6.2 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Internal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal usaha warung tenda pecel lele maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi kekuatan dan kelemahan
dari usaha ini adalah : Kekuatan :
• Lokasi usaha yang strategis • Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan
• Harga yang bersaing • Cita rasa makanan yang sesuai dengan selera pembeli
• Jam operasional usaha yang panjang • Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku
• Banyak variasi makanan yang dijual
Kelemahan : • Sumberdaya keuangan yang masih terbatas
• Promosi yang kurang maksimal • Keterampilan pekerja yang belum sama
• Harga bahan baku yang fluktuatif • Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana
• Belum adanya program pembinaan dari pemerintah • Terbatasnya akses pada lembaga keuangan
6.3 Analisis Lingkungan Eksternal
6.3.1 Lingkungan Makro
Lingkungan makro terdiri dari faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan usaha warung tenda pecel lele. Faktor-faktor yang termasuk ke
dalam lingkungan makro usaha warung tenda pecel lele adalah ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial dan budaya.
6.3.1.1 Ekonomi
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan banyak angkatan kerja yang menganggur, sehingga kemudian
banyak orang yang beralih kepada sektor ekonomi mikro yaitu usaha kecil. Usaha kecil yang banyak diminati adalah bisnis makanan siap santap, bisnis ini banyak
diminati karena untuk masuk ke dalamnya tidaklah dibutuhkan suatu persyaratan yang sulit.
Usaha warung tenda pecel lele termasuk usaha yang berkembang cukup baik. Usaha ini juga mempunyai peranan dalam membantu pemerintah
mengurangi pengangguran dengan cara menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Kelebihan lain yang dimiliki usaha ini adalah penggunaan
sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku usaha. Selain itu peranan tersebut, usaha warung tenda pecel lele juga mempunyai peranan penting
bagi pendistribusian produk-produk yang dihasilkan oleh industri-industri besar yaitu industri minuman ringan.
6.3.1.2 Alam
Faktor alam memiliki pengaruh yang besar khususnya bagi usaha kecil terutama usaha makanan. Bisnis warung tenda pecel lele banyak sekali
menggunakan bahan baku yang berasal dari alam seperti ikan lele dan bahan baku untuk hidangan laut yang beberapa diantaranya bersifat musiman. Maka adanya
kerjasama yang baik dengan pemasok akan mengantisipasi dalam mengatasi kebutuhan bahan baku.
Fluktuasi harga bahan baku sangat mempengaruhi usaha warung tenda pecel lele sehingga campur tangan pemerintah diharapkan mampu memberikan
jalan keluar agar usaha kecil dapat terus bertahan dan berkembang.
6.3.1.3 Teknologi
Peranan teknologi dalam usaha warung tenda pecel lele masih sangat sederhana terutama pada kegiatan operasional usaha. Peralatan yang digunakan
masih terbatas pada penggunaan kompor minyak tanah untuk mengolah bahan baku. Usaha warung tenda pecel lele termasuk ke dalam jenis usaha yang bersifat
padat karya dimana peranan para pekerja lebih dominan daripada penggunaan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan memasak.
Salah satu peranan teknologi yang cukup membantu adalah penggunaan telepon genggam. Alat ini berfungsi sebgai penghubung antara pemilik warung
tenda dengan konsumen yang ingin atau akan melakukan pemesanan makan untuk dalam jumlah besar untuk kegiatan tertentu.
6.3.1.4 Politik dan Hukum
Bantuan pemerintah sangat dibutuhkan di dalam pembinaan dan fasilitas- fasilitas bagi usaha kecil yang termasuk di dalamnya adalah warung tenda pecel
lele. Penerapan program pembinaan usaha kecil diharapkan mampu membuat usaha kecil mampu berkembang dan mandiri dalam pencapaian pasar, sehingga
dengan berkembangnya usaha kecil akan banyak menyerap tenaga kerja. Namun sampai saat ini usaha warung tenda pecel lele belum mendapat program binaan
dari pemerintah baik untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun manajerial. Walaupun usaha kecil mempunyai peranan penting dalam kemajuan
perekonomian nasional, usaha kecil masih belum mendapat perhatian besar dari pemerintah dalam perkembangannya. Banyak kendala yang dihadapi oleh usaha
kecil terutama dalam mendapatkan bahan baku serta fluktuasi harga bahan baku yang tinggi. Kecenderungan kenaikan harga BBM juga menjadi kelemahan bagi
usaha warung tenda pecel lele dalam mengembangkan usahanya. Adanya campur tangan dari pemerintah dalam mengatasinya akan menjadi sangat penting untuk
membuat usaha kecil dapat bersaing dengan usaha lainnya.
