Hak dan Kewajiban Penanaman Modal

41 penanaman modal khususnya penanaman modal asing sangat wajar dan sesuai dengan landasan dan dasar untuk mengundang penanaman modal khususnya penanaman modal asing masuk ke Indonesia.

4. Hak dan Kewajiban Penanaman Modal

Hak dan kewajiban penanam modal, khususnya penanaman modal asing telah ditentukan dalam Pasal 8, Pasal 10, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Hak investor asing, disajikan berikut ini: a. Mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkannya; b. Melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing. Hak transfer merupakan suatu perangsang untuk menarik penanam modal asing. Repatriasi pengiriman dengan bebas dalam bentuk valuta asing, tanpa ada penundaaan yang didasarkan pada perlakuan non diskriminasi, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak transfer dan repatrisiasi ini, meliputi: 1 Modal; 2 Keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lainnya; 3 Dana-dana yang diperlukan, untuk : a Pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi atau barang jadi; atau Universitas Sumatera Utara 42 b Penggantian barang modal dalam rangka untuk melindungi kelangsungan hidup penanaman modal. 4 Tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal; 5 Dana-dana untuk pembayaran kembali pinjaman; 6 Royalti atau biaya yang harus dibayar; 7 Pendapatan dari perseorangan Warga Negara Asing yang bekerja dalam perusahaan penanaman modal; 8 Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; 9 Kompensasi atas kerugian; 10 Kompensasi atas pengambilalihan; 11 Pembayaran yang dilakukan dalam rangka: a Bantuan teknis; b Biaya yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen; c Pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak proyek; dan d Pembayaran hak atas kekayaan intelektual. 12 Hasil penjualan aset. Hak ini, tidak mengurangi kewenangan pemerintah untuk: a Memberlakukan ketentuan peraturan perunadang-undangan yang mewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana; dan b Hak pemerintah untuk mendapatkan pajak danatau royalti danatau pendapatan pemerintah lainnya dari penanaman modal. Universitas Sumatera Utara 43 c. Menggunakan tenaga ahli Warga Negara Asing untuk jabatan dan keahlian tertentu. d. Mendapat kepastian hak, hukum, dan perlindungan. e. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya. f. Hak pelayanan. g. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan. Kewajiban penanaman modal, khususnya investor asing telah ditentukan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Kewajiban itu, meliputi: a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; Sistem tatakelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan GCG dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholder-nya. b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility untuk selanjutnya disebut CSR mungkin masih kurang popular dikalangan pelaku usaha nasional. Namun, tidak berlaku bagi pelaku usaha asing. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu, sudah biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun lalu. Universitas Sumatera Utara 44 Penjelasan Pasal 15 huruf b UU Penanaman Modal menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pelaksanaan CSR yang baik dan benar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku akan berimplikasi pada iklim penanaman modal yang kondusif. Untuk bisa mewujudkan CSR setiap pelaku usaha investor baik dalam maupun asing yang melakukan kegiatan di wilayah RI wajib melaksanakan aturan dan tunduk kepada hukum yang berlaku di Indonesia, sebaliknya pemerintah sebagai regulator wajib dan secara konsisten menerapkan aturan dan sanksi apabila ada pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak melaksanakan CSR sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; Dalam penerapan prinsip akuntabilitas menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, setiap penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip akuntabilitas sebagai salah satu prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dengan membuat laporan kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal. Universitas Sumatera Utara 45 Pelaksanaan prinsip akuntabilitas kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, direksi dan komisaris mempunyai tanggung jawab hukum yang sama dengan direksi atas laporan keuangan yang menyesatkan yang menyebabkan kerugian bagi pihak lainnya. d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan Hal ini berarti bahwa sebelum perusahaan patungan didirikan harus didahului dengan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Dengan demikian perencanaan penanaman modal ke depan merupakan perencanaan yang harus melibatkan semua stakeholder baik unsur Pemerintah, unsur Swasta maupun Masyarakat. e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif dan mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, Universitas Sumatera Utara 46 koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Oleh karena hal tersebut di atas, agar tercipta pelaksanaan penanaman modal asing yang kondusif, maka segala aspek penanaman modal harus patuh pada peraturan perundang-undangan yang ada Di samping hak dan kewajiban itu harus ditaati oleh penanaman modal, khususnya penanam modal asing, penanam modal juga mempunyai tanggung jawab lainnya. Tanggung jawab adalah suatu keadaan menanggung segala sesuatu yang berkaitan dengan penanaman modal. Tanggung jawab itu telah ditentukan dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Ada enam tanggungjawab penanam modal, khususnya penanam modal asing, yaitu: a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara; d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup; Universitas Sumatera Utara 47 e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan artinya bahwa investor asing yang menanamkan investasinya di Indonesia, tidak hanya mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang penanam modal, tetapi juga di bidang lainnya, misalnya di bidang lingkungan hidup, kehutanan, perpajakan, pertahanan, dan lain-lain. Apabila mereka melanggar peraturan perundang-undangan, maka dapat dikenakan sanksi. Sanksi itu, berupa sanksi pidana, perdata, dan administratif. Sanksi pidana merupakan sanksi yang dijatuhkan kepada badan hukum asing yang telah melakukan perbuatan pidana. Sanksi perdata merupakan sanksi yang dijatuhkan kepada investor asing yang telah melakukan perbuatan melawan hukum atau tidak memenuhi prestasi sebagaimana ditentukan dalam kontrak. Sanksi administratif merupakan sanksi yang dijatuhkan kepada badan hukum asing, yaitu dengan cara mencabut izin yang telah diberikan kepada badan hukum asing tersebut. 56

