BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TB Paru 2.1.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex, yang biasanya menginfeksi paru
Raviglione OBrien, 2008. Penyakit ini mungkin menyerang organ lain seperti organ limfatik, pleura, tulang dan sendi, meningen, peritonium, dan genitourinari
LoBue, Iadermaco, Castro, 2008. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura PDPI, 2006.
2.1.2. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex, namun yang paling umum dan penting dalam menginfeksi manusia adalah M.
tuberculosis Raviglione OBrien, 2008. Kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag Amin Bahar, 2009. Di dalam
jaringan, basil tuberkulosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4x 3 µm. Merupakan aerob obligat dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak
komponen sederhana. Sifat ini membuat kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya seperti bagian apikal paru Jawetz, Melnick,
Adelberg, 2004. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak yang
cukup tinggi 60. Penyusun utama dinding sel bakteri ini ialah asam mikolat, lilin kompleks complex-waxes, trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan
mycobacterial sulfolipids yang berperan sebagai virulensi PDPI, 2006. Mycobacterium tidak dapat diklasifikasikan menjadi gram-positif atau gram-
negatif. Basil TB sejati ditandai dengan “tahan asam” – yaitu, 95 etil alkohol
Universitas Sumatera Utara
mengandung 3 asam hidroklorat asam alkohol yang dengan cepat menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobacterium Jawetz, Melnick,
Adelberg, 2004.
2.1.3. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko menderita penyakit TB setelah terinfeksi kuman TB secara umum bergantung pada faktor endogen, seperti status imun alamiah pasien,
fungsi cell-mediated imunity CMI, dan usia pasien Raviglione OBrien, 2008.
a Usia
Insidensi tuberkulosis paling tinggi terjadi pada bayi dan remaja akhir serta dewasa muda Hopewell Kato-Maeda, 2010. Pada wanita puncak
insidensi TB paru terjadi pada usia 25-34 tahun. Pada usia ini wanita lebih berisiko daripada pria, dan pada usia yang lebih tua terjadi kebalikannya
Raviglione OBrien, 2008. b
Penyakit lain Infeksi Human Immunodeficiency Virus merupakan faktor resiko
yang paling berpengaruh terhadap perkembangan cepat infeksi tuberkulosis latent menjadi infeksi tuberkulosis. Sebuah penelitian yang meneliti
insidensi TB pada pasien HIV secara prospektif di Amerika – sebelum disebarluaskannya pemakaian antiretroviral – menemukan angka
kejadiannya 0,71 per 100 responden Hopewell Kato-Maeda, 2010. Malnutrisi atau penurunan berat badan telah menjadi faktor utama
peningkatan resiko TB menjadi aktif. Umumnya penderita TB dalam keadaan malnutrisi dengan berat badan sekitar 30-50 kg atau indeks massa
tubuh kurang dari 18,5 untuk orang dewasa. Dengan berat badan yang lebih kecil 85 dari berat badan ideal, kemungkinan sesorang mendapat TB
adalah 14 kali lebih besar dibandingkan seseorang dengan berat badan normal Rusnoto, Rahmatullah, Udiono, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Diabetes Mellitus DM merupakan salah satu faktor risiko paling penting dalam terjadinya perburukan TB. Sejak permulaan abad ke 20, para
klinisi telah mengamati adanya hubungan antara DM dengan TB, meskipun masih sulit untuk ditentukan apakah DM yang mendahului TB atau TB yang
menimbulkan manifestasi klinis DM. Kemungkinan penyebab
meningkatnya insidensi TB Paru pada pengidap diabetes dapat berupa defek pada fungsi sel-sel imun dan mekanisme pertahanan pejamu Jeon
Murray, 2008. Penyakit lain yang memudahkan infeksi TB Paru menurut Alsagaff
2010 adalah pneumonikosis, keganasan, parsial gastrektomi, dan morbili karena dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
c Faktor-faktor toksis
Merokok dan minum banyak alkohol merupakan faktor penting yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Sama halnya dengan obat
kortikosteroid dan imunosupresif lain yang digunakan pada pengobatan penyakit-penyakit tertentu Crofton, Horne, Miller, 2002.
d Kemiskinan
Keadaan ini mengarah pada perumahan yang terlampau padat atau kondisi kerja yang buruk. Keadaan ini mungkin menurunkan daya tahan
tubuh, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Orang-orang yang hidup dengan kondisi ini juga sering bergizi buruk. Kompleks kemiskinan
seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi penyakit Crofton, Horne, Miller, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Patogenesis