6.3.1.5 Sosial dan Budaya
Tingginya tingkat kesibukan yang terjadi pada penduduk di kota-kota besar menyebabkan berkurangnya waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan rumah tangga seperti menyediakan makanan bagi keluarga. Hal ini banyak dialami oleh ibu-ibu yang bekerja diluar rumah. Keadaan inilah yang
menjadi suatu peluang bagi usaha warung tenda pecel lele sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan makan. Warung
tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan bagi orang-orang yang bekerja, harga makanan yang dijual pun relatif terjangkau oleh semua golongan.
Adanya kebiasaan baru yang terjadi pada masyarakat kita untuk makan diluar rumah terutama pada akhir pekan menjadi satu peluang besar bagi usaha
warung tenda untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan makan diluar rumah perlahan-lahan menjadi suatu gaya hidup bagi masyarakat yang tinggal di kota-
kota besar, maka dengan melihat peluang-peluang yang ada pemilik warung tenda pecel lele harus melakukan pembenahan terhadap usaha yang dimiliki baik secara
internal maupun eksternal agar tidak tertinggal dalam mengambil peluang yang ada.
6.3.2 Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang langsung berkaitan dengan usaha dan mempengaruhi kemampuannya untuk
melayani pasar seperti pemasok, pesaing dan pelanggan.
6.3.2.1 Pemasok
Keseimbangan kekuatan antara para pemasok dan suatu unit usaha tergantung pada faktor-faktor yang sama yang menentukan keseimbangan
kekuatan antara unit usaha dengan pembeli. Pemasok mempunyai kekuatan untuk berkembang apabila memasok barang yang tidak ada alternatif lain, karena itu
kualitas mutu barang harus diperhatikan agar pemasok lain sulit untuk masuk dan menjadi pesaing.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, pemilik warung tenda pecel lele melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok untuk menjaga kelangsungan
pasokan bahan baku terutama hasil laut yang bersifat musiman. Adanya hubungan yang baik dengan pemasok membantu pemilik dalam menjaga kualitas bahan
baku sehingga dapat meringankan pemilik dalam menyeleksi bahan baku yang baik.
Sistem pembayaran yang dilakukan dalam pembelian bahan baku dilakukan secara tunai. Harga bahan baku ditetapkan dari hasil negosiasi antara
pemilik dengan pemasok tetap dan sejauh ini kebutuhan bahan baku selalu terpenuhi sesuai dengan pesanan. Jika pemilik mengalami kekurangan uang dalam
proses pembayaran, biasanya pemasok memberikan tengat waktu untuk melunasi pembayarannya dan dilakukan dengan kesepakatan yang dibuat bersama.
6.3.2.2 Pelanggan
Pengetahuan mengenai
pelanggan dapat berperan besar dalam
merumuskan strategi dan taktik dalam mengembangkan usaha warung tenda pecel lele bagi pemilik. Dengan persaingan yang semakin ketat dalam bisnis makanan,
akan sangat menguntungkan bagi konsumen karena semakin banyaknya pilihan produk yang ditawarkan. Produk-produk semakin bervariasi baik dari jenis
makanan, kualitas, harga maupun pelayanan.
Konsumen warung tenda pecel lele pada umumnya memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kualitas makanan rasa, bentuk, ukuran. Pembeli
menginginkan makanan yang berkualitas baik, biasanya pembeli baru mau mencoba setelah melihat temannya mencoba lebih dahulu.
Untuk mengetahui konsumen lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengamati profil konsumen dari tiga variabel yaitu demografis, perilaku
pembelian dan geografis. Maka diharapkan dari ketiga faktor tersebut dapat tercermin profil konsumen yang dihadapi oleh pemilik usaha warung tenda pecel
lele. Variabel demografis dari konsumen warung tenda pecel lele termasuk ke
dalam semua golongan. Sedangkan variabel perilaku pembelian, konsumen cenderung untuk memenuhi kebutuhan makan dan melepas kepenatan dari
rutinitas sehari-hari. Dari variabel geografis, makanan yang ditawarkan oleh warung tenda pecel lele dapat diterima oleh sebagian besar lapisan masyarakat.
