Kelompok ini meliputi KPH Pekalongan Barat, KPH Balapulang, KPH Pemalang, KPH Pekalongan Timur, dan KPH Kendal. Dari lima KPH ini
terpilih secara acak satu KPH yaitu KPH Pekalongan Timur. b Kelompok B : Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan, dengan ciri kelas
hutan produksi dominan jenis Pinus, dan sebagian kecil jenis Jati. Ciri budaya masyarakatnya pada bagian barat yaitu budaya Jawa Banyumasan,
dan Bagian Timur budaya Jawa Nagarigung. Kelompok ini meliputi KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur, KPH Kedu Selatan, KPH Kedu
Utara bagian selatan dan KPH Surakarta. Dari lima KPH tersebut terpilih sampel secara acak yaitu KPH Kedu Selatan.
c Kelompok C : Wilayah Jawa Tengah bagian Utara – Timur, dengan ciri kelas hutan produksi yang dominan Jati, sedangkan ciri budaya
masyarakatnya termasuk Jawa Pesisiran Wetan. Kelompok ini meliputi sepuluh KPH yaitu KPH Semarang, KPH Kedu Utara bagian utara, KPH
Telawa, KPH Pati, KPH Purwodadi, KPH Gundih, KPH Mantingan, KPH Blora, KPH Kebonharjo, KPH Cepu dan KPH Randublatung. Dari
kelompok ini terpilih secara acak KPH Gundih sebagai sampel.
2. Pengambilan sampel tahap II. Setiap KPH sampel diambil secara acak
masing-masing 2 dua buah BKPH Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan. KPH Pekalongan Timur yang meliputi 7 BKPH secara acak terpilih 2 BKPH
sampel yaitu BKPH Karanganyar dan BKPH Doro. KPH Kedu Selatan terdiri dari 7 BKPH akhirnya secara acak terpilih dua BKPH sampel yaitu BKPH
Purworejo dan BKPH Gombong Selatan. Sedangkan KPH Gundih yang terdiri dari 10 BKPH akhirnya terpilih secara acak dua BKPH sampel yaitu BKPH
Monggot dan BKPH Juoro. Dengan demikian terpilih 6 enam BKPH sampel.
3. Pengambilan sampel tahap III. Setiap BKPH sampel diambil secara acak 2
dua buah LMDH Lembaga Masyarakat Desa Hutan yang telah melakukan kerjasama program PHBM dengan Perhutani Kepala KPH. Pengambilan
sampel LMDH dilakukan secara purposif dan acak purposif random sampling, yaitu diambil LMDH-LMDH yang telah mendapatkan sharing hasil
hutan dari Perhutani. Hal ini karena salah satu peubah variabel mengukur sharing bagi hasil hasil hutan antara LMDH dengan Perhutani, sehingga
diperlukan LMDH yang telah mempunyai pengalaman membagikan hasil sharing tersebut. Dengan demikian terpilih seluruhnya 12 dua belas LMDH
sampel.
4. Pengambilan sampel tahap IV. Setiap LMDH yang terpillih diambil secara
acak 3 tiga buah KTH kelompok tani hutan. Pada beberapa lokasi penelitian misalnya pada beberapa LMDH di KPH Gundih menggunakan istilah
kelompok kerja Pokja. Untuk penulisan dalam penelitian ini digunakan istilah kelompok tani hutan KTH. Dengan demikian terpilih sampel sebanyak 36
buah KTH.
5. Pengambilan sampel tahap V. Setiap KTH terpilih diambil sampel sebagai
responden sebanyak 11 sebelas - 12 duabelas orang yang terdiri dari 1 orang pengurus KTH merangkap anggota dan 10 sepuluh – 11 sebelas
orang anggota kelompok. Dengan demikian akan terpilih sampel responden petani sebanyak 408 orang.
Dengan demikian sampel penelitian secara keseluruhan meliputi 3 KPH, 6 BKPH, 12 LMDH dan 36 KTH yang meliputi 408 orang kepala keluarga petani hutan
sebagai responden. Kerangka sampling selengkapnya disajikan pada Tabel 10.
Unit analisis
Unit analisis merupakan unit individukelompokorang yang dapat mem- berikan keterangan tentang apa yang ingin diamati atau dipelajari oleh peneliti.
Menurut Mantra dan Kasto 1989 unit analisis atau unit penelitian ialah unit yang akan diteliti atau dianalisis. Untuk istilah unit analisis ini Supranto 2004
menggunakan istilah elemen, unit sampling atau kasus yang berarti sesuatu yang menjadi obyek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu kepala
keluarga petani yang tergabung dalam kelompok tani hutan KTH. Responden
penelitian adalah petani.
Tabel 10. Kerangka sampling penelitian Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan menurut gugus-gugus cluster cara pengambilan sampling
penelitian
No Sampel KPH
Sampel BKPH
Sampel LMDH
Jumlah KTH di
LMDH Jumlah
Anggota LMDH
orang Sampel
Kelompok Tani Hutan KTH
Sampel Jumlah KK
Petani orang
1 KPH Pekalongan
Timur BKPH
Karanganyar LMDH
Wono Bulubekti
4 58 -Karanggondang
-Pandansari -Montong
12 11
11 LMDH
Wana Makmur
6 170 -Sido
Mulya -Sido Jaya
-Kumenyep 12
11 11
BKPH Doro LMDH
Sumber Rejeki
7 310 -Kayu
Puring A
-Kayu Puring B -Tembelang
12 11
11 LMDH
Hutan Mulya
4 88 -Lemah
Abang -Meranti
-Duagang 12
11 11
Jumlah 1 2 BKPH
4 LMDH 21
626 12 KTH
136 orang 2 KPH
Kedu Selatan
BKPH Purworejo
LMDH Rimba
Lestari 6 353
-Geger Jeruk
-Kaliwangi -Sinawangan
11 12
11 LMDH
Sedyo Rahayu
6 354 -Dukuh
-Sleteh -Wonosari
12 11
11 BKPH
Gombong Selatan
LMDH Simbar Aji
5 91 -Sendang
-Rogodadi -Meco Tengah
11 12
11 LMDH
Renggo Wonojoyo
5 105
-Teba Lor Blok 1 -Teba Blok 2
-Teba Lor Blok 3 11
12 11
Jumlah 2 2 BKPH
4 LMDH 22
903 12 KTH
136 orang 3
KPH Gundih BKPH Juoro LMDH Jati
Makmur 7 248
-Ngangkruk -Gandri
-Jengguluk 11
11 12
LMDH Wana
Lestari 21 527
-Besole -Ndlingo
-Kedung Tawing 11
11 12
BKPH Monggot
LMDH Wana Indah
7 216 -Klampok
-Wono Mulyo -Wono Rahayu
11 11
12 LMDH
Wana Mukti
8 332 -Jeruk
-Secang -Ngampelan
12 11
11 Jumlah 3
2 BKPH 4 LMDH
43 1.323
12 KTH 136 orang
Jumlah Total 6 BKPH
12 LMDH 86
KTH 2.852
org 36 KTH
408 orang
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok Singarimbun dan Effendi, 1989. Penelitian ini digunakan untuk maksud penelitian penjelasan Explanatory Research yaitu
menjelaskan hubungan kausalitas antara peubah-peubah penelitian melalui pengujian hipotesis. Model teoretis yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi
hubungan kausalitas antara indikator-indikator terhadap peubah dan hubungan kausalitas antara peubah-peubah penelitian. Hubungan antar peubah secara teoretis
disajikan pada Gambar 2.
Data dan Instrumentasi Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertamanya yaitu responden petani sekitar hutan yang tergabung dalam kelompok tani hutan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui : a. survey
dengan kuesioner yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengisian kuesioner oleh responden di lapangan, b wawancara terstruktur yaitu suatu bentuk interview
terhadap responden dengan pedoman kuesioner yang telah dibuat, dan ini dilakukan apabila responden tidak bisa membaca sehingga kesulitan dalam mengisi
kuesioner, dan c. pengamatan langsung di lapangan pada beberapa tempat di mana petani melakukan kegiatan pada lahan hutan yang dikelola bersama dengan
Perhutani. Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti dibantu oleh beberapa
enumerator sebagai pembantu peneliti. Penelitian untuk lokasi KPH Pekalongan Timur, peneliti dibantu oleh tiga orang enumerator mahasiswa UGM. Penelitian
untuk lokasi KPH Kedu Selatan, peneliti dibantu oleh tiga orang enumerator mahasiswa UGM dan Penyuluh Pertanian setempat. Sedangkan penelitian di KPH
Gundih, peneliti dibantu oleh satu orang enumerator mahasiswa UGM Yogyakarta. Tenaga enumerator telah dilatih secara khusus agar memahami setiap butir
kuesioner yang akan dipergunakan, dan dapat melakukan fasilitasi terhadap
kelompok secara tepat. Pengumpulan data pokok dilakukan dengan cara setiap dua sampai empat orang enumerator mendampingi 11 – 12 orang responden dan
bertugas memberikan penjelasan umum sebelum pengisian serta mendampingi dan memberikan penjelasan selama pengisian kuesioner. Berhubung banyak petani
responden yang kurang lancar membaca, maka peneliti dan enumerator umumnya membacakan pertanyaan-pertanyaan pada sebagian besar kelompok dengan diter-
jemahkan ke dalam bahasa setempat atau Bahasa Jawa dan responden tinggal mengisi jawabannya. Wawancara terhadap tokoh kelompok tani dilakukan oleh
peneliti untuk melengkapi informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data primer yang dituangkan dalam kuesioner dan dikumpulkan dari
responden yaitu : 1. Potensi sumberdaya individu petani yang meliputi : a luas lahan garapan,
b pengalaman berusahatani, c umur, d pendapatan keluarga, e jumlah tanggungan keluarga, f pendidikan formal, g pendidikan non formal, h
motivasi berkelompok, dan h keinovatifan. 2. Ketepatan proses pemberdayaan yang meliputi : a inisiatif program, b
penyadaran sosialisasi, c kelembagaan masyarakat, d penentuan hak dan kewajiban parapihak, e pemanfaatan ruang kelola, f penentuan bagi hasil.
3. Peran SDM Pemberdaya yang meliputi : a mengembangkan partisipasi petani, b pemecahan masalah dan pembelajaran petani, c mengorgani-
sasikan petani, d membangun jaringan, e mencari peluang pasar, f mem- bangun komunikasi dan g kesetaraan status sosial dengan petani.
4. Keefektifan kepemimpinan kelompok yang meliputi : a peran pemimpin kelompok, b perilaku kepemimpinan, dan c gaya kepemimpinan.
5. Dukungan lingkungan yang meliputi : a akses lahan, b potensi sumberdaya hutan, c ketersediaan sarana produksi, d kemudahan memasarkan hasil, e
potensi modal sosial. f potensi pengembangan usaha, g tersedianya alter- natif usaha, h ketergantungan pada hutan, dan i intervensi lingkungan
sosial.
