mengalokasikan anggaran untuk kegiatan PHBM di wilayahnya dengan dana sebesar Rp. 60.000.000,-. Perkembangan usaha produktif yang telah dilakukan oleh
kelompok-kelompok LMDH meliputi bidang peternakan kambing Ettawa sebanyak empat kelompok, bidang industri gula semut, anyaman bambu, krupuk
singkong, batik tulis sebanyak sembilan kelompok, perkebunan carica, salak pondoh, cengkeh, kapulogo, kopi sebanyak lima kelompok, dan bidang pertanian
persemaian sebanyak enam kelompok Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2008.
Khusus KPH Gundih sendiri sampai tahun 2007 belum ada dukungan dana dari pihak Pemda yang terkait dengan pelaksanaan program PHBM. Perkem-
bangan usaha-usaha produktif yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok LMDH di lingkungan KPH Gundih yaitu dalam bidang peternakan kambing, sapi
ada empat kelompok, bidang pertanian tanaman jahe, jarak pagar, porang meliputi 18 kelompok, bidang industri pembuatan emping garut, pembuatan tikar meliputi
dua kelompok, bidang pengelolaan wisata Sendang Coyo, makam meliputi dua kelompok, dan bidang perdagangan bokashiEM4, pupuk kandang meliputi dua
kelompok Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2008.
Kondisi Potensi Sumberdaya Individu Petani
Sumberdaya individu petani yang diukur dalam penelitian ini meliputi luas lahan garapan, pengalaman bertani, umur, pendapatan keluarga petani, jumlah
tanggungan keluarga, pendidikan formal, pelatihan kehutanaan, motivasi berke- lompok dan keinovatifan dalam berusahatani Tabel 26.
1. Lahan garapan petani, tanaman pokok dan tanaman pertanian. Lahan
garapan bagi petani sekitar hutan masih merupakan tumpuan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Lahan yang dikelola oleh keluarga petani terdiri dari
tiga macam, yaitu pertama lahan hutan yang dikelola petani untuk tanaman pangan dan biasa disebut “andil” tumpangsari. Istilah andil juga digunakan
untuk lahan hutan produksi yang ditanami Pinus dan bisa disadap untuk diambil getahnya oleh petani penyadap dinamakan “andil sadapan” Pinus. Andil
tumpangsari merupakan lahan tanaman pokok tanaman kehutanan sampai
umur tiga tahun, dan di sela-sela tanaman kehutanan bisa dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan. Andil sadapan yaitu lahan tegakan Pinus yang sudah
bisa dimanfaatkan getahnya dengan cara disadap oleh petani secara rutin. Tabel 26. Kondisi potensi sumberdaya individu petani sampel X1 pada KPH
Pekalongan Timur A , KPH Kedu Selatan B dan KPH Gundih C
Kode Nama Indikator
Skor rataan Rataan
terbobot ¹ n=408
KPH A n=136
KPH B n=136
KPH C n=136
X 1.1 Luas lahan garapan total ha
1,53 1,25
0,92 1,25
a. Lahan andil tumpangsari sadapan
0,80 0,50 0,53 0,52 b. Lahan di bawah tegakan
0,21 0,36
0,10 0,33
c. Lahan sendiri sewa 0,52
0,40 0,28
0,40 X 1.2
Pengalaman berusaha tani th 18 a
21 a 23 b
21 a. Pengalaman berusahatani
pada lahan hutan th 9 a
9 a 13 b
9 X 1.3
Umur th 38 a
43 b 44 b
43 X 1.4
Pendapatan keluarga Rpbulan 1.095.071 1.052.555 1.137.868 1.061.077
a. Pendapatan dari hutan Rpbulan
807.166 c 245.103 a
709.215 b 313.515
b. Rasio pendapatan dari hutan terhadap pendapatan keluarga
74 c 23 a
62 b 29
X 1.5 Jumlah tanggungan keluarga
orang 4 - 5
3 -4 3 - 4
3 - 4 X 1.6
Pendidikan formal : SD SLTP
SLTA 84
15 1
73 17
10 81
13 7
79 15
6 X 1.7
Pendidikan non formal ² -jarang
-sedang -sering
96 4
75 16
9 95
4 1
88 8
3 X 1.8
Motivasi berkelompok ³ 70 a
76 b 72 a
75 sedang X 1.9
Keinovatifan ³ 51 a
69 b 47 a
66 rendah Keterangan :
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 T-test ¹ Bobot sampel : KPH A : KPH B :: KPH C = 1 : 13 : 1
² Keterangan = 1-3 kali jarang; 4-6 kali sedang; 7-10 kali sering ³ Kategori : Rendah = 0 – 66,9; Sedang = 67,0 – 82,9; Tinggi = 83,0 - 100
Kadang-kadang di bawah tegakan Pinus bisa dimanfaatkan dengan tanaman di bawah naungan, misalnya kopi, rumput pakan ternak, dan lain-lain. Lahan
petani jenis kedua yaitu “lahan di bawah tegakan”, yang di atasnya sudah ada tanaman hutan yang tidak produktif atau sangat jarang. Lahan ini juga bisa
dimanfaatkan petani untuk budidaya berbagai jenis tanaman pangan. Lahan petani jenis ketiga yaitu lahan di luar kawasan hutan, yang bisa berupa lahan
sendiri atau lahan sewa. Rata-rata luas lahan yang dikelola satu keluarga petani adalah 1,25 ha di mana
dua per tiganya berupa lahan hutan dan hanya sepertiganya lahan sendirisewa. Fakta lebih besarnya porsi lahan hutan yang dikelola oleh petani dibandingkan
lahan miliknya, menunjukkan pentingnya peran lahan hutan dalam menyum- bang pemenuhan kebutuhan petani. Dari tiga lokasi penelitian, terlihat bahwa
lahan yang dikelola petani di KPH Gundih paling sempit, yaitu setengah lebih sedikit dari lahan yang dikelola petani KPH Pekalongan Timur Tabel 26.