6.3.2.3 Pesaing
Usaha warung tenda pecel lele termasuk ke dalam usaha yang menghadapi tingkat persaingan yang tinggi. Usaha ini dapat dengan mudah dimasuki oleh
pemain-pemain baru karena persyaratan yang tidak terlalu berat. Persaingan yang dihadapi oleh warung tenda pecel lele terbagi ke dalam dua kelompok :
a. Persaingan dengan sesama usaha makanan
Persaingan ini terjadi antara warung tenda yang menjual makanan yang hampir sama dan persaingan dengan restoran-restoran besar seperti restoran
Padang dan restoran siap saji atau fastfood. Keberadaan restoran-restoran besar menjadi satu hambatan besar bagi usaha warung tenda untuk terus bertahan
mengingat kuatnya permodalan yang dimiliki oleh restoran tersebut untuk mengembangkan usahanya. Perhatian pemerintah untuk membantu memperkuat
posisi usaha warung tenda sangat diperlukan dalam membantu pemilik untuk mempertahankan usahanya.
b. Ancaman produk pengganti
Persaingan tidak hanya terjadi dengan restoran-restoran yang sudah ada, tetapi juga dengan produk-produk olahan siap saji seperti chicken nugget, fish
nugget, sosis, meat ball dan sebagainya. Produk yang ditawarkan dalam bentuk
beku siap goreng akan mempermudah konsumen dalam menyiapkannya dirumah tanpa harus pergi mencari makanan diluar.
6.4 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal yang dipandang strategis dalam usaha warung tenda pecel lele, maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi
menjadi peluang dan ancaman usaha ini adalah : Peluang :
• Jumlah penduduk yang tinggi • Pola konsumsi yang berubah
• Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi • Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan
• Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah • Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar
• Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat
Ancaman : • Menjamurnya usaha makanan
• Bunga pinjaman bank yang tinggi • Kecenderungan harga bahan bakar yang meningkat
• Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman • Persaingan dengan usaha sejenis
• Persaingan dengan restoran besar • Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil
6.5 Analisis Matriks IFE dan EFE
Analisis matriks IFE dan EFE pada usaha warung tenda pecel lele dibuat berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang
berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Identifikasi faktor-faktor strategis internal diperoleh melalui wawancara dengan para pemilik warung tenda
dan pekerjanya. Sedangkan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal didapat dari data instansi terkait seperti BPS dan artikel-artikel dan situs internet. Setelah
faktor-faktor strategis tersebut diidentifikasi selanjutnya dilakukan pembobotan
dan peratingan terhadap faktor-faktor strategis tersebut. Pembobotan dilakukan dengan metode paired comparison yaitu pembobotan dengan cara
membandingkan setiap faktor strategis untuk mengetahui tingkat kepentingan dari faktor-faktor strategis tersebut bagi usaha. Sedangkan peratingan didasarkan pada
tinggi rendahnya respon usaha terhadap faktor-faktor strategis tersebut. Pemberian bobot dan rating dilakukan oleh enam responden yaitu pemilik warung tenda pecel
lele yang kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapatkan bobot dan ratingnya dengan total bobot sama dengan satu.
6.5.1 Analisis Matriks IFE
Hasil identifikasi faktor-faktor internal usaha warung tenda pecel lele dan pemberian serta rating diperoleh hasil analisis yang terdapat pada Tabel 10.
berikut ini :
Tabel 10. Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Faktor Strategis Internal Bobot
Rating Total
KEKUATAN
1. Lokasi usaha yang strategis 0.076
3.8 0.258
2. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan 0.067
3 0.230
3. Harga yang bersaing 0.063
3.3 0.212
4. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli 0.067
3.3 0.226
5. Jam operasional usaha yang panjang 0.069
3.5 0.243
6. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku 0.063
3.1 0.199
7. Banyak variasi makanan yang dijual 0.075
3.3 0.251
KELEMAHAN
1. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas 0.063
1.8 0.117
2. Promosi yang kurang maksimal 0.076
1.8 0.139
3. Keterampilan pekerja belum sama 0.077
1.6 0.129
4. Harga bahan baku yang fluktuatif 0.062
1.1 0.072
5. Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana 0.090
1.8 0.166
6. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah 0.082
1.8 0.150
7. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan 0.062
1.6 0.104
Total 1
2.503
Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama usaha adalah lokasi usaha yang strategis dengan bobot sebesar 0.076 dan rating
3.8 sehingga diperoleh skor 0.258. Adapun faktor lain yang menjadi kekuatan dalam usaha ini adalah banyaknya variasi makanan yang dijual skor 0.251, jam
operasional usaha yang panjang skor 0.243, pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan skor 0.230, cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli
skor 0.226, harga yang bersaing skor 0.212 dan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku skor 0.199
Kelemahan utama dalam usaha ini adalah teknologi dalam kegiatan produksi yang masih sederhana dengan bobot sebesar 0.090 dan rating 1.8
sehingga diperoleh skor sebesar 0.166. Faktor-faktor lain yang menjadi kelemahan antara lain belum adanya program pembinaan dari pemerintah skor 0.150,
promosi yang kurang maksimal skor 0.139, keterampilan pekerja yang belum sama skor 0.129, sumberdaya keuangan yang masih terbatas skor 0.117,
terbatasnya akses pada lembanga keuangan skor 0.104 dan harga bahan baku yang fluktuatif 0.072. Dari hasil analisis faktor-faktor internal didapat skor
sebesar 2.503. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele memiliki kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi
kelemahan internal usaha.
