Analisis Distribusi Karakteristik Pasien TB Paru Berdasarkan Analisis Distribusi Karakteristik Pasien TB Paru Berdasarkan

Angka kejadian TB Paru yang lebih tinggi pada kelompok usia produktif diduga berhubungan dengan tingkat aktivitas dan pekerjaan yang memungkinkan mudahnya tertular kuman TB setiap saat dari penderita, khususnya penderita dengan BTA positif. Mobilitas dan interaksi sosial yang lebih tinggi pada orang usia 15-50 tahun menyebabkan kemungkinan infeksi kuman TB dari orang lain menjadi lebih tinggi Godoy, et al., 2001. Meningkatnya kebiasaan merokok pada usia muda di negara-negara miskin juga menjadi salah satu faktor banyaknya kejadian TB Paru pada usia produktif Gumus, et al., 2009.

5.2.3. Analisis Distribusi Karakteristik Pasien TB Paru Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa jumlah pasien TB Paru dengan tingkat pendidikan tinggi tidak jauh berbeda dengan pasien yang berpendidikan rendah. Sebanyak 107 pasien TB Paru 52 mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SLTA dan S1 masing-masing sebanyak 99 orang 48,1 dan 8 orang 3,9. Sisanya hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD 21,4 dan SLTP 26,7. Hasil tersebut sedikit berbeda dengan Panjaitan 2012 yang menemukan bahwa pasien TB Paru yang dirawat di Rumah Sakit Umum dr. Soedarso Pontinak selama September-Oktober 2010 sebagian besar, 80 dari keseluruhan, berpendidikan rendah tidak sekolah-SLTP. Sedangkan pasien yang mampu meneruskan pendidikan pada jenjang SLTA dan S1 hanya 17,8 dan 2,2. Tidak jauh berbeda, Wadjah 2012 juga melaporkan bahwa hanya 22,9 saja pasien TB Paru yang berpendidikan tinggi SMA-S1, paling banyak 33,9 hanya duduk hingga bangku SMP. Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor risiko penularan TB karena akan mempengaruhi pemahaman seseorang tentang penyakit TB. Masyarakat yang tingkat pendidikannya tinggi akan tujuh kali lebih Universitas Sumatera Utara waspada terhadap TB Paru gejala, cara penularan, dan pengobatan bila dibandingkan dengan masyarakat yang hanya menempuh pendidikan dasar atau lebih rendah Waisbord, 2009. Tidak hanya itu, seorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga akan memiliki pengetahuan mengenai rumah dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. Sehingga dengan pengetahuan tersebut, seseorang akan mencoba untuk berprilaku hidup bersih dan sehat Misnadiarly, 2009. Namun dalam penelitian ini, tinggi rendahnya pendidikan seseorang tidak menjamin seseorang akan terhindar dari penularan TB.

5.2.4. Analisis Distribusi Karakteristik Pasien TB Paru Berdasarkan

Pekerjaan Dari penelitian dijumpai bahwa pekerjaan terbanyak pasien TB Paru adalah wiraswasta 34 dan paling sedikit adalah nelayan 1 dan buruh bangunan 0,5. Hal ini bertentangan dengan yang ditemukan oleh Nurhayati 2012 dimana pekerjaan pasien TB Paru terbanyak di Kecamatan Banggai, salah satu kecamatan yang memiliki banyak pantai di Sulawesi Tengah, adalah nelayan 35,6. Peneliti menduga bahwa hal ini dipengaruhi oleh faktor geografis lokasi penelitian yang akan mempengaruhi pekerjaan terbanyak penduduk sekitar. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru p= 0,028 Nurhanah, 2009. Pekerjaan yang dimaksud ialah pekerjaan yang terutama mendorong migrasi dan memungkinkan sesorang untuk berkontak dengan banyak orang sehingga meningkatkan kemungkinan untuk terpapar dengan basil TB Carvalho, et al., 2008.

5.2.5. Analisis Komorbiditas yang Dijumpai pada Pasien TB Paru