6. Dinamika kelompok yang meliputi : a tujuan kelompok, b struktur kelompok, c fungsi tugas kelompok, d pembinaan kelompok, e
kekompakan kelompok, f suasana kelompok, g tegangan kelompok, h keefektifan kelompok, i maksud tersembunyi, dan j perkembangan usaha
kelompok. 7. Tingkat keberdayaan yang terdiri dari : a kemampuan interpersonal, b
kemampuan interaksional, c kapasitas mengambil tindakan, d kemampuan kolektif, dan e kemampuan bertahan.
8. Tingkat partisipasi yang terdiri dari : a perencanaan, b pelaksanaan, c evaluasi, dan d pemanfaatan.
Data sekunder yaitu berupa dokumen data dan informasi yang terdapat di Kantor Pusat Perhutani di Jakarta, Kantor Perhutani Unit I Jawa Tengah di
Semarang, Kantor KPH sampel, Kantor BKPH, dan Sekretariat LMDH. Pengum- pulan data sekunder dilakukan melalui : a studi dokumentasi, dan b. wawancara
mendalam in-depth interview yang dilakukan terhadap pengurus kelompok tani hutan, pengurus LMDH, petugas lapangan kehutanan Mandor, Mantri, petugas
Perhutani yang menangani PHBM di kantor KPH, Asisten Perhutani di kantor BKPH, dan tenaga pendamping dari LSM. Jenis data sekunder ini meliputi :
1. Kebijakan peraturan dari Perhutani tentang PHBM, data hasil evaluasi PHBM Perhutani Unit I Jawa Tengah, dan data perkembangan PHBM pada KPH
sampel. 2. Keadaan wilayah hutan Perhutani Unit I Jawa Tengah seperti pembagian
wilayah pengelolaan hutan, kelas hutan, iklim dan lain-lain. 3. Data hasil penelitian atau evaluasi tentang PHBM di Jawa Tengah.
4. Contoh-contoh tentang SK Pembentukan Forum Komunikasi PHBM, perjanjian kerjasama, pembentukan LMDH, rencana strategis LMDH dan lain-lain.
Instrumentasi
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpul-
kan data mengenai suatu peubah. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai peubah-peubah penelitian untuk
kebutuhan penelitian Djaali dan Mulyono, 2004. Data primer dalam penelitian ini dikum-pulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai pedoman
dalam melakukan wawancara secara terstruktur. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner kebanyakan pertanyaan yang tertutup dan beberapa pertanyaan terbuka.
Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang telah disiapkan jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai. Sedangkan pertanyaan terbuka memung-
kinkan responden menguraikan secara bebas dalam menjawab pertanyaan, dan ini sangat bermanfaat dalam memperjelas jawaban yang ada di pertanyaan tertutup.
Kuesioner dirancang sedemikian rupa dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh responden. Kuesioner disusun secara jelas dengan
kata-kata yang tidak bermakna ganda, tidak menyinggung perasaan responden, dan menghindari bias kepentingan peneliti.
Validitas Instrumen
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur Ancok, 1989. Dalam penelitian ini kuesioner merupakan
instrumen yang utama untuk mengumpulkan data peubah penelitian. Oleh karena itu kuesioner yang disusun harus bisa mengukur peubah apa yang ingin diukur.
Pengujian validitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga jenis validitas yaitu :
1. Validitas isi content validity. Validitas isi merupakan seberapa jauh suatu instrumen mengandung materi sesuai dengan konten yang akan diukur.
Kerlinger 2004 mendefinisikan pengertian validitas isi muatan sebagai kerepresentatifan yang terdapat dalam muatan suatu instrumen pengukur.
Menurut Djaali dan Muljono 2004 suatu instrumen mempunyai validitas isi yang baik apabila instrumen tersebut terdiri dari item-item yang mewakili
semua materi yang hendak diukur. Penentuan validitas isi dapat berdasarkan pendapat judgement para ahli dalam bidang yang bersangkutan. Penyusunan
instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi aspek
validitas isi dengan cara : a Penyusunan indikator-indikator dan parameter- parameter setiap peubah telah melalui diskusi dengan tim pembimbing yang
berjumlah tiga orang tim pembimbing merupakan tenaga ahli dalam bidang penyuluhan pembangunan, komunikasi pembangunan, pengembangan SDM,
dan psikologi sosial; b Penyusunan indikator dan paramater untuk peubah- peubah utama tersebut telah dilakukan peer-review oleh mahasiswa S3 bidang
Kehutanan Ir. Nandang Prihadi, MSc dan Ir. Tuti Herawati, MSi; dan c Penyusunan indikator dan parameter untuk peubah-peubah utama telah
mendapatkan masukan dari Tim Pakar yang beranggotakan tiga orang yaitu Prof. Dr. Ir. Mustofa Agung Sardjono, MSc Ahli sosiologi kehutanan dan
sosial forestry dari UNMUL Samarinda, Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Ahli anthropologi kehutanan dan kehutanan masyarakat dari IPB, dan Dr. Ir.
Nurheni Widjayanto, MSc Ahli hutan rakyat, agroforestri dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.