6.5.2 Analisis Matriks EFE
Hasil identifikasi faktor-faktor eksternal usaha warung tenda pecel lele dan pemberian bobot serta rating diperoleh hasil analisis yang terdapat pada Tabel 11.
berikut ini :
Tabel 11. Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rating Total
PELUANG
1. Jumlah penduduk yang tinggi 0.064
1.8 0.161
2. Pola konsumsi yang berubah 0.066
2.6 0.178
3. Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi 0.063
2.8 0.180
4. Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan 0.076 3 0.199
5. Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah 0.066
1.6 0.126
6. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar 0.080
1.8 0.147
7. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat 0.088
3.5 0.225
ANCAMAN
1. Menjamurnya usaha makanan 0.070
3.6 0.256
2. Bunga pinjaman bank yang tinggi 0.066
2.5 0.166
3. Harga bahan bakar yang tinggi 0.060
3.6 0.220
4. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman 0.082
2.1 0.179
5. Persaingan dengan usaha sejenis 0.065
4 0.262
6. Persaingan dengan restoran besar 0.067
3.1 0.213
7. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil 0.081
2 0.162
Total 1 2.680
Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi peluang utama pada usaha ini yaitu peluang dalam penerimaan produk oleh semua lapisan
masyarakat dengan bobot 0.088 dan rating 3.5 sehingga diperoleh skor sebesar 0.225. Selain itu faktor lain yang menjadi peluang bagi usaha warung tenda pecel
lele adalah berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan skor 0.199, tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi skor 0.180,
pola konsumsi yang berubah skor 0.178, jumlah penduduk yang tinggi skor 0.161, sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar skor 0.147
dan banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah skor 0.126. Ancaman utama dalam usaha ini adalah persaingan dengan usaha sejenis
dengan bobot 0.065 dan rating 4 sehingga diperoleh skor 0.262. Faktor lain yang merupakan ancaman bagi usaha warung tenda pecel lele antara lain menjamurnya
usaha makanan skor 0.256, harga bahan bakar yang tinggi skor 0.220, persaingan dengan restoran besar skor 0.213, ketersediaan bahan baku yang
bersifat musiman skor 0.179, bunga pinjaman bank yang tinggi skor 0.166 dan kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil skor 0.162.
6.6 Matriks Internal Eksternal
Strategi suatu usaha akan lebih efektif apabila strategi yang diterapkan sesuai dengan posisi dan kondisi usaha. Posisi usaha diketahui dari hasil analisis
kuantitatif faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dikombinasikan. Hasil analisis yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE adalah menyusun sebuah
matriks yang dinamakan matriks IE Internal-Eksternal yang menggambarkan posisi persaingan suatu usaha saat ini, sehingga dapat mempermudah usaha
tersebut dalam melakukan pemilihan strategi. Penentuan posisi strategi bersaing pada matriks IE didasarkan pada hasil
total skor pada matriks IFE dan EFE. Total skor IFE yang diperoleh sebesar 2.503 dan skor EFE sebesar 2.680. Masing-masing total skor pada matriks IFE dan EFE
dipetakan dalam matriks IE, sehingga menempatkan usaha warung tenda pecel lele pada posisi sel V dengan koordinat 2.503 ; 2.680. Posisi ini menunjukkan
posisi internal usaha warung tenda pecel lele yang lebih lemah dari posisi eksternalnya yang cukup kuat. Pada sel ini usaha warung tenda pecel lele berada
dalam tahapposisi pertahankan dan pelihara hold and maintain. Adapun posisi persaingan usaha warung tenda pecel lele berdasarkan matriks IE dapat dilihat
pada Gambar 4.
Total Skor EFE
4,0 Kuat
3,0 Rata-rata
2,0 Lemah
1,0 Total Skor
IFE Tinggi
3,0 I II
III
Menengah 2,0
IV V
VI
Rendah 1,0
VII VIII IX
Gambar 4. Matriks Internal Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Strategi yang paling baik diterapkan usaha warung tenda pecel lele pada posisis sel V ini adalah strategi intensif dan strategi integratif. Strategi intensif
meliputi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk sedangkan strategi integratif meliputi strategi integrasi ke depan, integrasi ke
belakang dan integrasi horizontal. Strategi
penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pangsa
pasar untuk produk dengan memperluas wilayah pemasaran yang sudah ada dengan pemasaran yang lebih intensif, maksimal atau lebih gencar dengan tetap
mempertahankan pasar yang sudah ada.
6.7 Analisis Matriks SWOT