Faktor-faktor Pendorong Penyebab Menjadi Lesbian Relasi dengan Pasangan Homoseksual

orangtua SB tidak langsung membelikannya melainkan menjanjikannya terlebih dahulu.

4.5.1.2. Faktor-faktor Pendorong Penyebab Menjadi Lesbian

Kartono 2009: 248 menjelaskan bahwa penyebab individu menjadi bagian dari kaum lesbian dikarenakan beberapa hal, salah satunya adalah, adanya pengalaman buruk masa lalu yang terus melekat dalam benaknya. Teori tersebut benar, karena SB pernah mempunyai pengalaman buruk sewaktu bermain dengan teman-teman lelaki. Teman lelaki SB tidak menghargai SB dan terkadang kurangajar. Sewaktu SB mabuk, SB digerayangi dan diajak ke hotel. SB bercerita bahwa ketika SB dihotel dalam keadaan setengah sadar SB diajak berhubungan dengan lebih dari satu orang. Selain itu SB mengaku enggan memiliki kekasih lelaki karena SB merasa was-was dan takut hamil jika berpacaran dengan lelaki, seperti yang terjadi pada tahun 2012 SB hamil hingga usia 2 bulan dengan lelaki bernama X yang bukan kekasihnya, lalu SB menggugurkan kandungannya dengan cara meminum obat yang diberikan oleh X. Sejak saat itu SB mengaku enggan mempunyai kekasih lelaki, padahal sebelum kejadian itu walaupun ia sudah memiliki kekasih wanita, SB tetap memiliki kekasih lelaki. Awal mula SB menjadi lesbian juga diungkap SB karena ia merasa nyaman dengan wanita. SB merasa wanita lebih pengertian. SB juga mengungkapkan bahwa melakukan hubungan intim dengan wanita terasa lebih enak daripada dengan lelaki karena lelaki mudah ejakulasi. Hal ini senada dengan teori menurut Kartono yaitu individu mencari kepuasan homoseksual dikarenakan dirinya pernah menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan dan berkesan pada masa remaja Kartono, 2009: 248.

4.5.1.3. Relasi dengan Pasangan Homoseksual

Menurut Kartono 2006: 267, pada masa biseksual selama periode pubertas itu, objek erotis yang dicintai bisa berganti-ganti; yaitu sesekali berupa pribadi wanita, sedang pada kali lain berupa tokoh seorang pemudapria. Akan tetapi pada masa dewasa kelanjutan biseksual masa puber, objek erotisnya benar-benar seorang wanita. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh SB, sebelumnya SB selalu berpacaran dengan pria, namun beberapa tahun terakhir SB berpacaran dengan wanita. Sampai saat ini SB sudah berganti 4 kali berpacaran dengan wanita. Pacar wanita pertama SB adalah R pada tahun 2010, mereka hanya berpacaran selama 7 bulan. Pacar wanita SB kedua adalah D, mereka berpacaran sekitar tahun 2011 dan hanya berjalan selama 3 bulan. Pacar SB yang ketiga adalah A, mereka berpacaran pada tahun 2011 dan berjalan sampai 2 tahun. Pacar SB saat ini adalah B. Mereka berpacaran pada tahun 2013 dan masih berlangsung hingga saat ini berjalan 10 bulan. SB mengaku bahwa sudah sangat serius dengan kekasih SB saat ini. SB mengatakan bahwa jika kekasih wanita SB sudah mapan maka SB akan pergi dari rumah dan kabur untuk menikah dengan kekasihnya. Namun jika sampai usia pernikahan kekasih wanitanya belum mapan, maka kekasih SB meminta SB untuk mencari lelaki untuk dinikahinya. Dalam hubungan percintaan dengan kekasih wanitanya, SB selalu berperan sebagai wanitanya, kekasih SB sebagai lelakinya. SB tidak pernah berganti-ganti peranan, tidak sependapat dengan teori yang diungkap Kartono 2006: 269 bahwa kedua partner lesbianisme selalu berganti peran, yaitu seorang berperan sebagai laki- laki yang aktif dan sadistis; sedang partnernya bersikap pasif-masochis feminine. SB mengaku dalam hubungannya sering terdapat pihak ketiga baik dari pihak diri SB maupun dari pihak kekasih SB, tetapi hal itu tidak terlalu mengganggu hubungan SB dengan kekasih SB. Sesuai dengan teori dari Kartono 2006: 269 yaitu, relasi homoseksual ini seringkali berlangsung dalam hubungan segitiga, yang kesemua anggotanya terdiri atas wanita. SB mengaku menjadi lebih possesiv setelah berpacaran dengan sesama jenis daripada sewaktu dahulu saat berpacaran dengan lelaki. Hal ini seperti apa yang ditulis oleh Kartono 2006: 270, pada relasi homoseksual selalu terdapat emosi yang kontradiktif, hal ini tidak mengherankan karena adanya elemen-elemen afeksi yang saling bertentangan itu, yaitu ada keinginan-keinginan untuk menolak dan hasrat untuk meraih, maka terjadilah bermacam-macam gangguan emosional, dan pada akhirnya akan menjurus pada gejala neurotis. Pemuasan seksual pada cinta homoseksual wanita ini berlangsung dengan jalan mulut dan alat kelamin bagian luar Kartono, 2006: 271, teori ini sesuai dengan apa yang diungkap oleh SB. SB dan kekasih wanita SB berhubungan seksual hampir sama dengan pasangan heteroseksual tetapi SB menggunakan tangan.

4.5.1.4. Pengelolaan Hubungan Sosial