1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak pernah statis, dimulai dari pembuahan sampai kematian selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan
psikologis. Perubahan inilah yang disebut sebagai perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Manusia memiliki tahapan perkembangan dengan tugas-tugas
perkembangan yang penting untuk berbagai tahapan rentang kehidupan. Salah satu tahapan dalam rentang kehidupan manusia adalah masa dewasa awal atau dewasa
dini. Masa dewasa awal atau dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri
terhadap pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu yang berada pada masa dewasa awal atau dewasa dini diharapkan memainkan peran baru, seperti
peran suamiisteri, orangtua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.
Masa dewasa awal atau dewasa dini memiliki beberapa tugas perkembangan, salah satu diantaranya adalah memilih pasangan. Hurlock, 1992: 246.
Berdasarkan teori perkembangan psikososial Erikson dalam Papalia, Olds, et. al, 2008: 684, masa dewasa awal young adulthood ditandai dengan adanya
kecenderungan intimacy versus isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu
memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif dan membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang
tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya. Individu dewasa awal atau dewasa dini mencari keintiman emosional dan fisik
kepada pasangan romantis. Hubungan ini mensyaratkan ketrampilan seperti kesadaran diri, empati, kemampuan mengkomunikasikan emosi, pembuatan
keputusan seksual, penyelesaian konflik dan kemampuan mempertahankan komitmen. Ketrampilan tersebut sangat penting ketika individu dewasa awal atau
dewasa dini memutuskan untuk menikah, membentuk pasangan yang tidak terikat pernikahan, atau hidup seorang diri, atau memiliki atau tidak memiliki anak
LambethHallet dalam Papalia, 2008: 684. Namun menjadi suatu hal yang tidak lazim ketika pernikahan itu terjadi antara sesama jenis yaitu wanita dengan wanita
atau pria dengan pria. Pernikahan sesama jenis tentu menjadi hal yang kontroversial karena menikahi orang yang berjenis kelamin sama.
Pada tahun 1960-an terjadi revolusioner seksual di Amerika Serikat, sebuah pergerakan yang menentang nilai-nilai tradisional terkait dengan seksualitas dan
peran gender, bahwa laki-laki dan perempuan tidak harus dipasangkan dan bahwa
ketertarikan sesama jenis adalah realita yang harus diterima. Istilah LGBTIQ pada
mulanya hanya terdiri dari LGB, sebagai simbolisasi dari orientasi seksual di luar “normal”. Homoseksual adalah orientasi dimana seseorang memiliki ketertarikan
seksual kepada jenis kelaminnya. Lesbian merupakan istilah untuk homoseks perempuan, gay untuk homoseks laki-laki, dan biseksual adalah orientasi seksual
dimana seseorang memiliki ketertarikan baik kepada lawan jenis maupun sesama jenis. Istilah LGB yang digunakan pada tahun 1990-an kemudian berkembang dengan
hadirnya pergerakan hadirnya waria transgender sehingga istilahnya menjadi LGBT. Saat ini, istilah umum yang digunakan LGBTIQ, dengan tambahan interseks
yang merujuk pada keadaan dimana seseorang secara fisik maupun psikologis berada diantara dua jenis kelamin, questioning untuk orang-orang yang masih
mempertanyakan identitas seksual dan gendernya, dan queer yang merupakan istilah yang memayungi semua label seksual dan gender minoritas lainnya seperti
panseksual ketertarikan seksual kepada semua gender, termasuk kepada transgender, demiseksual ketertarikan seksual kepada orang yang memiliki
kedekatan secara emosional, dan aseksual tidak memiliki ketertarikan seksual sama sekali Saragih, 2012: 3.
Orientasi seksual adalah fokus ketertarikan seksual, romantis, dan kasih sayang yang konsisten, bisa jadi bersifat heteroseksual, homoseksual, atau biseksual Papalia,
2008: 595. Pada tahun 1973, American Physiciatric Association APA sudah mengeluarkan homoseksualitas dari kategori gangguan kejiwaan. Indonesia pun turut
mengadopsi PPDGJ Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa II dan III yang menyatakan hal serupa: gay dan lesbian bukanlah gangguan kejiwaan Yulius,
2012: 2.
