commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah menjadi salah satu kepentingan utama bagi masyarakat karena rumah merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam
meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup,
kepribadian dan peradaban bangsa. Rumah juga merupakan pusat pendidikan keluarga, selain juga berfungsi sebagai persemaian budaya,
penyiapan generasi muda serta menjadi roda penggerak pembangunan ekonomi nasional. Kualitas generasi bangsa Indonesia di masa yang akan
datang sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kualitas perumahan dan permukiman.
Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, menyatakan bahwa perumahan adalah kelompok rumah
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana\lingkungan, sedang
permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
commit to user 2
Pentingnya pemenuhan perumahan dan permukiman sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dan peningkatan taraf hidup rakyat ini
tersurat dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang berhak bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik
dan sehat. Di samping itu, pemenuhan atas perumahan dan permukiman juga dituangkan dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia pada pasal 40 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak. Dan secara lebih khusus
juga diperkuat dengan UU Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai
hak untuk menempati danatau menikmati danatau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Rangkaian
perundangan tersebut secara eksplisit mempertegas bahwa rumah atau papan maupun permukiman menjadi kebutuhan vital manusia yang sangat
mendasar. Sehingga disini pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akhirnya menjadi tanggungjawab bersama yakni antara
pemerintah dengan masyarakat itu sendiri. Perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan perumahan
dan pemukiman yang layak akan mudah terwujud bagi masyarakat yang dipandang mampu secara ekonomi financial. Tetapi bagi kelompok
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan masyarakat
yang berpenghasilan informal tentunya akan sulit untuk memiliki rumah yang
layak, yakni syarat akan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. Disinilah
commit to user 3
peran pemerintah penting dalam mendorong tercapainya pemenuhan kebutuhan akan perumahan ini untuk mewujudkan pembangunan dan
kesejahteraan rakyat secara merata. Untuk itu perlu adanya usaha pemerintah
menyelenggarakan program
kredit perumahan
yang berorientasi pada masyarakat menengah ke bawah.
Penyelenggaraan program
tersebut dilakukan
pemerintah bekerjasama dengan pihak perbankan, dimana bank berperan sebagai
perantara keuangan masyarakat financial intermediary dan sebagai alat pembangunan agent of development. Bank sebagai financial
intermediary tertuang dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan,
yakni definisi bank yang berbunyi: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurknnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Bank sebagai agent of development bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
1
Dengan menjalankan kedua fungsi diatas dalam pelaksanaan program kredit perumahan untuk rakyat ini diharapkan masyarakat
1
Muhamad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
hal 3.
commit to user 4
terbantu, sehingga keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan dan pemukiman ini tidak lagi sulit untuk diwujudkan. Program
kredit perumahan bagi masyarakat yang dijalankan oleh kalangan perbankan ini biasa disebut Kredit Pemilikan Rumah KPR. Kredit
Pemilikan Rumah adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau
memperbaiki rumah. Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR, yakni KPR Bersubsidi dan KPR Non Subsidi.
KPR Subsidi adalah suatu kredit yang diperuntukkan pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa subsidi meringankan kredit subsidi selisih
bunga dan subsidi untuk menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah subsidi uang muka. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh
Pemerintah, khususnya oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat yang regulasi-regulasinya ada dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman Dengan Dukungan Failitas Subsidi Perumahan Melalui KPRSKPRS Mikro
Bersubsidi. Secara umum Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat terdiri dari pasal-pasal yang mengatur tentang skim subsidi, bunga subsidi,
maksimum KPRS, tenor KPRS, minimun uang muka, minimum dan maksimum pinjaman, serta kelompok sasaran subsidi berdasarkan
penghasilan dan harga jual rumah, sehingga melalui regulasi ini tidak
commit to user 5
setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas subsidi.
KPR Non Subsidi, yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat yang ingin membeli rumah atau memperbaikinya.