B. Kerjasama Antara Modal Asing dan Nasional 1. Bentuk-Bentuk Kerjasama Modal

Dalam Undang-Undang Penanaman Modal Asing ada dikenal bentuk-bentuk kerjasama. Dilihat dari jangka waktu kerjasama, maka dunia praktisi menunjukkan 56 Salim H. S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hal. 208-213. Universitas Sumatera Utara 48 adanya dua macam kerjasama, yaitu kerjasama sementara 57 dan kerjasama tetap permanen. 58 Bentuk kerjasama yang dikenal dalam Undang-Undang Penanaman Modal Asing berdasarkan klasifikasi danatau alasan-alasan tertentu, baik politik maupun ekonomi dapat dibagi tiga yaitu: 59 a. Kerjasama dalam bentuk joint venture. Dalam hal ini para pihak tidak membentuk suatu badan hukum yang baru badan hukum Indonesia. b. Kerjasama dalam bentuk joint enterprise. Di sini para pihak bersama-sama dengan modalnya modal asing dan modal nasional membentuk badan hukum baru yaitu badan hukum Indonesia. c. Kerjasama dalam bentuk kontrak karya, serupa dengan perjanjian kerjasama dalam bidang pertambangan dan gas bumi yang telah ada sebelum UUPMA diundangkan. Dalam bentuk kerjasama tersebut, pihak asing investor asing membentuk badan hukum Indonesia. Badan hukum dengan modal asing inilah yang menjadi pihak pada perjanjian yang bersangkutan. Sedangkan pihak yang lainnya, adalah badan hukum dengan modal nasional, yakni sebagaimana pengertian modal nasional yang telah diberikan oleh memori 57 Adalah kerjasama yang berlangsung sementara, artinya ketika setelah tujuan kerjasama tercapai dan masing-masing pihak telah melaksanakan hak dan kewajibannya, maka kerjasama tersebut akan berakhir. 58 Adalah kerjasama yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan ditujukan untuk selama-lamanya, jadi selama belum ada keinginan dari salah satu pihak untuk mengakhiri kerjasama dikarenakan alasan-alasan tertentu, maka kerjasama akan tetap berlangsung hingga batas waktu yang tidak ditentukan. 59 Ismail Suny, Tinjauan Dana Pembahasan Undang-undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri , Jakarta: Pradnya Paramita, 1968, hal. 108. Universitas Sumatera Utara 49 Penjelasan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing. Didalam praktek bisnis, bentuk kerjasama telah berkembang lebih beragam dari bentuk-bentuk konvensional yang dikenal dalam UUPMA. Pemerintah juga dapat ikut serta dalam usaha patungan dalam rangka penanaman modal asing ini yaitu melalui perusahaan negara. Penetapan terhadap bentuk kerjasama usaha patungan antara modal asing dengan pihak nasional dimaksudkan oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan serta peranan atau partisipasi pihak swasta nasional dalam pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia. Hal lain adalah memberikan kesempatan pula kepada perusahaan-perusahaan swasta nasional yang berskala kecil maupun dalam usaha koperasi untuk dapat ikut berpartisipasi di dalamnya melalui pemilikan saham terhadap penanaman modal asing yang telah melakukan aplikasi usahanya di Indonesia. Dengan demikian diharapkan akan terjadi perimbangan modal antar penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri yang dirasakan sampai sekarang ini belum seimbang dalam hal pelaksanaannya. Oleh Todung Mulya Lubis disebut sebagai tidak adanya suatu domestic countervailing power pembatasan kekuasaan pemodal dalam negeri, sehingga kerjasama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional diibaratkan sebagai istri yang Universitas Sumatera Utara 50 kesekian kalinya tidak mempunyai bargaining position posisi tawar untuk bertindak seimbang dalam hal penanaman modal di Indonesia. 60 Pelaksanaan atau aplikasi penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Indonesia yang tidak melalui suatu usaha kerjasama dengan modal nasional baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan hukum secara yuridis telah jelas diatur di dalam ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal Asing, bahwa baik terhadap modal, kekuasaan maupun pengambilan keputusan seluruhnya dilakukan sepenuhnya oleh pihak asing bilamana suatu perusahaan 100 modal sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Lain halnya bilamana dilakukan atau dilaksanakan dalam suatu usaha kerjasama dengan pihak nasional, maka terdapat berbagai bentuk atau corak maupun variasi kerjasama antara modal asing dengan modal nasional baik dalam wujud perimbangan modal, kekuasaan dan pengambilan keputusan. 