2. Validitas konstruk construct validity. Validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item dalam instrumen mampu
mengukur apa yang benar-benar dimaksudkan hendak diukur sesuai dengan konstruk atau konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditentukan
Djaali Muljono, 2004. Konstruk merupakan kerangka dari suatu konsep. Perumusan konstruk telah melalui sintesis dari teori-teori yang terkait dengan
peubah-peubah yang diukur. Kerangka konsep-konsep yang diteliti ditempuh melalui serangkaian telaah teoretis dengan cara mencari definisi-definisi konsep
yang ditulis oleh para ahli di dalam pustaka, kemudian membuat definisi yang lebih operasional. Teori-teori yang dipergunakan dalam menyusun konsep,
peubah dan hubungan antar peubah meliputi teori dinamika kelompok, teori pemberdayaan masyarakat, teori sosial forestri, dan teori kepemimpinan. Proses
validasi konstruk terhadap instrumen penelitian ini juga telah dilakukan melalui justifikasi dari tim pembimbing sebanyak tiga orang dalam proses bimbingan
dan sidang-sidang komisi. 3. Validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas kriteria suatu instrumen
ditentukan berdasarkan hasil ukur instrumen yang bersangkutan, baik melalui
uji coba maupun melalui pengukuran yang sesungguhnya Djaali dan Muljono, 2004. Pengujian validitas empiris dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut : a melakukan uji coba instrumen yang telah disusun tersebut pada sejumlah responden, b menyiapkan tabel tabulasi jawaban, c menghitung
korelasi masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Bivariate Pearson Produk Momen Pearson dan
Corrected Item-Total Correlation yang rumusnya sebagai berikut Ancok, 1989 dan Priyanto, 2008 :
r =
]
[ [
]
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑ ∑
− −
−
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
; r : korelasi
Apabila ditemukan dalam perhitungan ada pertanyaan yang tidak valid tidak nyata pada tingkat 5 , kemungkinan pernyataan tersebut kurang baik
susunan kata-kata atau kalimatnya. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner dilakukan
terhadap petani anggota kelompok tani hutan yang bukan sebagai sampel dalam penelitian ini, tetapi mempunyai karakteristik yang mirip dengan responden petani
hutan pada desa-desa sampel. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan di KPH Pekalongan Timur, BKPH Bandar Kabupaten Batang, LMDH
Ganesha Mulya Kecamatan Bandar, Desa Silurah terhadap 30 orang kepala keluarga petani. Hasil perhitungan uji validitas instrumen yang dilakukan terhadap
30 orang petani dituangkan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Kisaran nilai Koefisien Korelasi item-item pertanyaan dalam satu peubah dengan skor total peubah
No Peubah
Kisaran Koefisien Korelasi 1.
Potensi Sumberdaya Individu Petani X1 0,410 - 0,816
2. Ketepatan Proses Pemberdayaan X2
0,374 - 0,613 3.
Peran SDM Pemberdaya X3 0,374 - 0,760
4. Keefektifan Kepemimpinan Kelompok X4
0,372 - 0,710 5.
Dukungan Lingkungan X5 0,363 - 0,742
6. Dinamika Kelompok Y1
0,390 - 0,669 7.
Tingkat Keberdayaan Petani Sekitar Hutan Y2 0,376 - 0,703
8. Tingkat Partisipasi Y3
0,380 - 0,642 Keterangan : nyata pada
α = 0,05 nyata pada
α = 0,01
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen penelitian diperoleh nilai kisaran koefisien korelasi antara skor item-item pertanyaan suatu peubah dalam instrumen
dengan skor total pada setiap peubah. Nilai koefisien korelasi setiap peubah termasuk dalam kisaran signifikan sampai sangat signifikan. Menurut Nasrun
Solimun, 2002, bilamana koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator positif dan lebih besar dari 0,3 r
≥ 0,3, maka instrumen tersebut sudah dianggap valid validitas kriteria. Dengan demikian nilai
koefisien korelasi hasil perhitungan pada tabel di atas menunjukkan bahwa butir- butir instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dari segi validitas empiris
validitas kriteria termasuk valid. Berdasarkan tinjauan dari segi validitas, maka instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini termasuk valid ditinjau dari segi validitas isi, validitas konstruk dan validitas empiris validitas kriteria.
Reliabilitas Instrumen
Menurut Ancok 1989 reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh- mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat
pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama danhasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel.
Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Kerlinger 2004 menyatakan istilah lain untuk
reliabilitas yaitu keandalan, kemantapan, konsistensi, prediktabilitas keteramalan, dan kejituan ketepatan alias akurasi. Definisi tentang keandalan ini bisa didekati
dengan tiga pertanyaan yaitu : a Jika kita mengukur himpunan obyek yang sama berulangkali dengan instrumen yang sama atau mirip, akankah kita mendapatkan
hasil yang sama atau serupa pula ?; b Apakah ukuran-ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukur adalah ukuran yang “sebenarnya” dari sifat yang diukur
itu?; dan c Berapa banyak galat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen pengukur?.
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini akan menggunakan metode Alpha Cronbach yang diukur dengan menggunakan skala dari 0 sampai 1. Uji
reliabilitas dimaksudkan untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak. Pengukuran koefisien Alpha Cronbach menurut Solimun 2002 yaitu
sebagai berikut : ⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ −
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
− =
∑
Vt Vi
n n
1 1
α n : besar sampel pada ujicoba instrumen
Vi : ragam kelompok indikator bagian ke i, yang panjangnya tidak ditentukan
Vt : ragam skor total perolehan α : koefisien reliabilitas
Skala kemantapan dalam uji reliabilitas bisa dilakukan dalam lima kelas dengan range yang sama. Ukuran kemantapan bisa diinterpretasikan sebagai berikut :
1 Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d 0,20 berarti kurang reliabel. 2 Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d 0,40 berarti agak reliabel.
3 Nilai alpha Cronbach 0,41 s.d 0,60 berarti cukup reliabel. 4 Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d 0,80 berarti reliabel.
