7 9. Alkaloid
Alkaloid terdapat 7 macam alkaloid pada tanaman gambir yaitu dihidrogambir tanninna, gambirdina, gambirina, isogambirina, auroparina,
oksogambir- tanina. Tannin yang terdapat dalam gambir merupakan tannin yang tidak dapat dihidrolisa tannin kondensasi. Tannin ini merupakan
turunan dari flavanal yang tidak dapat dihidrolisa dengan asam ataupun basa.
3. Kegunaan gambir
Kegunaan gambir dalam bidang industri farmasi adalah sebagai bahan baku untuk berbagai macam obat seperti obat diare, penyakit lever, sariawan,
sakit perut, kerongkongan dan sebagainya. Gambir juga banyak dipakai orang sebagai obat tradisional baik pengguna tunggal maupun dalam bentuk
campuran. Pada industri pembuatan batik, gambir digunakan sebagai bahan pencelup dan pewarna. Pada pembuatan cat, gambir digunakan sebagai
pewarna Amos et. al., 2004. Sebagai obat-obatan, importir gambir di Jerman Barat mensyaratkan
kandungan catechin di dalam gambir sebesar 40 - 60. Sebagai bahan penyamak kulit yang dibutuhkan adalah asam catechu tannat dan catechin
dengan kadar tanin minimal 40 Maulida, 1985. Menurut Hambali et. al. 2000 gambir untuk makan sirih berbeda
dengan gambir yang digunakan untuk menyamak dan zat warna. Gambir untuk sirih biasanya juga digunakan sebagai obat. Rendemen gambir untuk
sirih sekitar 8, sedangkan rendemen gambir untuk zat samak dan zat warna sekitar 16.
Menurut Martindale 1982, catechin adalah bahan penyegar yang digunakan sebagai salah satu bahan kapur aromatik dengan campuran opium
untuk penanganan diare. Selain itu juga dilarutkan dalam alkohol sebagai obat kumur.
Di India, gambir sudah sejak lama digunakan sebagai lotion dan astringet
. Penggunaan gambir di India sebagai obat pertama kali diperkenalkan melalui dokter Eropa yang ada di India. Di Malaysia, gambir
8 biasanya digunakan untuk obat luka bakar. Di Kalimantan digunakan sebagai
obat luar untuk sakit kepala. Di Johor, rebusan daun muda dan tunasnya digunakan untuk obat diare dan disentri serta obat sakit tenggorokan.
Beberapa contoh kegunaan gambir sebagai obat antara lain obat sariawan, obat sakit kulit dan obat diare.
4. Pengolahan gambir
Industri pengolahan gambir di Indonesia pada umunya dilaksanakan dengan sistem kekeluargaan yaitu dengan cara bersama-sama melibatkan
petani sebagai pemilik dan penggarap lahan serta pengolahpengrajin sebagai pengolah hasil. Pengolahan gambir di Indonesia banyak dilakukan secara
sederhana dengan peralatan tradisional dan hanya sebagian pengolahan gambir yang sudah menggunakan peralatan yang lebih baik dari pada peralatan
tradisional Amos et. al., 2004. Proses pengolahan gambir yang dimulai dari penyiapan bahan baku,
perebusan, pengempaan, pengendapan, pencetakan sampai pengeringan masih banyak menggunakan peralatan bukan mesin. Pengolahan gambir yang ada di
masyarakat secara umum masih menggunakan sistem pengolahan tradisional. Peralatan utama yang digunakan adalah kayu pegempaan tempat
pengepresan daun, pasak sebanyak 8 buah, pemukul, tali, jaring, kuali perebusan dan kulit kayu tempat perebusan daun. Dalam satu kali proses,
gambir dikempa sebanyak dua kali. Proses pengolahan gambir dengan menggunakan peralatan tradisional masih terdapat beberapa kendala yang
harus segera ditangani sehingga proses produksi dapat berlangsung dengan baik dan produk yang dihasilkan mempunyai mutu dan jumlah yang maksimal
Amos et. al., 2004. Cara pengolahan gambir dapat dilihat pada diagram pengolahan di
bawah ini :
9
Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan gambir Nazir, 2000
Dicetak Disaring
Diendapkan Dikempa
Air buangan Air getah
Diikat dalam keranjang
Direbus
Disiram air rebusan
Daun dan ranting muda
Diikat padat
Dikempa
Dikeringkan Diikat
Direbus Ampas
Gambir kering
10
B. PASTA GIGI GAMBIR
Pada mulut manusia, bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada permukaan pelikel dan melekat sehingga terbentuk plak. Pencegahan
akumulasi plak diperlukan guna menghindari sakit gigi sekaligus menjaga kesehatan mulut. Bakteri ditemukan pertama-tama 4-6 jam setelah permukaan
gigi dibersihkan. Sebagian terdiri dari gram positif anaerob kokus dan setelah 6-10 hari mulai tampak gram negatif anaerob. Bakteri kokus ditemukan
berjumlah banyak, salah satunya adalah Streptococcus mutans Kidd Bechal, 1992. Jumlah Streptococcus mutans yang terlalu banyak di dalam
mulut akan menimbulkan plak pada gigi. Pencegahan akumulasi plak dilakukan dengan memperhatikan jenis
makanan yang dikonsumsi dan menggosok gigi secara teratur dengan pasta gigi yang mengandung antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dalam mulut. Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri Pelezar Chan, 1988.
Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi
maupun membran mukosa mulut Dewan Standirisasi Nasional, 1995. Menurut Michael Ash 1977, pasta gigi berisi antibakteri, penggosok,
pelembab, pemanis, pengikat dan perasa. Selain itu juga terdapat juga bahan- bahan tambahan yaitu deterjen, pengawet, penyedap dan pewarna.
Depkes RI 1989 menyatakan bahwa suatu bahan baru dapat dikatakan memiliki aktivitas antimikroba bila diameter hambatan yang terbentuk lebih
dari atau sama dengan 6 mm. Oleh karena itu, nilai ini menjadi batas bawah dari rentang konsentrasi hambatan sedangkan batas atas ditentukan
berdasarkan zona hambat terbaik pada konsentrasi tertentu yang meski konsentrasi tersebut dinaikkan tidak akan memberikan hasil yang berbeda
nyata. Pengujian aktivitas antibakteri pada gambir dilakukan untuk mengetahui
perubahan besarnya daya hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans pada beberapa taraf konsentrasi gambir. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan
11 dengan menggunakan metode cakram dengan melihat diameter zona bening
yang terdapat di sekeliling kertas saring Ganiswara, 1995. Pasta gigi yang baik adalah yang tidak menyebabkan gigi abrasi,
tambalan berubah warna atau mengganggu keseimbangan bakteri mulut. Awalnya syarat pasta gigi tidak begitu diperhatikan tetapi sekarang syarat-
syarat tersebut menjadi penting dan terutama ditekankan pada isi atau kandungannya. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Menyegarkan mulut. 2. Tidak berbahaya, lembut dan cocok untuk digunakan.
3. Stabil selama penyimpanan.
1. Antibakteri