Ketentuan KPR Non Subsidi ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya maksimal kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan
bank yang bersangkutan. PT. Bank Tabungan Negara Persero merupakan salah satu bank
penyalur kredit pemilikan rumah saat ini. BTN adalah bank fokus, dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan yang sejalan dengan ktriteria
Arsitektur Perbankan Indonesia API yang menggolongkan bank-bank di Indonesia menjadi bank internasional, bank nasional, bank fokus dan bank
dengan operasional terbatas. BTN mempunyai visi “Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.”
Perwujudan komitmen BTN sebagai bank fokus dalam pembiayaan perumahan salah satunya dapat dilihat dari pelepasan sebagian sahamnya
melalui pasar modal atau go public, yang bertujuan dengan proses IPO Initial Public Opening ini bank BTN dapat menambah modalnya
sehingga dapat meningkatkan pembiayaan perumahan. Selain itu, menurut Data Biro Riset Infobank, BTN masuk kategori bank dengan modal Rp1
triliun sampai dengan Rp10 triliun yang menempati peringkat enam dalam rating bank versi Infobank 2010. Pencapaian kinerja PT Bank Tabungan
Negara Tbk BTN yang gemilang ini berasal dari realisasi ekspansi
commit to user 6
kredit. Selama 2009 sekitar 96 kredit BTN disalurkan ke sektor perumahan. Selain hal tersebut diatas, dalam hal layanan KPR BTN
menerapkan standar yang disebut 151, yaitu pada hari pertama pengajuan permohonan kredit, konsumen sudah bisa mengetahui apakah mereka bisa
mendapat KPR atau tidak, lima hari berikutnya proses memenuhi syarat- syarat administratif, dan satu hari kemudian pencairan. Jadi, dalam waktu
tujuh hari kerja kredit perumahan ini sudah dapat dicairkan. Fokus bank BTN sebagai bank yang terkemuka dalam pembiayaan
perumahan dapat dilihat dari antusiasme masyarakat yang mengajukan KPR. Khusus di wilayah Solo sendiri, salah satu produk KPR yang paling
banyak diminati oleh konsumen di BTN cabang Solo adalah KPR Subsidi atau biasa disebut dengan pembiayaan Rumah Sederhana Sehat disingkat
RSH. Seperti yang telah dijelaskan penulis diatas, KPR SubsidiRSH merupakan program kredit perumahan yang diperuntukkan untuk
kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah,
perumahan ini
dikembangkan oleh developer yang memiliki tipe maksimal 30 dengan harga jual sebesar Rp. 55 juta. Kredit untuk perumahan sederhana sehat
RSH ini lebih banyak diminati oleh sebagian besar konsumen di wilayah Solo karena bunganya yang ringan dibandingkan dengan kredit perumahan
komersil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah debitur RSH dibandingkan dengan produk KPR yang lain non-subsidi di BTN Solo pada triwulan I
dan II di tahun 2010 ini, sebagai berikut:
commit to user 7
Tabel 1.1 Jumlah Debitur KPR di Bank Tabungan Negara Surakarta
Produk KPR
Suku Bunga Jumlah Debitur
Triwulan 1 Tahun 2010
Triwulan 2 Tahun 2010
RSH
7 331
414
KGU 12.5
145 147
KGM 13,5
67 92
Sumber: Bank Tabungan Negara bagian Loan Administration, 2010. Keterangan:
RSH : Rumah Sederhana Sehat Kredit Pemilikan Rumah Bersubsidi KGU : Kredit Griya Multi KPR Komersil
KGM : Kredit Griya Multi
Untuk memenuhi kebutuhan perumahan calon debitur yang akan melakukan proses kredit perumahan di BTN khususnya pada produk