5 Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d 1,00 berarti sangat reliabel. Ukuran kemantapan dari uji reliabilitas lainnya yaitu menurut Malhotra dalam
Solimun, 2002 yang menyatakan bahwa suatu instrumen keseluruhan indikator dianggap sudah cukup reliabel reliabilitas konsistensi internal bilamana
α ≥ 0,6.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen yang dilakukan dalam pengujian instrumen terhadap 30 orang keluarga petani pada LMDH Ganesha
Mulya, BKPH Bandar, KPH Pekalongan Timur, diperoleh nilai reliabilitas sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian
No Peubah Nilai Alpha Cronbach
1. Potensi Sumberdaya Individu Petani X1
0,81sangat reliabel 2.
Ketepatan Proses Pemberdayaan X2 0,60 cukup reliabel
3. Peran SDM Pemberdaya X3
0,84 sangat reliabel 4.
Keefektifan Kepemimpinan Kelompok X4 0,87 sangat reliabel
5. Dukungan Lingkungan X5
0,84 sangat reliabel 6.
Dinamika Kelompok Y1 0,86 sangat reliabel
7. Tingkat Keberdayaan Petani Sekitar Hutan Y2
0,73 reliabel 8.
Tingkat Partisipasi Y3 0,73 reliabel
Keterangan Nilai Alpha Cronbach : 0,00 s.d 0,20 = kurang reliabel
0,21 s.d 0,40 = agak reliabel 0,41 s.d 0,60 = cukup reliabel
0,61 s.d 0,80 = reliabel 0,81 s.d 1,00 = sangat reliabel
Tabel 12 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas instrumen diperoleh nilai Alpha Cronbach berkisar antara 0,60 cukup reliabel sampai 0,87 sangat reliabel. Dari
delapan peubah yang diteliti menunjukkan bahwa satu peubah X2 mempunyai nilai yang cukup reliabel, dua peubah Y2 dan Y3 termasuk reliabel dan lima
peubah X1, X3, X4, X5 dan Y1 termasuk sangat reliabel.
Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan
statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih
mudah untuk dipahami. Disamping itu, statistik membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan by chance, sehingga
memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang diamati memang
betul terjadi karena adanya hubungan sistematis antara peubah-peubah yang diteliti, atau hanya terjadi secara kebetulan Effendi dan Singarimbun, 1989.
Menurut Solimun 2002 statistika adalah ilmu dan atau seni yang berkaitan dengan tata cara metode pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil
analisis untuk mendapatkan informasi guna pengambilan keputusan san penarikan kesimpulan. Sedangkan Kerlinger 2004 mendefinisikan statistik sebagai teori dan
metode analisis data kuantitatif yang diperoleh dari sampel-sampel observasi, dalam rangka menelaah dan membandingkan sumber-sumber keragaman fenomen,
membantu pembuatan keputusan untuk menerima atau menolak relasi yang dihipotesiskan terdapat antara satu fenomen dengan lainnya, dan menolong
penyusunan kesimpulan yang andal dari pengamatan-pengamatan empiris. Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif dan analisis
hubungan kausal untuk melihat hubungan antar peubah. Analisis deskriptif digunakan untuk menerangkan keragaan data setiap peubah yang diamati. Analisis
deskriptif meliputi nilai rata-rata mean dari data ordinal yang sudah ditransformasi ke dalam skala 100 sehingga menjadi data interval. Perhitungan
nilai rata-rata dengan pembobotan karena pengambilan sampel tidak secara proporsional disproporsional.
Analisis hubungan kausal dan penyusunan model dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling SEM. Menurut Solimun 2002,
analisis SEM ini merupakan pendekatan terintegrasi antara Analisis Faktor, Model Struktural dan Analisis Path. Selain itu SEM juga merupakan pendekatan yang
terintegrasi antara analisis data dengan konstruksi konsep. Perhitungan deskriptif maupun hubungan kausal dan penyusunan model
dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu program EpiData untuk pengentrian data kuesioner dari responden, program Excel dan SPSS 12.0 untuk analisis
deskriptif, dan program LISREL 8.72 untuk analisis SEM. Tahapan-tahapan yang ditempuh sebagai prosedur dalam melakukan
analisis SEM yaitu sebagai berikut Wijanto, 2008 :
1 Spesifikasi model model specification. Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural sebelum dilakukan estimasi.
Model awal diformulasikan berdasarkan kajian teori atau penelitian sebelumnya. Model yang berbasis teori merupakan model hipotetik dan
dijabarkan ke dalam peubah X dan peubah Y sebagaimana Tabel 13 berikut. Dalam penelitian ini peubah-peubah laten diberikan simbol Xn dan Yi.
Indikator yang diberi seimbol Xn.m dan Yi.j merupakan peubah-peubah teramati.
Tabel 13. Matriks kerangka konsep penjabaran peubah dan indikator penelitian Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan
No Peubah Laten Peubah Teramati Indikator
Notasi Peubah
laten Notasi
Indikator teramati
1 Potensi sumberdaya individu petani
X 1 1 a. Luas lahan garapan
X 1.1 2 b. Pengalaman berusaha tani
X 1.2 3 c.
