) sesuai dengan yang diharapkan, penulis memberikan saran untuk input dan proses pada sistem sebagai berikut:
(5)
commit to user
a. Kurangnya informasi mengenai KPRS dapat menyebabkan calon debitur tidak mengetahui secara jelas persyaratan-persyaratan umum pengajuan KPRS pada Bank BTN berdasarkan pengamatan penulis belum menyediakan brosur untuk produk KPRS, brosur yang disediakan adalah brosur-brosur dari developer yang menawarkan perumahan subsidi, pengenalan KPRS pada calon debitur dilakukan secara on-line atau langsung kepada calon debitur pada saat calon debitur mengajukan permohonan kredit. Agar lebih efektif dan efisien dalam penyaluran kredit KPRS ini hendaknya pihak marketing dapat membuat brosur KPRS tersebut, selain lebih akan lebih komunikatif brosur ini juga dapat digunakan pihak BTN untuk meningkatkan jumlah pemohon KPRS, karena selain berguna untuk memberikan informasi yang jelas kepada callon debitur, brosur ini juga berguna untuk mempromosikan produk KPRS. Kegiatan promosi juga dapat diintensifkan baik melalui advertising, sales promotion, serta publisistas.
b. Pemberian batas waktu kepada nasabah untuk melengkapi kekurangan persyaratan kreditnya diperlukan agar proses kredit tidak berkepanjangan. Jadi, jika menurut pihak perbankan data yang calon debitur belum lengkap atau cukup dan nasabah sudah diminta untuk segera melengkapinya tetapi sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit ditolak. Pemberian batas waktu ini berguna dalam mendukung Layanan Kredit 151 yang berusaha dijalankan oleh BTN Solo yakni calon debitur harus melengkapi
(6)
commit to user
datanya setelah 1 hari sejak pihak Loan Services memberitahukan kekurangan data tersebut.
2. Tahap Proses Sistem
a. Bank BTN sebagai bank yang berpengalaman khususnya dalam pemberian kredit perumahan, seyogyanya tidak menjadikan proses
OTS ini menjadi suatu kendala yang berarti dalam pelaksanaannnya. Untuk perbaikan ke depan kendala yang ada tersebut dapat diatasi dengan penambahan sarana dan prasarana
OTS khususnya mobil dan kamera, untuk pihak Loan Service
sendiri sebaiknya lebih teliti dan hati-hati dalam penulisan memo terutama pada bagian alamat OTS dan nomer rumah agunan karena kesalahan penulisanya dapat membuat proses kredit menjadi lama. Usaha lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi lamanya proses OTS ini adalah penyediaan fasilitas motor/mobil khusus untuk OTS, atau penyediaan fasilitas kantor yang sesuai dengan jenjang kepangkatan/posisi jabatan.
b. Pihak Loan Service sebagai pewawancara dan penganalis kredit seharusnya memiliki akses untuk mendapatkan BI Checking calon debitur secara langsung, sehingga tidak perlu menunggu bagian
Bookkeping and Control, mengingat BI Checking merupakan data
yang penting untuk pengambilan keputusan kredit, maka penulis menilai hal ini diperlukan agar BI Checking tidak menghambat layanan proses kredit.