Kerangka Pemikiran Penelitian Dampak perubahan sistem pemerintahan desa terhadap pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di pedesaan Maluku

pedesaan Maluku pada rezim adat rezim sentralisasi dan rezim otonomi daerah 5 Apakah ada perbedaan kinerja pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan pada desa sasi laut dan desa non sasi laut pada rezim sentralisasi dan rezim otonomi daerah

1.4 Kerangka Pemikiran Penelitian

Maluku merupakan provinsi kepulauan yang terdiri dari sekitar 559 pulau, dimana dari jumlah pulau tersebut ada beberapa pulau yang tergolong besar sisanya adalah pulau-pulau sedang dan pulau-pulau kecil Bappeda Maluku, 2004. Sebagai daerah kepulauan maka luas wilayah Maluku sebagian besarnya terdiri dari laut. Dengan luas laut yang besar tersebut maka perairan Maluku memiliki potesi sumberdaya perikanan yang besar Adapun potensi perikanan laut Maluku dapat disebutkan sebagai berikut: ikan pelagis kecil 682 000 tontahun, tongkol 27 900 tontahun, tuna 50 165 tontahun, ikan dasar 97 200 tontahun, ikan karang, udang 18 000 tontahun, rumput laut standing coop adalah 720 tonkm 2 dengan potensi produksi 25 800 ton, cumi-cumi 100 000-125 000 tontahun, lobster 786 tontahun, tenggiri 30 348 tontahun, juga terdapat 969 jenis kerang-kerangan dan yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah 13 jenis siput dan 21 jenis kerang. Walaupun potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar, namun produksi perikanan di Maluku masih relatif kecil. Pada tahun 2002, tercatat produksi dan tingkat pemanfaatan potensi adalah sebagai berikut: cakalang 9 443.4 ton +11 , tuna 7 728.6 ton +15 dan udang 5 856.4 ton +32.5 . Perairan Maluku juga memiliki potensi area untuk pengembangan budidaya laut dengan perkiraan sebagai berikut: mutiara 924 ha., lola 1 000 ha., teripang 3 100 ha., rumput laut 2 500 ha., dan ikan 2 950 ha. Potensi inipun belum banyak yang dimanfaatkan Bappeda Maluku, 2004. Berdasarkan karakteristik wilayah Maluku sebagai daerah kepulauan yang di dominasi oleh laut maka masyarakat Maluku memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam baik laut maupun darat. yang dikenal sebagai sasi. Pelaksanaan sasi oleh masyarakat diawasi oleh Kewang dan Raja sebagai lembaga-lembaga adat yang terdapat dalam sistem pemerintahan negeri. Dengan potensi sumberdaya perikanan yang besar dan memiliki kearifan tradisonal dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan tersebut namun sampai saat ini pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di Maluku belum dilaksanakan secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap hal tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, antara lain: kondisi biofisik sumberdaya perikanan, teknologi alat tangkap, pasar, pemegang kepentingan, kelembagaan dan organisasi pengelolaan perikanan. Sedangkan faktor eksternal, antara lain: migrasi serta mobilitas penduduk, perubahan komposisi usia penduduk, perkembangan perdagangan, pergantian sistem pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan desa lokal ikut juga berubah Nikijuluw, 2002. Salah satu faktor eksternal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perubahan sistem pemerintahan desa. Menurut Kissya 2000, Novaczek et al. 2001 dan Nikijuluw 2002 bahwa perubahan struktur pemerintahan desa menyebabkan melemahnya pelaksanaan sasi di pedesaan Maluku. Hal ini berarti bahwa perubahan sistem pemerintahan desa yang berlaku akan memberi dampak terhadap pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di pedesaan Maluku. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan sebagai berikut Gambar 1.

1.5 Tujuan Penelitian