Tingkat partisipasi Y3 Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui pendekatan kelompok kasus pengelolaan hutan bersama masyarakat pada areal hutan produksi Perum Perhutani Unit I Provinsi Jawa Tengah

Peubah : Tingkat Keberdayaan Y2 Indikator patokan petunjuk Parameter Ukuran Satuan Y 2.4 Kemampuan kolektif 1 Kebersamaan petani dalam kegiatan kelompok 2 Kepedulian petani terhadap permasalahan sesama anggota kelompok 3 Kemampuan kelompok menemukan kebutuhan dan merumuskan masalah bersama 4 Kemampuan kelompok memecahkan masalah bersama dan mencari solusinya 5 Kesetaraan kelompok dengan pihak Perhutani dalam pelaksanaan program 6 Kemampuan kelompok memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan petani Skor terkoreksi : 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi Y 2.5 Kemampuan bertahan 1 Kemampuan petani mengenali hambatan dari dalam kelompok 2 Kemampuan petani mengenali tantangan dari luar kelompok 3 Kemampuan petani mencari pemecahan terhadap hambatan dan tantangan kelompok Skor terkoreksi : 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi

8. Tingkat partisipasi Y3

Tingkat partisipasi adalah derajat keikutsertaan masyarakat di sekitar hutan dalam kegiatan pengelolaan hutan bersama pihak Perhutani, yang menyangkut pengambilan keputusan dan melaksanakan suatu kegiatan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil-hasilnya. Tingkat partisipasi diukur dari empat indikator yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil. Peubah tingkat partisipasi yang dijabarkan ke dalam indikator dan sejumlah parameter dituangkan pada Tabel 23. Tabel 23. Indikator dan Parameter Tingkat Partisipasi Peubah : Tingkat Partisipasi Y3 Indikator patokan petunjuk Parameter Ukuran Satuan Y 3.1 Perencanaan 1 Keterlibatan dalam sosialisasi program 2 Keterlibatan dalam dialog program dengan berbagai pihak 3 Keterlibatan dalam pembentukan kelembagaan masyarakat 4 Keterlibatan dalam pertemuan forum komunikasi program tk desa 5 Keterlibatan alam penyusunan rencana kegiatan LMDH 6 Keaktifan memberikan masukan tentang perjanjian kerjasama Skor terkoreksi : 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi Y 3.2 Pelaksanaan 1 Keaktifan memberi masukan dan melakukan kegiatan pembagian wilayah hutan pangkuan desa 2 Keaktifan memberi masukan dan melakukan pembuatan batas-batas hutan pangkuan desa 3 Keaktifan memberi masukan dan melakukan Inventarisasi potensi sumberdaya hutan 4 Keaktifan memberi masukan dan melakukan Inventarisasi potensi sumberdaya desa 5 Intensitas melakukan kegiatan teknis kehutanan persemaian, penanaman, pemeliharaan, penjarangan, penebangan penmungutan hasil hutan 6 Intensitas melakukan kegiatan pengamanan hutan 7 Intensitas penjagaan sumberdaya pada lahan andilnya 8 Intensitas memberikan masukan tentang ketentuan budidaya palawija dan melakukan budidaya palawija pada lahan andil 9 Intensitas memberi masukan tatacara budidaya di bawah tegakan dan melakukan budidaya tanaman obat, empon- empon dll di bawah tegakan hutan Skor terkoreksi : 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi Y 3.3 Evaluasi 1 Intensitas kegiatan pelaksanaan penilaian keberhasilan program 2 Intensitas memberikan masukan kelemahan dan perbaikan pelaksanaan program Skor terkoreksi : 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi Y 3.4 Pemanfaatan hasil 1 Intensitas pemanfaatan hasil budidaya tanamanpertanianhasil hutan non kayu pada lahan andil 2 Intensitas pemanfaatan hasil budidaya tanaman di bawah tegakan 3 Intensitas pemanfaatan kayu bakar rencek dari hutan 4 Intensitas pemanfaatan daun-daun dan hijauan makanan ternak dari hutan 5 Intensitas perolehan manfaat kayu hasil penjarangan 6 Intensitas perolehan manfaat sharing bagi hasil hutan kayu, getah Skor terkoreksi : 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada tiga wilayah pengelolaan hutan Perum Perhutani Unit I Provinsi Jawa Tengah yaitu KPH Pekalongan Timur, KPH Kedu Selatan dan KPH Gundih. Lingkup penelitian difokuskan terhadap masyarakat sekitar hutan yang telah bekerjasama dengan Perhutani dalam program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan penekanan pada pemanfaatan sumberdaya hutan produksi. Kondisi Geografis dan Hutan di Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 108º 30’ - 111º 30’ Bujur Timur termasuk Pulau Karimunjawa dan antara 5º 40’ - 8º 30’ Lintang Selatan. Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km tidak termasuk Pulau Karimunjawa. Provinsi Jawa Tengah mempunyai ibu kota di Semarang, dan secara administratif terbagi menjadi 29 Kabupaten, 6 Kota, 565 Kecamatan, 7.804 desa dan 764 kelurahan. Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu 3.254.412 ha atau sekitar 25,04 persen luas pulau Jawa dan sekitar 1,70 persen dari luas Indonesia. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18 o C - 28 o C, dengan tempat-tempat dekat pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif lebih tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput kedalaman 5 cm, berkisar antara 17 o C - 35 o C. Rata-rata suhu air berkisar antara 21 o C sampai 28 o C. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen sampai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari Pemda Jawa Tengah, 2009. Wilayah Provinsi Jawa Tengah berdasarkan data tahun 2006 mempunyai kawasan hutan seluas 19,62 persen dari luas daratan dan luas bukan kawasan hutan sebesar 80,38 persen Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2007. Kondisi Wilayah Hutan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Perum Perhutani Unit I mempunyai wilayah hutan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 647.504,19 ha dan wilayah hutan yang berada di Provinsi Jawa Timur sebesar 8.936,10 ha. Wilayah hutan Perum Perhutani Unit I di Provinsi Jawa Tengah meliputi hutan produksi sebesar 541.444,49 ha 83,62 persen, hutan lindung sebesar 94.397,77 14,58 persen dan hutan suaka alam dan hutan wisata sebesar 11.661,93 ha 1,80 persen. Komposisi luas hutan produksi pada Perum Perhutani Unit I pada sebaran kelas perusahaan berdasarkan kondisi tahun 2006 adalah sebagai berikut : Jati 297.915,53 ha 83 persen, Pinus 37.276,78 10 persen, Damar 3.752,95 1 persen, Mahoni 8.881,80 2 persen, dan Payau 16.079,85 4 persen. Berdasarkan aspek perencanaan hutan, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah terbagi ke dalam 20 wilayah Kesatuan Pemang-kuan Hutan KPH, yaitu : KPH Pekalongan Barat, KPH Balapulang, KPH Pemalang, KPH Pekalongan Timur, KPH Kendal, KPH Semarang, KPH Telawa, KPH Gundih, KPH Purwodadi, KPH Randublatung, KPH Pati, KPH Mantingan, KPH Blora, KPH Cepu, KPH Surakarta, KPH Kedu Utara, KPH Kedu Selatan, KPH Banyumas Timur dan KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2007. Dalam rangka implementasi program PHBM maka proses-proses yang dilakukan untuk pelaksanaan PHBM di tingkat KPH meliputi sosialisasi program baik internal maupun eksternal, dialog multipihak, pembentukan LMDH, pembentukan forum komunikasi PHBM di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, kemudian melakukan perjanjian kerjasama antara LMDH dengan KPH dan akhirnya menyusun rencana strategis tingkat organisasi LMDH. Luas dan Pembagian Wilayah Hutan pada Lokasi Penelitian Gambaran kondisi hutan berserta cakupan wilayah administratif dan wilayah pengelolaan hutan pada tiga lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 24. Dari tiga lokasi penelitian yaitu KPH Pekalongan Timur, KPH Kedu Selatan dan KPH Gundih luas hutan produksi dan hutan produksi terbatas mencakup 91 persen, sedangkan sisanya berupa hutan lindung. KPH Pekalongan Timur mempunyai luas hutan paling besar dan hampir dua kali luas hutan KPH Gundih. Berdasarkan wilayah pengelolaan hutan, KPH Gundih yang mempunyai luas hutan paling sempit dibagi ke dalam wilayah pengelolaan hutan paling banyak yaitu 10 BKPH. Wilayah hutan KPH Kedu Selatan tersebar pada lima wilayah Kabupaten dan terbagi menjadi tujuh wilayah pengelolaan hutan berupa BKPH. Tabel 24. Luas pembagian wilayah hutan yang dikelola Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah pada lokasi penelitian pada Tahun 2007 Lokasi Penelitian KPH Luas Hutan Berdasarkan Kelas Perusahaan Ha Luas Wilayah Hutan KPH Ha Jumlah Wilayah Administratif Kabupaten Jumlah Wilayah Pengelolaan Hutan BKPH Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Lindung Pekalongan Timur 3.619,30 42.338,80 6.833,30 52.791,40 3 7 Kedu Selatan 7.543,45 32.446,10 4.732,33 44.721,88 5 7 Gundih 28.602,00 1.447,50 - 30.049,50 1 10 Jumlah 39.764,75 76.232,40 11.565,63 127.562,78 Sumber : Diolah dari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 2007 Perkembangan Program PHBM pada Lokasi Penelitian Perkembangan program PHBM pada lokasi penelitian ditunjukkan dengan jumlah desa pinggir hutan, jumlah desa yang sudah mengikuti program PHBM, peserta PHBM, luas petak pangkuan hutan yang dikerjasamakan, dan realisasi pembagian sharing terhadap LMDH Tabel 25. Dari tiga lokasi penelitian, jumlah desa pinggir hutan pada KPH Kedu Selatan paling banyak yaitu 262 desa, atau tujuh kali jumlah desa pinggir hutan di KPH Gundih dan dua