Umur X
1.3 4 d. Pendapatan
X 1.4 5 e. Jumlah tanggungan keluarga
X 1.5 6 f. Pendidikan formal
X 1.6 7 g. Pendidikan non formal
X 1.7 8 h. Motivasi berkelompok
X 1.8 9 i. Keinovatifan
X 1.9 2
Ketepatan proses pemberdayaan X 2
10 a. Inisiatif program X 2.1
11 b. Penyadaran sosialisasi X 2.2
12 c. Pembentukan lembaga masyarakat X 2.3
13 d. Penentuan hak dan kewajiban para pihak X 2.4
14 e. Pemanfaatan ruang kelola X 2.5
15 f. Penentuan bagi hasil X 2.6
3 Peran SDM Pemberdaya
X 3 16 a. Mengembangkan partisipasi petani
X 3.1 17 b. Pemecahan masalah dan pembelajaran petani
X 3.2 18 c. Mengorganisasikan petani
X 3.3 19 d. Membangun jaringan
X 3.4 20 e. Mencari peluang pasar
X 3.5 21 f. Membangun komunikasi
X 3.6 22 g. Kesetaraan status sosial dengan petani
X 3.7
Tabel 13 lanjutan
No Peubah Laten Peubah Teramati Indikator
Notasi Peubah
laten Notasi
Indikator teramati
4. Keefektifan kepemimpinan kelompok
X 4 23 a. Peran pemimpin kelompok
X 4.1 24 b. Perilaku kepemimpinan
X 4.2 25 c. Gaya kepemimpinan
X 4.3 5
Dukungan lingkungan X 5
26 a. Akses lahan X 5.1
27 b. Potensi sumberdaya hutan X 5.2
28 c. Ketersediaan saprodi X 5.3
29 d. Kemudahan memasarkan hasil X 5.4
30 e. Potensi modal sosial X 5.5
31 f. Potensi pengembangan usaha X 5.6
32 g. Tersedianya alternatif usaha X 5.7
33 h. Ketergantungan pasa hutan X 5.8
34 i. Intervensi lingkungan sosial X 5.9
6 Dinamika kelompok
Y 1 35 a. Tujuan kelompok
Y 1.1 36 b. Struktur kelompok
Y 1.2 37 c. Fungsi tugas kelompok
Y 1.3 38 d. Pembinaan kelompok
Y 1.4 39 e. Kekompakan kelompok
Y 1.5 40 f. Suasana kelompok
Y 1.6 41 g. Tegangan kelompok
Y 1.7 42 h. Keefektifan kelompok
Y 1.8 43 i. Maksud tersembunyi
Y 1.9 44 j. Perkembangan usaha kelompok
Y 1.10 7
Tingkat keberdayaan Y 2
45 a. Kemampuan interpersonal Y 1.1
46 b. Kemampuan interaksional Y 1.2
47 c. Kapasitas mengambil tindakan Y 1.3
48 g. Kemampuan kolektif Y 1.4
49 h. Kemampuan bertahan Y 1.5
8 Tingkat partisipasi
Y 3 50 a. Perencanaan
Y 3.1 51 b. Pelaksanaan
Y 3.2 52 c. Evaluasi
Y 3.3 53 d. Pemanfaatan
Y 3.4 Ket :
• Jumlah peubah laten = 8 buah • Jumlah peubah teramati = 53 buah
Model konstruk dasar yang menggambarkan hubungan antar peubah laten yang akan dianalisis menggunakan SEM ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Kerangka Konsep Konstruksi Model Rekursif Peubah-peubah Penelitian
Dengan menggabungkan komponen model pengukuran dan model struktural akan diperoleh model yang lengkap yang dikenal dengan Full atau Hybrid
Model yang merupakan bentuk umum dari SEM. Notasi matematik dari Full atau Hybrid Model secara umum dapat dituliskan pada Tabel 14.
2 Identifikasi identification. Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di
dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada solusinya. 3 Estimasi estimation. Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model
untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Estimator yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu MLE Maximum Likelihood Estimator. Data input SEM dapat berupa matrik korelasi atau matrik kovarians. Dalam penelitian ini, karena data dari
peubah yang diteliti memiliki unit satuan dan atau skala yang berbeda-beda, maka data input digunakan matriks korelasi. Dengan input matrik korelasi,
maka bisa diketahui sejauhmana pola hubungan kausal antar peubah laten.
Y 2 Y 3
Y 1 X 1
X 2
X 3
X 4
X 5 Keterangan :
- Potensi Sumberdaya Individu Petani X1
- Ketepatan Proses Pemberdayaan X2
- Peran SDM Pemberdaya X3 - Keefektifan Kepemimpinan
Kelompok X4 - Dukungan Lingkungan X5
- Dinamika Kelompok Y1 - Tingkat Keberdayaan Y2
- Tingkat Partisipasi Y3
Selain itu bisa dieksplorasi jalur-jalur mana yang memiliki pengaruh kausalitas lebih dominan dibandingkan jalur lainnya.
Tabel 14. Notasi matematik model atau Hybrid Model SEM No
Notasi Keterangan
1 Model Struktural
= β + Гξ +
2 Model Pengukuran untuk Y
y = λ
y
+
3 Model Pengukuran untuk X
x = λ
x
ξ +
4 Asumsi-asumsi
1
dan
ξ
tidak berkorelasi 2
dan tidak berkorelasi
3 dan
ξ
tidak berkorelasi 4
, ,
dan tidak saling berkorelasi
5
I
dan
B
non singular 5 Peubah-peubah
eta peubah laten endogen
ξ
ksi peubah laten exsogen
zeta kesalahan laten persamaan
Y indikator teramati dari
X indikator teramati dari
ξ
epsilon kesalahan pengukuran y
delta kesalahan pengukuran x
6 Koefisien-koefisien
β
beta koefisien matrik peubah laten
endogen
Г
gamma Koefisien matrik peubah laten
eksogen
λ
y
lambda y Matrik koefisien yang
menghubungkan y ke
λ
x
lambda x Matirik koefisien yang
menghubungkan x ke
ξ
7 Matrik kovarian
Φ
phi Matrik kovarian dari
ξ Ψ
psi Matrik kovarian dari
Θ
ε
theta-epsilon Matrik kovarian
Θ
theta-delta Matrik kovarian
4 Uji kecocokan testing fit. Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara data dengan model, validitas dan relaibilitas model pengukuran, dan
signifikansi koefisien-koefisien dari model struktural. Mengacu pada Hair et.al. 1998 di dalam Wijanto 2008, ecaluasi terhadap tingkat kecocokan data
dengan model dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : a kecocokan keseluruhan model overall model fit; b kecocokan model pengukuran
measurement model fit; dan c kecocokan model struktural structural model fit.
