Karakteristik Pemilik Warung Tenda Waktu Penjualan

5.2 Warung Tenda Pecel Lele

Jalan Pajajaran adalah salah satu jalan utama di Kota Bogor yang banyak dijadikan untuk membuka usaha warung tenda. Warung tenda yang banyak berdiri di jalan ini menjual berbagai macam produk makanan mulai dari warung yang menjual masakan Sunda, soto Bogor, nasi goreng, warung kopi, pecel lele dan lain-lain. Warung tenda pecel lele membuka usaha menjelang sore hingga malam hari, persiapan dimulai dengan pendirian tenda yang dilakukan secara bersama- sama oleh para pekerja. Lokasi yang banyak digunakan sebagai tempat beroperasinya warung tenda adalah sebuah pelataran di depan perumahan atau perkantoran. Peralatan untuk mendirikan tenda biasanya dibawa dari rumah menggunakan gerobak atau ada yang menitipkannya di dekat lokasi. Warung tenda yang didirikan menggunakan atap terpal yang terbuat dari plastik anti bocor sehingga bila saat hujan tidak membasahi pembeli. Sisi-sisi dari warung tenda ditutupi oleh kain spanduk yang salah satu sisinya bertuliskan dan bergambarkan produk yang dihidangkan yaitu pada bagian depan yang terlihat dari jalan. Sebagian besar warung tenda mendapatkan listrik dengan cara membayar biaya listrik per hari yang dihitung berdasarkan jumlah daya yang dipakai, sedangkan air yang digunakan berasal dari sumber air terdekat seperti mata air dan sumur. Beberapa warung tenda mendapatkan sumber air bersih dari PAM yang dibawa dari rumah atau membayar iuran secara kolektif dengan jumlah tertentu per harinya.

5.3 Karakteristik Pemilik Warung Tenda

Pemilik warung tenda khususnya pecel lele yang menjadi responden sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya dari daerah Lamongan, Jawa Timur dan ada juga yang berasal dari Tuban. Karakteristik pemilik warung tenda dapat dilihat dari segi jenis kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan, jumlah pekerja, dan tahun berdirinya usaha tersebut. Menurut informasi dari beberapa responden sebagian besar mereka merantau ke luar daerah sejak usia remaja. Pekerjaan yang pernah dilakukan pada umumnya adalah menjadi pedagang dan buruh pabrik. Mereka yang dahulunya pernah bekerja sebagai buruh pabrik bekerja pada pabrik sepatu, pakaian dan lain-lain. Sebelum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 ada beberapa pemilik warung tenda pecel lele yang bekerja sebagai buruh pabrik seperti pabrik sepatu dan pabrik garment. Ketika terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan terjadinya PHK secara besar-besar dan membuat mereka kehilangan pekerjaan dan untuk terus dapat membiayai kehidupannya maka mereka beralih membuka usaha warung tenda. Usaha warung tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan dalam berusaha karena rata-rata pemilik ini berasal dari Jawa timur terutama daerah Lamongan yang terkenal dengan hidangan pecel lele. Jumlah responden yang diambil adalah 6 orang dengan karakteristik yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Pemilik Usaha Warung Tenda Pecel Lele, Tahun 2006 No Karakteristik Jumlah responden Persentase 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 6 100 2. Usia a. 26-35 tahun b. 36-45 tahun 4 2 66,7 33,3 3. Status Pekerjaan a. Pekerjaan Utama b. Sambilan 6 100 4. Pendidikan b. SLTP c. SMA 2 4 33,3 66,7 5. Jumlah Pegawai a. 5-7 orang b. 8-10 orang 3 3 50 50 6. Tahun Berdiri a. 1990-1994 b. 1995-1999 3 3 50 50 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2006

5.4 Waktu Penjualan

Warung tenda khususnya pecel lele melakukan kegiatan operasionalnya mulai dari sore hingga malam hari seperti warung tenda pada umumnya dan berjualan mulai dari hari senin sampai hari minggu. Waktu efektif dimulai dari pukul tiga sore sampai pukul dua belas malam, bahkan dapat beroperasi sampai pukul tiga pagi misalnya pada malam libur atau malam minggu dikarenakan beberapa keadaan yang mendukung seperti pembeli yang ramai.

5.5 Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku