dapat menunjukkan perilaku caring dengan baik karena adanya faktor-faktor lain. Hal ini diperkuat dengan penelitian Sobirin 2006 yang menemukan
bahwa beban kerja dan motivasi perawat mempengaruhi penerapan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan.
2.3. Perilaku Caring Perawat pada Praktek Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan
Hasil analisis data perilaku caring perawat pada tabel 7 secara keseluruhan menunjukkan bahwa pada umumnya perilaku caring perawat di
ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan dalam kategori baik. Kondisi ini sesuai dengan pendapat McFarlane 1976 dalam Morrison
Burnard, 2009 bahwa keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dimana pada saat yang sama mengindikasikan proses caring
terimplikasikan dalam aktivitas praktik keperawatan. Pengaruh perilaku caring juga dapat ditunjukkan dalam potensinya menentukan tingkat asuhan
keperawatan dalam praktek keperawatan Carper, 1979; Kitson,1987 dalam Morrison Burnard, 2009.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Griffin 1980, 1983 dalam Morrison Burnard, 2009 bahwa konsep caring berkenaan dengan sikap dan emosi
perawat serta aktivitas yang dilakukan perawat dalam melaksanakan fungsi keperawatannya. Ia juga menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai
proses interpersonal essensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik yang meliputi membantu, menolong, dan
melayani klien yang mempunyai kebutuhan khusus. Oleh sebab itu, maka kesepuluh faktor karatif dari Watson tersebut perlu selalu diaplikasikan oleh
Universitas Sumatera Utara
perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan Nurachmah, 2006
dalam Dwidiyanti, 2010.
2.4. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat
pada Praktek Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan
Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan perilaku
caring perawat pada praktek keperawatan. Hasil analisis hubungan kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikan yaitu p = 0,003, artinya bahwa
pernyataan hipotesa adanya hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan dapat diterima. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Rudyanto 2010 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan prilaku prososial
perawat, yaitu semakin tinggi kecerdasan spiritual perawat maka semakin tinggi pula perilaku prososialnya dimana perilaku prososial adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan bertujuan untuk menolong orang lain. Hal ini berbeda dengan penelitian Malini 2009 yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat dalam hubungan yang negatif dimana kecerdasan spiritual perawat
tinggi namun perilaku caring yang ditunjukkan perawat adalah buruk. Meskipun berhubungan, namun hubungan antara kecerdasan spiritual
dengan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan berada dalam tingkat hubungan yang
Universitas Sumatera Utara
rendah. Berdasarkan hasil analisis korelasi menggunakan analisis korelasi Pearson diperoleh r = 0,315 dan didapat nilai interpretasi bahwa tingkat
hubungan rendah antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat. Hal ini kemungkinan disebabkan mayoritas perilaku caring yang ditunjukkan
perawat berdasarkan sepuluh faktor karatif tabel 6 menunjukkan perilaku caring dalam kategori cukup dengan pesentase diatas 50 dan masih ada
perawat yang menunjukkan perilaku caring dalam kategori buruk pada sembilan komponen faktor karatif. Begitu pula halnya pada komponen
membentuk sistem nilai humanistic-altruistic maupun komponen
meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif walaupun mayoritas perilaku caring perawat dalam kategori baik, tetapi persentase
antara kategori baik dan cukup tidaklah jauh berbeda. Demikian pula bila dihubungkan dengan hasil pengolahan data pada
variabel perilaku caring perawat bahwa pada pernyataan mengenai menfasilitasi klien dalam menjalankan ritual ibadahnya, rata-rata perawat
melakukan perilaku tersebut hanya kadang-kadang saja rata-rata altenatif jawaban bernilai 1,5. Berdasarkan hasil pengolahan data variabel perilaku
caring perawat dapat pula dilihat pada pernyataan-pernyataan positif masih ada perawat yang tidak pernah melakukan perilaku sesuai dengan pernyataan
tersebut. Begitu juga pada pernyataan negatif, masih ada perawat yang sering sekali melakukan perilaku tersebut lampiran 9. Namun secara keseluruhan,
mayoritas perawat di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan perilaku caring dalam kategori baik tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
Kecerdasan spiritual merupakan suatu kecerdasan dimana manusia berusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupannya ke dalam suatu
konteks yang lebih luas dan lebih bermakna Gunawan, 2004. Sehingga hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Yosef 2005 yang mengatakan bahwa manusia dapat memberi makna melalui berbagai macam keyakinan, dan bagi perawat
pencarian makna hidup seharusnya mampu mengaitkan pemberian pelayanan keperawatan atas dasar ibadah kepada Tuhan. Sehingga walupun dalam
kondisi yang paling buruk dan tidak diharapkan sekalipun kecerdasan spiritual mampu menuntun perawat dalam menjalankan pelayanan
keperawatan yang profesional. Menurut Dwidiyanti 2010 perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan haruslah dapat melayani klien dengan sepenuh hati dan memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan
intelektual, tehnikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan kecerdasan spiritual berhubungan
dengan perilaku caring perawat, dengan arah hubungan positif dimana semakin tinggi kecerdasan spiritual maka perilaku caring perawat semakin
baik. Hasil tersebut sesuai dengan analisa deskriptif untuk kecerdasan spiritual dalam kategori tinggi dan perilaku caring perawat dalam kategori
baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan di ruang rawat inap RSUP
HAM Medan, berarti semakin tinggi kecerdasan spiritual perawat akan semakin baik juga perilaku caring perawat, dimana kekuatan hubungannya rendah.
Kecerdasan spiritual perawat di ruang rawat inap RSUP HAM Medan umumnya dalam kategori tinggi.
Perilaku caring perawat pada praktek keperawatan di ruang rawat inap RSUP HAM Medan yang berdasarkan sepuluh faktor karatif umumnya dalam
kategori baik. Komponen membentuk sistem nilai humanistic-altruistic adalah perilaku caring yang paling baik ditunjukkan perawat dalam praktek keperawatan
di ruang rawat inap.
2. SARAN
2.1. Bagi Praktek Keperawatan
Diharapkan perawat dapat terus meningkatkan lagi kecerdasan spiritualnya sehingga perawat dapat memaknai hidup dan pekerjaannya
adalah pekerjaan yang mulia bukan hanya sekedar rutinitas saja tetapi mengaitkannya atas dasar ibadah. Begitu pula dengan perilaku caring,
perawat haruslah dapat meningkatkan lagi perilaku caringnya pada praktek keperawatan terutama pada faktor karatif pada komponen membantu dalam
59
Universitas Sumatera Utara