a. Kecocokan keseluruhan model. Evaluasi terhadap derajat kecocokan keseluruhan model dalam penelitian ini digunakan beberapa ukuran GOF
Goodness of Fit, dengan mengacu pada Wijanto 2008 sebagaimana disarikan pada Tabel 15.
b. Kecocokan model pengukuran analisis model pengukuran. Evaluasi kecocokan model pengukuran dilakukan terhadap setiap konstruk atau
peubah penelitian, yaitu memeriksa hubungan antara sebuah peubah laten dengan beberapa peubah teramati atau indikator secara terpisah melalui
evaluasi validitas validity model pengukuran. dan evaluasi reliabilitas reliability dari model pengukuran. Pengukuran validitas dengan
mengamati bagaimana hubungan variabel teramati indikator terhadap konstruk atau variabel latennya dengan ukuran sebagai berikut : 1 nilai t
muatan faktornya loading factors lebih besar dari nilai kritis atau ≥1,96,
dan 2 muatan faktor standarnya standardized loading factors dengan nilai
≥0,50 very significant atau bisa digunakan ≥0,30 Igbaria et. al., diacu dalam Wijanto 2008.
c. Kecocokan model struktural analisis model struktural. Evaluasi terhadap model struktural mencakup pemeriksaan terhadap signifikansi koefisien-
koefisien yang diestimasi. Evaluasi model struktural dilakukan dengan memeriksa hubungan kausal diantara peubah-peubah laten dalam penelitian.
Evaluasi dilakukan dengan melihat nilai-t dan koefisien persamaan struktural serta koefisien determinasi R² yang diambil dari reduced form
equation. Ukuran nilai-t ≥1.96 untuk taraf nyata α=0,05.
5 Respesifikasi respecification. Tahap ini berkaitan dengan respsesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan tahap sebelumnya.
Tabel 15. Ukuran-ukuran GOF yang digunakan dalam Uji Kecocokan Keseluruhan Model Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan
No Ukuran GOF
Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Ukuran kecocokan absolut
1 Statistic Chi-Square
Mengikuti uji statistik yang berkaitan dengan persyarakat signifikan. Semakin kecil semakin baik.
2 Non-Centrality Parameter
NCP Dinyatakan dalam bentuk spesifiksi ulang dari Chi-square.
Penilaian didasarkan atas perbandingan dengan model lain. Semakin kecil semakin baik.
3 Goodness-of-Fit Index
GFI Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah
lebih baik. GFI ≥ 0.90 adalah good-fit, ≥
4 Root Mean Square Residuan
RMR Residual rata-rata antara matrik korelasi atau kovarian
teramati dan hasil estimasi. Standardized RMR ≤ 0.05 adalah
good fit. 5
Root Mean Square Error of Approximation RMSEA
Rata-rata perbedaan per degree of freedom yang diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam sampel.. Nilai
RMSEA ≤ 0,05 adalah close fit; 0.05 RMSEA≤0.08
menunjukkan good fit; 0.08RMSEA ≤0.10 menunjukkan
mediocre fit, sedangkan RMSEA0.10 menunjukkan poor fit. 6
Expected Cross-Validation Index ECVI
Digunakan untuk perbandingan antar model. Semakin kecil semakin baik. Pada model tunggal, nilai ECVI dari model
yang mendekati nilai saturated ECVI menunjukkan good fit. ECVI saturated model mewakili “best-fit” dan ECVI
independence model mewakili “worst fit”.
Ukuran kecocokan inkremental 7
Tucker-Lewis Index atau Non-Normed Fit Index TLI
atau NNFI Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah
lebih baik. NNFI ≥ 0.90 adalah good fit, sedangkan 0.80 ≤
NNFI 0.90 adalah marginal fit. 8
Normed Fit Index NFI Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah
lebih baik. NFI ≥ 0.90 adalah good fit, sedangkan 0.80 ≤ NFI
0.90 adalah marginal fit. 9
Adjusted Goodness of Fit Index AGFI
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. AGFI
≥ 0.90 adalah good fit, sedangkan 0.80 ≤ AGFI 0.90 adalah marginal fit.
10 Relative Fit Index RFI
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. RFI
≥ 0.90 adalah good fit, sedangkan 0.80 ≤ RFI 0.90 adalah marginal fit.
11 Incremental Fit Index IFI
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. IFI
≥ 0.90 adalah good fit, sedangkan 0.80 ≤ IFI 0.90 adalah marginal fit.
12 Comparative Fit Index
CFI Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah
lebih baik. CFI ≥ 0.90 adalah good fit, sedangkan 0.80 ≤ CFI
0.90 adalah marginal fit.
Tabel 15 lanjutan
No Ukuran GOF
Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Ukuran kecocokan parsimoni
13 Normed Chi-Square
Rasio antara Chi-square dibagi degree of freedom. Nilai yang disarankan : batas bawah : 1.0 dan batas atas : 2.0 atau 3.0
dan yang lebih longgar 5.0.
