tertentu yang dapat membuat individu-individu besikap menerima atau menolak sistem tersebut.
Pada proses pilkada yang akan berlangsung aspek afektif anak Punk
adalah dengan melihat perasaan anak Punk terhadap dirinya sebagai pemilih, sikap terhadap kandidat pilkada, sikap terhadap partai
pengusung, penilaian
terhadap penyelenggara
dan proses
penyelenggaraan, dan penilaian terhadap visi dan misi calon; c.
Komponen Evaluatif Komponen Evaluatif adalah keputusan dan pendapat tentang objek-
objek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Komponen evaluatif ditentukan
oleh orientasi moral. Ideologi yang dianut oleh anak Punk menjadi dasar sikap dan perilakunya terhadap sistem politik. Pengertian anak
Punk terhadap sistem politik merupakan suatu kemampuan untuk mengukur kesadaran tentang politik, bagian-bagian, simbol-simbol, dan
sekaligus norma-norma yang dimiliki masyarakat. Pada proses pilkada, aspek evaluatif anak Punk adalah melihat pendapat
anak Punk bahwa dirinya sebagai pemilih, pendapat anak Punk tentang kandidat pilkada, pendapat anak Punk tentang partai pengusung
kandidat, pendapat
mengenai penyelenggara
dan proses
penyelenggaraan, dan pendapat mengenai visi dan misi calon.
B. Tinjauan Tentang Anak Punk
1. Pengertian Punk
Ronaldo Marbun, 2011: 3, kata Punk berasal dari kepanjangan Public United Not Kingdom. Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London-
Inggris di pertengahan tahun 1970 yang dulunya adalah sebuah gerakan untuk menentang para elit politik yang berkuasa di Inggris pada saat itu.
Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik yang lahir di awal tahun 1970- an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan
politik. Wade Tauris Sari, 2010: 10, mengatakan bahwa Punk adalah
konformitas dilakukan karena untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dan anggota kelompok, serta ingin tampil serupa. Konformitas
dalam berpakaian, pilihan hidup dan ide-ide yang ada menunjukkan adanya perasaan seirama dengan rekan-rekan dan kerabat kerja. Gaya
berpakaian Punk yang berambut mohawk, celana skinny, sepatu boot, memiliki tato di tubuh, memakai tindikan piercing, dan minum alkohol
merupakan suatu bentuk simbolisme yang terlihat dalam keseharian Punk. O’Hara Sari, 2010: 10, juga menyebutkan pengertian Punk. Pengertian
yang pertama, yaitu sebagai suatu bentuk tren remaja dalam bidang fashion dan musik. Kedua, Punk sebagai suatu keberanian dalam
melakukan perubahan dan pemberontakan. Ketiga, Punk sebagai bentuk
perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan dirinya sendiri.
Pada kamus Inggris-Indonesia, pengertian secara bahasa Punk adalah
sumbu, seorang pemuda yang tidak berpengalaman, berarti buruk, rendah, geretan, orang ceroboh, semberono. Pemuda yang ikut gerakan
masyarakat, mapan, dengan menyatakan lewat musik, gaya berpakaian, dan gaya rambut khas. Sedangkan Petter Salim Sugiyati, 2014: 8, Punk
tidak dapat diartikan sesederhana itu. Istilah Punk sudah selama ini di Indonesia, masyarakat lebih banyak melihat Punk sebagai gaya hidup dari
pada musiknya. Fenomena yang ditangkap oleh masyarakat di sekitar Poris Pelawad adalah
sekelompok orang Punkers yang berkumpul pada lokasi tertentu dengan berpakaian lusuh dan atribut-atribut atau aksesoris yang dipakai seperti
bretel, ikat pinggang spike menyerupai paku, kalung rantai, gelang spike, sepatu boots, jeansstretch, kaos oblong, jaket kulit yang di penuhi emblem,
rambut dengan gaya mohawk seperti rambut suku Mohican Indian, spikky, gladiator, corrison yang dicat berwarna-warni, hingga terkesan
“garang” dan kadang terlibat tawuran, kekerasan dan kriminalitas, dan membawakan lagu yang penuh distorsi yang memekakan telinga.
Baju lusuh dan “kampring” dengan boots yang jarang lepas dari kaki, rambut warna-warni yang dibentuk seperti landak, menambah dandanan
menjadi kontras dan mencolok, karena Punkers dianggap sebagai korban trend dan mode dalam menciptakan style mode tersendiri. Tidak semua