Orientasi seksual berhubungan dengan arah ketertarikan seseorang terhadap anggota gendernya sendiri atau gender lawan. Lesbian bukan merupakan gangguan
identitas gender. Lesbian adalah disorientasi seksual. Perbedaan gangguan identitas gender melibatkan kebingungan seseorang seseorang akan perasaannya secara
psikologis sebagai pria atau wanita dan anatomi seksnya Nevid, 2002: 100 . Kaum lesbian tidak meragukan identitas gendernya. Ia menyadari dan menerima bahwa
dirinya seorang wanita. Lesbian lebih mengarah pada pemilihan orientasi seksual. Untuk menentukan besarnya angka insidensi dan angka prevalensi penyimpangan
perilaku lesbian secara akurat memang sangat sulit. Penelitian yang dilakukan oleh banyak pakar dari banyak negara belum mampu menentukan secara tepat besarnya
angka insidensi dan prevalensi lesbian. Namun, secara umum, diperkirakan jumlah kaum lesbian dan homoseksual didalam masyarakat adalah 1 hingga 10 dari
jumlah populasi. Seorang ahli seksologi terkenal, Kinsey, bahkan menyebutkan bahwa setidaknya 2 hingga 5 wanita adalah lesbian. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Kinsey pada remaja berusia 20 tahun, terdapat 17 perempuan mempunyai pengalaman lesbian. Pada penelitian yang dilakukan terhadap remaja berusia 16-19
tahun, terdapat 6 wanita lesbian. Ada pula pakar melaporkan bahwa 10,7 murid SMA berusia 12-18 tahun tidak yakin dengan orientasi seksual mereka, sekitar 5-6
dari murid-murid ini dideskripsikan sebagai lesbian Soewandi, 2012: 1. Cinta seorang lesbian itu sangat mendalam dan lebih hebat daripada cinta
heteroseksual. Meskipun pada relasi lesbian, tidak didapatkan kepuasan seksual yang
wajar. Cinta lesbian juga biasanya lebih hebat daripada cinta homoseksual diantara kaum pria.
Cinta seorang lesbian pada pasangan wanitanya membuat ia gelap mata. Pada Juli 2014, di Indramayu terjadi percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang
lesbian terhadap pasangannya yang sedang menggelar pesta pernikahan. Pelaku RO diduga sakit hati karena pasangan lesbiannya ER menikah dengan lelaki SA. RO
terbukti berusaha melakukan pembunuhan terhadap ER. Peristiwa penusukan terjadi di rumah ER di Blok Serpati Sedadap Juntinyuat saat ER dan SA usai menjalani akad
nikah. Saat itu ER sedang beristirahat di kamarnya, tiba-tiba RO menerobos masuk pintu kamar belakang rumah dan langsung menyerang menggunakan pisau dapur. RO
diduga sakit hati karena pasangan menikah secara normal dengan laki-laki. ER dan RO menjalin hubungan sesama jenis saat menjadi TKW di Dubai setahun yang lalu
Wahid, 2014: 1 Pada 15 Mei 2010, berlangsung pernikahan antara 2 perempuan di Surabaya,
pernikahan secara Islam antara pasangan lesbian itu dihadiri seorang ulama. Kepada sebuah situs, Sang Pemuka Agama Moderat tersebut menyatakan dirinya hanya
memfasilitasi saja. Perkembangan ini menunjukan bahwa generasi lesbian dan gay sekarang mulai ingin menikah Rnw.nl-Indonesia, 2010.
Saat ini dapat dipastikan sudah banyak orang yang memiliki orientasi homoseksual, walaupun belum dapat dipastikan angkanya secara statistik. Sebagai
contoh, sebut saja SB 22, ia menjadi lebian selama 4 tahun terakhir. Dalam hubungan percintaannya dengan kekasih lesbiannya, SB berperan sebagai femme.
Femme ialah sebutan untuk lesbian yang berperan sebagai perempuan. SB kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Semarang. SB adalah anak pertama dari 2
bersaudara, adiknya yang juga perempuan berbeda 4 tahun darinya. Dalam kehidupan
sehari-harinya SB terlihat seperti wanita normal. SB mengaku kalau dirinya menjadi lesbian karena terpengaruh oleh temannya yang bernama R 21. R adalah lesbian
yang berperan sebagai lelaki atau yang lebih dikenal sebagai butchi. Berbeda dengan SB, AA 26 mengaku bahwa ia sudah menyukai wanita sejak
ia mulai bisa mengingat. AA bercerita bahwa sejak ia masih kecil ia sudah menaruh hati dengan wanita. Namun ia masih memilah-milah apa yang sebenarnya terjadi di
dalam dirinya sampai ia duduk di bangku SMA. Saat ini AA sudah pernah berpacaran dengan wanita sebanyak 4 kali.
Fenomena lesbian ini seperti gunung es, yaitu hanya puncaknya saja yang terlihat, tetapi dasarnya tidak terjamah jauh didalam sana. Semakin merebaknya kaum
lesbian di Indonesia tentu saja membuat peneliti tertarik untuk menelusuri lebih lanjut apa yang mendasari individu memutuskan untuk menjadi seorang lesbian. Oleh
karena itu peneliti mengambil judul ”Faktor-Faktor Pemilihan Orientasi Seksual Studi
Kasus Pada Lesbian”.
1.2. Rumusan Masalah