dengan organisasi seperti membaca e-mail untuk kesejahteraan organisasi. Menurut Hans dkk. 2015: 153 civic virtue didefinisikan sebagai partisipasi yang
konstruktif dan bertanggung jawab dalam pengelolaan urusan organisasi, dan perhatian terhadap nasib organisasi melalui niat hati untuk menghadiri pertemuan
penting informal, deklarasi organisasi dan melakukan pekerjaan untuk membantu dalam menjaga reputasi organisasi. Dapat disimpulkan, bahwa kebajikan sipil ini
merupakan sikap untuk dapat ikut berpartisipasi aktif dalam melaksanakan kebijakan organisasi agar lebih efektif, baik melalui pendapat maupun tindakan.
Contoh dari sikap ini yaitu, selalu mengikuti perubahan yang dilakukan organisasi, menghadiri rapat yang tidak dimandatkan, dan membaca dan
memahami pengumuman penting dari organisasi.
2.1.3 Indikator Perilaku Kewargaan Organisasional
Penelitian ini menggunakan indikator yang digunakan Organ 1988 dalam
Tambe Shanker 2014: 68, yaitu meliputi:
a. Altruism perilaku membantu
Merupakan sikap sukarela dari seorang karyawan untuk membantu karyawan lain yang sedang mengalamai kesulitan dalam organisasi tanpa
mengharapkan balasan atau imbalan. b.
Courtesy sikap kesopanan Merupakan perilaku kooperatif untuk mencegah dari timbulnya masalah
yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. Conscientiousness sikap kesadaran
Merupakan tingkat kepekaan individu atau seorang karyawan terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya pada pekerjaan dan organisasi.
d. Sportmanship sikap sportif
Merupakan sikap untuk mentolerir masalah yang bersifat sepele, dan tidak saling menyalahkan dengan karyawan lain agar dapat menjaga suasana yang
kondusif dalam organisasi. e.
Civic Virtue kebajikan sipil Kebajikan sipil ini merupakan sikap untuk dapat ikut berpartisipasi aktif
dalam melaksanakan kebijakan organisasi agar lebih efektif, baik melalui pendapat maupun tindakan.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Perilaku Kewargaan
Organisasional
Menurut Organ Ryan 1995: 782, faktor-faktor yang mendorong munculnya OCB dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
a. Kepuasan
Kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan dapat mendorong untuk berperilaku OCB yang tinggi.
b. Keadilan
Karyawan yang merasa mendapat keadilan organisasional yang baik, dapat mendorong karyawan melakukan OCB pada organisasi, karena karyawan
cenderung membandingkan rasio input atau kontribusinya dalam organisasi dan hasil yang diterima.
c. Komitmen organisasi
Karyawan akan dengan sukarela melakukan OCB jika terdapat komitmen yang baik oleh organisasi.
d. Dukungan pimpinan
Dukungan pimpinan atau organisasi yang baik kepada karyawan dapat mendorong karyawan untuk berperilaku OCB yang baik dalam organisasi,
karena karyawan merasa dihormati dan dihargai serta diperhatikan kesejahteraannya.
e. Kesadaran
Kesadaran untuk melakukan OCB dengan baik di tempat kerja merupakan sikap dari setiap individu atau karyawan.
f. Keramahan
Karyawan yang memilki sikap ramah yang baik akan dengan mudah untuk melakukan OCB di tempat kerja, karena karyawan yang ramah akan suka
menolong atau membantu karyawan yang lain. g.
Efektifitas negatif Perilaku OCB oleh karyawan dapat dipengaruhi oleh sikap negatif
karyawan, misalnya tingkat emosional dan stres. h.
Efektifitas positif Perilaku OCB oleh karyawan dapat dipengaruhi oleh sikap karyawan yang
positif, misalnya sikap hati-hati dan keramahan.
i. Masa jabatan
Masa jabatan seseorang dapat mempengaruhi untuk melakukan OCB di tempat kerja, karena semakin tinggi masa jabatan seseorang akan
memperlihatkan kewibaannya dengan suka membantu orang lain. j.
Jenis kelamin Jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan OCB di
tempat kerja. k.
Prosedur Prosedur yang diterapkan organisasi untuk dapat bekerja dalam tim, dapat
mendorong karyawan melakukan OCB dengan baik.
2.2 Keadilan Organisasional