14 Akaike Information
Criterion AIC Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik;
digunakan untuk perbandingan antar model. Pada model tunggal, nilai AIC dari model yang mendekati nilai saturated
AIC menunjukkan good fit.
15 Consistent Akaike
Information Criterion CAIC
Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik; digunakan untuk perbandingan antar model. Pada model
tunggal, nilai CAIC dari model yang mendekati nilai saturated CAIC menunjukkan good fit.
Ukuran kecocokan lainnya 16
Critical “N” CN CN
≥ 200 menunjukkan ukuran sampel mencukupi untuk digunakan mengestimasi model. Kecocokan yang memuaskan
atau baik.
Untuk menyusun strategi pemberdayaan digunakan hasil analis model struktural yang menunjukkan besarnya koefisien hubungan kausal antar peubah laten. Strategi
pemberdayaan dirumuskan berdasarkan model pemberdayaan hasil analisis SEM dengan mengadopsi pendekatan sistem yaitu masukan inputs, proses process,
keluaran outputs dan dampak outcomes yang diadopsi dari Hikmat 2001, dan Sax Arikunto, 2004.
Pengukuran Peubah Penelitian
Pengukuran ialah pemberian angka pada obyek-obyek atau kejadian- kejadian menurut suatu aturan. Dalam pengukuran, definisi himpunan obyek yang
diukur, definisi himpunan angka yang merupakan dasar pemberian angka-angka tertentu pada obyek yang diukur, dan aturan-aturan pemberian angka itu haruslah
terikat erat pada realitas. Jadi prosedur pengukuran dan sistem angka itu isomorfis dengan realitas Kerlinger, 2004. Hasil pengukuran peubah-peubah penelitian
melalui indikator-indikator, parameter-parameternya, dan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner kemudian ditabulasikan untuk seluruh responden penelitian. Hasil
tabulasi yang dituangkan dalam lembaran data spread-sheet dengan kolom-kolom
merupakan butir-butir pertanyaan dan baris merupakan responden penelitian akan dilakukan pengujian dengan statistik.
Pengukuran yang dilakukan untuk peubah-peubah X1.8, X1.9, X2, X3, X4, X5, Y1, Y2 dan Y3 menggunakan ukuran ordinal dengan jenjang range yaitu 1, 2,
3, dan 4. Cara pengukuran yaitu dengan menghadapkan responden dengan “pernyataan” yang telah disusun dalam kuesioner dan responden diminta untuk
memberikan persepsi pada setiap pernyataan. Jenjang yang digunakan dalam penelitian ini sesuai peubah yang diamati yaitu :
a 1 tidak pernah; 2 kadang-kadang; 3 sering; dan 4 selalu. b 1 sangat rendah; 2 rendah; 3 sedang; dan 4 tinggi.
c 1 sangat tidak setuju; 2 tidak setuju; 3 setuju; dan 4 sangat setuju. Hasil pengukuran peubah-peubah penelitian melalui indikator-indikator dan
parameter-parameternya, dilakukan pengujian dengan statistik. Agar semua data dalam penelitian ini mempunyai kisaran nilai yang sama, yaitu nilai antara 0
sampai 100, maka dilakukan proses transformasi. Proses transformasi dilakukan sebagai-mana teknik yang digunakan Sumardjo 1999 yaitu nilai indeks terkecil 0
diberikan untuk jumlah skor terendah dan nilai indeks 100 diberikan pada saat jumlah skor tertinggi tiap indikator. Angka di belakang koma dibulatkan sesuai
dengan ketentuan pembulatan matematik yang berlaku dalam penggunaan komputer. Transformasi semacam ini digunakan untuk menghitung nilai keragaman
yang terjadi dalam setiap peubah penelitian, terutama peubah yang berskala ordinal. Setelah melalui proses transformasi skala yang semula ordinal diubah menjadi
skala interval atau rasio sehingga layak diuji dengan menggunakan statistik parametrik. Rumus umum transformasi yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut: 1 Transformasi Indeks Indikator
Jumlah skor yang dicapai per indikator - jumlah skor terkecil Indeks Transformasi
Indikator = x 100
Jumlah skor maksimum tiap indikator - jumlah skor terkecil Keterangan: selang nilai indeks Transformasi Indikator 0 - 100
2 Transformasi Indeks Variabel Peubah
Jumlah Indeks indikator tiap variabel Nilai Indeks =
x 100 Variabel
Jumlah total Indeks maksimum tiap variabel Keterangan: selang nilai indeks Variabel 0 - 100
Nilai indeks transformasi minimum nilai 0 dicapai apabila semua parameter setiap indikator yang diukur mempunyai nilai 1. Nilai indeks transformasi 100
dicapai apabila semua parameter setiap indikator mempunyai nilai 4. Dengan meng-gunakan pengukuran ini maka sebaran data yang merupakan nilai skala
interval berkisar antara nilai 0 sampai 100. Pengelompokan kategori menggunakan 3 tingkatan, yaitu ”Rendah = 0 – 66,9 ; Sedang = 67,0 – 82,9; Tinggi = 83,0 –
100”.
Definisi Operasional
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, mereka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi peubah, yang berarti sesuatu
yang mempunyai variasi nilai Effendi, 1989. Peubah juga diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Peubah bisa
dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti Suryabrata, 2003.
Penelitian pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui pendekatan kelompok menggunakan delapan peubah, dengan definisi operasional, indikator-
indikator, dan parameter-parameter sebagai berikut :
1. Potensi sumberdaya individu petani X1