Pengambilan sampel petani sebagai responden penelitian ini dilakukan dengan metode “pengambilan sampel gugus bertahap secara acak” atau multistage
cluster random sampling mengacu pada Mantra Kasto, 1989; Kerlinger, 1990; Nawawi, 2003. Jumlah sampel setiap gugus diambil secara disproporsional atau
diambil sampel dengan jumlah yang sama untuk setiap gugus kelompok. Mengacu pada Rakhmat 2004b, karena jumlah sampel setiap gugus tidak proporsional
dengan jumlah populasi pada gugus tersebut, data pada setiap gugus dikalikan dengan bobot. Bobot sampel diperoleh dengan rumus = 1ps satu dibagi pecahan
sampling. Untuk memudahkan perhitungan, bobot dibulatkan dengan angka terendah sebagai standar atau angka 1. Berdasarkan perhitungan maka bobot
sampel untuk KPH Pekalongan Timur = 1, KPH Kedu Selatan = 13 dan KPH Gundih = 1.
Populasi dalam penelitian ini letaknya sangat tersebar secara geografis sehingga sangat sulit mendapatkan kerangka sampel dari semua unsur-unsur yang
terdapat dalam populasi itu. Oleh karena itu unit analisis dikelompokkan ke dalam gugus-gugus cluster yang merupakan satuan dari mana sampel akan diambil.
Gugus dalam penelitian ini yaitu KPH Kesatuan Pemangkuan Hutan, BKPH bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan, LMDH Lembaga Masyarakat Desa Hutan
dan KTH Kelompok Tani Hutan. Pengambilan sampel dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel tahap I. Wilayah pengelolaan hutan Perhutani Unit I
Jawa Tengah terbagi kedalam 20 KPH Kesatuan Pemangkuan Hutan diambil 3 tiga buah KPH sampel. Pengambilan sampel KPH dilakukan dengan
mengelompokkan KPH-KPH kedalam tiga kelompok besar berdasarkan karakterisik kelas hutannya Perhutani Unit I, 2007 dan berdasarkan peta
wilayah Kebudayaan Jawa Gautama, 2003. Tiga KPH yang terpilih sebagai sampel yaitu KPH Pekalongan Timur, KPH Kedu Selatan dan KPH Gundih.
Pemilihan sampel KPH dilakukan dengan cara sebagai berikut : a Kelompok A : Wilayah Jawa Tengah Bagian Utara – Barat, dengan ciri
kelas hutan produksinya yang dominan jenis Jati dan sebagian kecil jenis Pinus, sedangkan ciri budaya masyarakatnya Jawa Pesisiran Kilen.
Kelompok ini meliputi KPH Pekalongan Barat, KPH Balapulang, KPH Pemalang, KPH Pekalongan Timur, dan KPH Kendal. Dari lima KPH ini
terpilih secara acak satu KPH yaitu KPH Pekalongan Timur. b Kelompok B : Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan, dengan ciri kelas
hutan produksi dominan jenis Pinus, dan sebagian kecil jenis Jati. Ciri budaya masyarakatnya pada bagian barat yaitu budaya Jawa Banyumasan,
dan Bagian Timur budaya Jawa Nagarigung. Kelompok ini meliputi KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur, KPH Kedu Selatan, KPH Kedu
Utara bagian selatan dan KPH Surakarta. Dari lima KPH tersebut terpilih sampel secara acak yaitu KPH Kedu Selatan.
c Kelompok C : Wilayah Jawa Tengah bagian Utara – Timur, dengan ciri kelas hutan produksi yang dominan Jati, sedangkan ciri budaya
masyarakatnya termasuk Jawa Pesisiran Wetan. Kelompok ini meliputi sepuluh KPH yaitu KPH Semarang, KPH Kedu Utara bagian utara, KPH
Telawa, KPH Pati, KPH Purwodadi, KPH Gundih, KPH Mantingan, KPH Blora, KPH Kebonharjo, KPH Cepu dan KPH Randublatung. Dari
kelompok ini terpilih secara acak KPH Gundih sebagai sampel.
2. Pengambilan sampel tahap II. Setiap KPH sampel diambil secara acak
masing-masing 2 dua buah BKPH Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan. KPH Pekalongan Timur yang meliputi 7 BKPH secara acak terpilih 2 BKPH
sampel yaitu BKPH Karanganyar dan BKPH Doro. KPH Kedu Selatan terdiri dari 7 BKPH akhirnya secara acak terpilih dua BKPH sampel yaitu BKPH
Purworejo dan BKPH Gombong Selatan. Sedangkan KPH Gundih yang terdiri dari 10 BKPH akhirnya terpilih secara acak dua BKPH sampel yaitu BKPH
Monggot dan BKPH Juoro. Dengan demikian terpilih 6 enam BKPH sampel.
3. Pengambilan sampel tahap III. Setiap BKPH sampel diambil secara acak 2