61 Ismail Suny dan Rudioro Rochmat, mengemukakan bahwa ada 3 tiga macam bentuk kerjasama joint venture antara modal asing dengan modal nasional sesuai dengan Pasal 23 UU Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing PMA, yakni joint venture, joint enterprise, dan kontrak karya. Meskipun sebenamya istilah joint enterprise adalah juga merupakan atau termasuk dalam pengertian joint venture. 62 Oleh Sunaryati Hartono diuraikan bahwa sebenarnya istilah-istilah joint venture oleh para ahli yang berbahasa Inggris dipergunakan 60 Todung Mulya Lubis, Hukum Ekonomi, Jakarta: Sinar Harapan, 1992, hal. 23. 61 Aminuddin Ilmar, Op. cit., hal. 57. 62 Ismail Suny dan Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan UUPMA dan Kredit Luar Negeri, Jakarta: Pradnya Paramita, 1967, hal. 108. Universitas Sumatera Utara 51 sebagai istilah verzamelnaam untuk berbagai bentuk kerjasama antara penanaman modal nasional dengan penanaman modal asing. 63 Dalam ketentuan umum Bab I Pasal 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal UUPM mendefinisikan Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. 64 Lebih lanjut untuk pengaturan penanaman modal asing yang melakukan kegiatan di wilayah negara Republik Indonesia dalam pelaksanaannya dapat menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. 65 Adanya berbagai pengertian terhadap investasi asing diharapkan dapat membuka wawasan pemikiran, bahwa pengertian penanaman modal khususnya modal asing bukan hanya terdapat dalam Undang-Undang Penanaman Modal saja, sehingga pemahaman terhadap investasi asing beserta implikasinya dapat lebih dimengerti. Pengaturan investasi di Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang Penanaman Modal hanya membatasi ruang lingkup investasi pada investasi secara langsung dan tidak termasuk investasi secara tidak langsung atau melalui investasi portofolio. 66 63 Sunaryati Hartono, Op. cit, hal. 127. 64 Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1. 65 Ibid ,Pasal 1 ayat 3. 66 Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Penanaman Modal, antara lain menyatakan: “yang dimaksud dengan “penanaman modal di semua sektor wilayah Republik Indonesia” adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio”. Universitas Sumatera Utara 52 Oleh karena Undang-Undang Penanaman Modal hanya memberikan batasan pada investasi langsung dan tidak termasuk investasi tidak langsung, maka Undang- Undang Penanaman Modal tidak mengenal definisi berdasarkan aset asset based definition , yang memungkinkan perlindungan dalam status penanaman modal asing diberikan kepada setiap kegiatan usaha yang di dalamnya terkandung aset asing. Pengertian berdasarkan aset atau transaksi bisa mengarah kepada perlindungan terhadap semua transaksi modal yang dilakukan orang asing, tidak terkecuali apakah transaksi tersebut bersifat jangka pendek atau spekulatif. 67 Secara umum penanaman modal digolongkan dalam dua bentuk kegiatan investasi, yaitu investasi secara langsung direct investment dan investasi portofolio portofolio investment . Investasi dilakukan secara langsung, dimana investor hadir langsung secara fisik ke tempat tujuan investasi dengan membawa seluruh sumber daya yang dipergunakan, menjalankan usaha dan turut mengendalikan kegiatan investasi yang bersangkutan. Sedangkan investasi portofolio, dimana investor tidak perlu hadir secara fisik. Tujuan utama investor tidak untuk mendirikan perusahaan, melainkan hanya membeli saham atau surat berharga lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan melalui penjualan kembali saham atau surat berharga tersebut capital gain. 68 67 Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005, hal. 386-387. 