subsidi RSH ini, diperlukan sistem pembiayaan dalam penyediaan perumahan yang dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat
berpenghasilan rendah tersebut. BTN perlu menerapkan suatu sistem, dimana sistem ini dipandang efektif untuk mendukung kelancaran proses
kredit dan pemenuhan kebutuhan debitur KPRS dari segi palayanannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif merupakan
sesuatu yang berpengaruh dan dapat membawa hasil atau berhasil guna KBBI, 2001. Menurut Dunn, efektivitas adalah suatu kriteria yang
menunjukkan bahwa suatu alternatif yang direkomendasikan mempunyai
commit to user 8
hasil yang baik atau memberikan pengaruh sesuai yang diinginkan Dunn, 1999:272. Selain itu, efektivitas juga dapat dilihat dari kemampuannya
untuk memecahkan masalah dan kemampuannya untuk bisa dilaksanakan Chapin dan Kaiser, 1979:485. Kedua definisi diatas menunjukkan bahwa
efektivitas mencerminkan sebuah kondisi yang merupakan hasil dari sebuah penilaian dengan tolok ukur tertentu. Hasil dari suatu penilaian
efektivitas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan di masa mendatang. Jadi efektivitas mencerminkan
kinerja suatu hal kebijakan, sistem, pedoman, dan lain-lain yang dapat berpengaruh pada keberlanjutan pelaksanaannya pada masa mendatang
2
. Istilah sistem berasal dari bahasa Latin
systēma dan bahasa Yunani
sustēma yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada komponen atau elemennya dan yang menekankan
pada prosedurnya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan sistem sebagai berikut
3
: “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Secara sederhana kumpulan dari elemen-elemen tersebut
diantaranya input masukan, output keluaran, dan process pengolah,
2
Erma kusumaningsih. 2005. Efektivitas Sistem Pembiayaan KPR Dalam Penyediaan RsRss
Di Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang
3
Jogiyanto H. M. 1988. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer : Buku Kesatu
“Konsep Dasar dan Komponen”. Yogyakarta: BPFE, hal 4-5
commit to user 9
serta sasaran atau tujuan. Input atau masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, energi ini dimasukkan supaya sistem
tersebut dapat beroperasi. Output atau keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna
dan sisa pembuangan apabila keluaran dari sistem tidak berguna. Process pengolah sistem merupakan bagian yang melakukan perubahan atau
transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai. Bagian dari elemen sistem lain yang paling penting dan harus ada
adalah sasaran atau tujuan sistem dikarenakan tujuan inilah yang akan menjadi pemotivasi untuk mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem
menjadi tak terarah dan tak terkendali. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang
akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
Di dalam sistem dikenal istilah mekanisme pengendalian dan umpan balik. Mekanisme pengendalian control mechanism diwujudkan
dengan menggunakan umpan balik feedback, yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun
proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. Umpan balik ini dapat memberikan dampak yang baik bagi
keberlangsungan suatu sistem, apabila masukan-masukan yang diberikan di follow-up dengan baik pula.