Tanaman pokok tanaman kehutanan yang tumbuh pada lahan andil para petani di daerah penelitian yaitu KPH Pekalongan Timur adalah tanaman pinus, KPH
Kedu Selatan dari yang paling dominan yaitu pinus, akasia mangium, jati dan mahoni, sedangkan untuk KPH Gundih kebanyakan jati dan sebagian kecil
mahoni. Tanaman pokok pada lokasi penelitian meliputi hampir sebagian tanaman pinus, lebih dari sepertiga tanaman jati dan sisanya akasia mangium
dan mahoni Tabel 27. Tabel 27. Sebaran tanaman pokok pada lahan andil yang dikelola petani sampel
Jenis Tanaman Pokok Lokasi Penelitian KPH
Total orang
Persen Pekalongan
Timur Kedu
Selatan Gundi
h Pinus 136 64
200 49
Jati 0 26
119 145
36 Mahoni
0 6 17
23 6
Akasia mangium
40 40 10
Total 136 136
136 408
100
Jenis-jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan oleh petani hutan pada lahan andil cukup beragam dan terlihat adanya asosiasi antara jenis tanaman dengan
lokasi penelitian Tabel 28. Kondisi lapangan KPH Pekalongan Timur berupa pegunungan dengan tanaman pokok pinus, petani membudidayakan kopi dan
teh, rumput gajah dan ketela karet untuk pakan ternak, serta pisang dan pepaya di tepi andil dan sungai. Sebagian besar responden di KPH Pekalongan Timur
adalah petani sadap penyadap, dengan andil berupa petak tanaman Pinus yang dimanfaatkan getahnya. Tanaman lain yang tumbuh di tepi-tepi sungai atau
jurang dan dimanfaatkan petani misalnya jengkol, pucung, aren, dan lain-lain. Lokasi Purworejo dengan tanaman pokok pinus di pegunungan, dan BKPH
Gombong Selatan dengan tanaman pokok akasia dan jati. Para petani di KPH Purworejo menanam ketelaubi, jagung, dan kapulogo. Petani LMDH Rimba
Lestari pada wilayah KPH Purworejo juga menanam nilam untuk disuling minyaknya, serta rumput gajah untuk pakan ternak. Di wilayah BKPH
Gombong Selatan, para petani menanam jagung, ketelaubi, padi dan kacang tanah. Kondisi di KPH Gundih agak berbeda, di mana tanaman pokok yang
dominan adalah jati. Petani sebagian besar menanam jagung pada lahan tumpang sari, dan sebagian kecil menanam ketelaubi. Petani juga menanam
pisang yang tumbuh baik pada tepi-tepi sungai kecil. Tabel 28. Hasil tabulasi jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan
petani hutan pada lahan andil
Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan pada lahan andil
KPH orang Total
orang Persen
Pekalongan Timur
Kedu Selatan
Gundih jagung
0 38 135
173 42
ketelaubi 2 66
16 84
21 padi
34 1
35 9
pisangpepaya 52 19
69 140
34 kapulogolengkuas
1 38 39
10 jahe,cabe,kacang
tanah,kemukuslada hitam 25
25 6
kopi,teh,nilam 89 19
108 26
rumput gajah,ketela karet 72 11
9 92 23
jengkol, pucung, petai, salam, durian, cengkeh, aren, melinjo,
sedayu 39 4
43 11
Total 136 136
136 408
100
2. Pengalaman berusaha tani. Pengalaman berusaha tani responden dibagi