68 Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Pengantar Hukum Investasi Penanaman Modal, Modul Perkuliahan, FH USU, 2009. Universitas Sumatera Utara 53 Pengertian yang dianut dalam Undang-Undang Penanaman Modal adalah definisi berdasarkan enterprised based definition karena lebih fokus pada investasi yang sifatnya jangka panjang. Investasi langsung dalam jangka panjang akan memungkinkan negara-negara berkembang mengambil manfaat yang lebih banyak, tidak saja dari segi masuknya devisa, tetapi juga dari segi peningkatan produksi, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen serta penyerapan tenaga kerja. 69 Istilah joint venture agreement sengaja tidak diterjemahkan menjadi usaha patungan sebagaimana telah dikenal di Indonesia, hal tersebut bertujuan untuk tidak terjadi salah pengertian, karena usaha patungan sendiri dapat saja berbetuk joint venture , joint enterprise, kontrak karya, production sharing, penanaman modal dengan DICS-rupiah Debt Investment Conversion Schema, penanaman modal dengan kredit investasi dan portofolio investment. Joint venture agreement atau biasa disebut perjanjian kerjasama patungan adalah suatu kontrak yang mengawali kerjasama joint venture, kontrak ini menjadi dasar pembentukan atau pendirian joint venture company . 70 Sedangkan joint enterprise merupakan suatu bentuk kerjasama yang membentuk suatu badan hukum perusahaan, yang terbentuk dari perjanjian 69 Ibid , hal. 387. 70 Ridwan Khairandy, “Kompetensi Absolut Dalam Penyelesaian Sengketa Di Perusahaan Joint Venture ”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 26, No. 4, Tahun 2007, hal. 43. Universitas Sumatera Utara 54 antara pemilik modal asing dan modal nasional yang modalnya antara lain terdiri dari modal dalam nilai rupiah dan modal yang dinyatakan daiam valuta asing. 71 Jadi, seperti yang disebut oleh Ismail Suny dan Rudiono Rochmat dengan joint enterprise juga merupakan salah satu bentuk daripada joint venture. Namun pembedaan yang dilakukan oleh Ismail Suny dan Rudiono Rochmat tersebut secara resmi telah dipergunakan oleh pemerintah, sehingga pemakaian istilah tersebut sudah menjadi lazim adanya. Dalam hal joint venture diartikan sebagai para pihak tidak membentuk badan hukum baru, akan tetapi suatu kerjasama yang semata-mata bersifat kontraktuil, sedang dalam hal joint enterprise terjadi penggabungan modal nasional ke dalam satu badan hukum Indonesia. Lalu kemudian kontrak karya diartikan sebagai pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indonesia itu bekerjasama lagi dengan badan hukum nasional Indonesia yang lain. 72

2. Manfaat Kerjasama Modal Bagi Indonesia

Dokumen yang terkait

Joint Venture Agreement Dalam Tinjauan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

8 96 109

Tinjauan Yuridis Joint Venture Agreement Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Dan Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2 57 158

Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Perusahaan Joint Venture Studi Penanaman Modal Asing Di Sumatera Utara

0 21 337

Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Pengawasan Terkait Penyimpangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture

4 93 120

Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Pengawasan Terkait Penyimpangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture

0 0 8

Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Pengawasan Terkait Penyimpangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture

0 0 1

Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Pengawasan Terkait Penyimpangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture

0 1 21

SINKRONISASI PENGATURAN JOINT VENTURE AGREEMENT DAN ANGGARAN DASAR DALAM PERUSAHAAN PATUNGAN

1 1 16

BAB II PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL PATUNGAN (JOINT VENTURE COMPANY) BERDASARKAN UU NOMOR 25 TAHUN 2007 A. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal - Tanggung Jawah Hukum Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Joint Venture Agreement Dalam Tinjauan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

0 1 17