kali dari desa hutan di KPH Pekalongan Timur. Seluruh desa hutan di KPH Gundih telah melakukan kerjasama mengelola hutan dengan Perhutani, ditandai dengan pembentukan LMDH di tiap desa hutan. Sedangkan baru 73 persen desa hutan di KPH Kedu Selatan dan 93 persen desa hutan di KPH Pekalongan Timur yang telah melakukan kerjasama pengelolaan hutan dengan Perhutani. Bila ditinjau dari luas petak pangkuan luas hutan yang dikerjasamakan, tiga lokasi penelitian tidak begitu mencolok perbedaannya. Namun berdasarkan jumlah peserta program PHBM, terdapat perbedaan yang besar di mana jumlah KK peserta PHBM di KPH Kedu Selatan tercatat 12 kali lebih banyak dari jumlah KK peserta PHBM di KPH Pekalongan Timur dan KPH Gundih. Apabila dilihat dari jumlah pembagian hasil sharing yang dibagikan kepada LMDH pada tahun 2007, KPH Gundih menerima paling sedikit yaitu seperlima dari sharing KPH Kedu Selatan dan sepertiga dari sharing KPH Pekalongan Timur. Lebih besarnya sharing di KPH Kedu Selatan dan Pekalongan Timur kemungkinan karena terdapat hasil hutan berupa kayu dan non kayu getah pinus yang dibagi dengan LMDH, sedangkan di KPH Gundih hanya berupa kayu. Tabel 25. Perkembangan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM pada lokasi penelitian sampai Desember 2007 Lokasi Penelitian KPH Jumlah Desa Pinggir Hutan Jumlah Desa PHBM Jumlah LMDH Jumlah Peserta PHBM KK Luas Petak Pangkuan Ha Realisasi Pembagian Sharing Tahun 2007 Rp Pekalongan Timur 123 114 114 66.140 34.830,53 414.793.395 Kedu Selatan 262 192 192 762.722 31.925,30 851.273.366 Gundih 37 37 37 60.545 28.847,91 168.841.542 Sumber : Diolah dari Laporan Perkembangan PHBM Perum Perhutani Unit I Jawa , 2008 Program PHBM dari Perhutani didukung oleh beberapa Pemda Kabupaten yang ditunjukkan dengan pengalokasian dana APBD sebagai penunjang program PHBM. Dari tiga lokasi penelitian, ternyata tidak semua Pemda memberikan dukungan dana untuk program PHBM. Sejak tahun 2004 sampai tahun 2007, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Pekalongan selalu mengalokasikan dananya pada wilayahnya masing-masing. Pada tahun 2007 tersedia anggaran untuk kegiatan PHBM dari Kabupaten Pemalang sebesar Rp 50.000.000,- dan dari Kabupaten Pekalongan sebesar Rp 38.460.000,-. Perkembangan usaha produktif yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok LMDH di Kabupaten Pekalongan diantaranya adalah pemanfaatan lahan di bawah tegakan porang, durian, kopi, tanaman obat dan jengkol oleh 18 kelompok, bidang peternakan ternak sapi dan kambing oleh empat kelompok, perikanan ikan nila merah oleh dua kelompok, bidang pertanian pupuk bokashi oleh dua kelompok, dan kerjasama tanaman sengon dan hutan rakyat oleh tujuh kelompok KPH Pekalongan Timur, 2008. Sementara itu dukungan dana dari pihak Pemda di lingkungan KPH Kedu Selatan terhadap program PHBM sempat muncul pada tahun 2004 2 Kabupaten, pada tahun 2006 1 Kabupaten. Pada tahun 2007 ada satu Kabupaten yang mengalokasikan anggaran untuk kegiatan PHBM di wilayahnya dengan dana sebesar Rp. 60.000.000,-. Perkembangan usaha produktif yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok LMDH meliputi bidang peternakan kambing Ettawa sebanyak empat kelompok, bidang industri gula semut, anyaman bambu, krupuk singkong, batik tulis sebanyak sembilan kelompok, perkebunan carica, salak pondoh, cengkeh, kapulogo, kopi sebanyak lima kelompok, dan bidang pertanian persemaian sebanyak enam kelompok Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2008. Khusus KPH Gundih sendiri sampai tahun 2007 belum ada dukungan dana dari pihak Pemda yang terkait dengan pelaksanaan program PHBM. Perkem- bangan usaha-usaha produktif yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok LMDH di lingkungan KPH Gundih yaitu dalam bidang peternakan kambing, sapi ada empat kelompok, bidang pertanian tanaman jahe, jarak pagar, porang meliputi 18 kelompok, bidang industri pembuatan emping garut, pembuatan tikar meliputi dua kelompok, bidang pengelolaan wisata Sendang Coyo, makam meliputi dua kelompok, dan bidang perdagangan bokashiEM4, pupuk kandang meliputi dua kelompok Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2008. Kondisi Potensi Sumberdaya Individu Petani Sumberdaya individu petani yang diukur dalam penelitian ini meliputi luas lahan garapan, pengalaman bertani, umur, pendapatan keluarga petani, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal, pelatihan kehutanaan, motivasi berke- lompok dan keinovatifan dalam berusahatani Tabel 26.

1. Lahan garapan petani, tanaman pokok dan tanaman pertanian. Lahan