commit to user 10
Pendekatan sistem lain yakni yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut ini:
“Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.” Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri dari
jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal, sebagaimana Richard F. Neusche mendifinisikan prosedur
sebagai berikut: “Suatu prosedur adalah suatu urut-urutan operasi klerikal tulis-
menulis, biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam
dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi.” Dari definisi kata efektif, efektivitas, sistem dan prosedur diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem yang dapat dikatakan efektif adalah sistem yang terdiri dari prosedur-prosedur, dimana implementasi
dari prosedur ini akan memudahkan proses kegiatan suatu usaha dan berguna untuk pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan yang ingin dicapai BTN secara umum adalah untuk menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan, yakni tidak
hanya untuk perumahan komersil tetapi juga untuk kredit perumahan bersubsidi. Untuk mewujudkan tujuan diatas salah satu cara yang bisa
digunakan adalah dengan cara mengevaluasi sistem dan prosedur
commit to user 11
penyaluran kredit yang selama ini digunakan BTN cabang Surakarta, kemudian melihat efektivitas penerapan dari sistem dan prosedur tersebut,
hasil dari analisa efektivitas ini selanjutnya dapat berperan sebagai feedback dari penerapan sistem tersebut yakni sebagai bahan evaluasi atau
perbaikan sistem yang dirasa akan dapat memberi sumbangan pada tercapainya tujuan perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa sistem penyaluran kredit yang efektif dapat dilihat dari ketersediaan sumber daya,
kemudahan mekanismenya, keterjangkauan, ketepatan sasaran, dan kemampuannya dalam memecahkan masalah dari keluaran sistem yang
digunakan akan mempengaruhi kinerja dari sistem tersebut, kelima kriteria ini tentunya akan berpengaruh juga pada performance perusahan
khususnya apabila dilihat dari sisi manajemennya. Di dalam manajemen sebuah bank terdapat penerapan sistem manajemen resiko, yang mencakup
pengawasan, kecukupan kebijakan, prosedur dan limit, kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian resiko, serta
sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Secara umum sistem manajemen ini akan mengevaluasi sistem, kebijakan, prosedur-prosedur
yang di tetapkan apakah sudah sejalan dengan tujuannya, dengan demikian performa dari berjalannya sistem-sistem yang ada akan memberikan
masukan pada penerapan sistem yang lain pada bank. Demikian pula dengan sistem penyaluran kredit pada bank, berjalannya sistem ini akan
memberikan feedback pada perusahaan sebagai bahan evaluasi atas
commit to user 12
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dijalankan. Hal ini penting bagi pengembangan performance perusahaan, apalagi apabila
perusahaan menerapkan praktek sebagai Good Corporate Governance. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimanakah efektivitas dari penerapan sistem atau prosedur yang digunakan Bank BTN cabang Solo dalam menyalurkan kredit untuk
perumahan bersubsidi demi tercapainya tujuan atau visi Bank BTN. Efektivitas penerapan sistem ini dapat diidentifikasi dari penerapan proses
sistem penyaluran kredit melalui prosedur kredit yang ada di BTN berdasarkan Standart Operating Proceduresnya SOP yang ada dan
penulis melihat efektivitas penerapan sistemnya berdasarkan bagaimana keluaran output yang dihasilkan dari dijalankannya sistem tersebut. Ide
ini penulis sajikan dalam bentuk laporan Tugas Akhir dengan judul
“EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH SUBSIDI PADA BANK TABUNGAN
NEGARA PERSERO CABANG SURAKARTA.”
Studi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan sistem penyaluran kredit pemilikan rumah bersubsidi di Bank
Tabungan Negara Persero Cabang Surakarta. Sampai saat ini penelitian mengenai penyediaan perumahan subsidi bagi masyarakat berpenghasilan
rendah telah banyak dilakukan. Berikut ini merupakan beberapa penelitian
yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
commit to user 13
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Erma Kusumaningsih
Niken Devi Agustina Judul
Efektivitas Sistem
Pembiayaan KPR dalam Penyediaan RSRSS di
Kota Semarang Sistem
Pemberian Kredit
Pemilikan Rumah KPR Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara
Persero cabang Surakarta
Materi Penelitian
Pengidentifikasian sistem
pembiayaan KPR
dalam penyediaan
RSRSS di
Kota Semarang dan analisis terhadap
sistem tersebut berdasar kriteria yang ditetapkan.
Pengidentifikasian sistem
pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah KPR Subsidi
pada PT. Bank Tabungan Negara Persero cabang Surakarta dan
mengevaluasi kelebihan serta kelemahan dari sistem tersebut
Lokasi Semarang, 2005
Surakarta, 2009
Hasil Penelitian
Tingkat efektivitas
sistem pembiayaan
KPR dalam
penyediaan RSRSS
di Kota
Semarang. Pemenuhan unsur sistem dalam
Sistem Pemberian
Kredit Pemilikan Rumah KPR Subsidi
dan temuan penulis mengenai kelemahan dan kelebihan dari
sistem tersebut.
commit to user 14
B. Perumusan masalah