26
2. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya yang berkaitan.
39
Data dari pemerintah yang berupa dokumen- dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya:
1 KUH Perdata; 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan
peraturan pelaksananya; 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran internet, junal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi.
40
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan
ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan tesis.
41
3. Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan tesis, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi dokumen yaitu
39
Soerjono Soekanto, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1984, hal. 6.
40
Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: UI Press, 2006, hal. 12.
41
Soerjono Soekanto, Op. cit, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
27
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti dokumen-dokumen dari bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penulisan tesis ini antara lain berasal dari peraturan perundang- undangan, buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel
baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, makalah ilmiah, dokumen-dokumen
joint venture
agreement ,
dan bahan-bahan
lain yang
berhubungan dengan meteri yang dibahas dalam tesis ini.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.
42
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan
menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya. Kemudian analisis itu akan dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi
kepustakaan. Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa
dengan menggunakan metode deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sehingga diperoleh kesimpulan yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
42
Lexy J. Moleong, Op. cit, hal. 103.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM JOINT VENTURE AGREEMENT
A. Ketentuan Umum Penanaman Modal di Indonesia 1. Prinsip-Prinsip dalam Penyelenggaraan Penanaman Modal
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal
untuk mengolah potensi
ekonomi menjadi
kekuatan ekonomi
riil dengan
menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Untuk itu, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional. Penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila sejalan dengan tujuan pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang
Penanaman Modal. Agar memenuhi prinsip demokrasi ekonomi diperlukan adanya pembatasan
kegiatan usaha yang dapat dimasuki modal asing, juga memerintahkan untuk mengatur melalui perundang-undangan mengenai persyaratan bidang usaha yang
tertutup dan yang terbuka, termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Oleh karena itu, dapat
ditarik prinsip-prinsip demokrasi ekonomi dalam UUPM, antar lain:
28
Universitas Sumatera Utara
29
a. Pasal 3 UUPM asas penyelenggaraan penanaman modal; Dasar atau prinsip maupun asas yang terkandung dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah:
43
1 Kepastian Hukum Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
2 Keterbukaan Asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.
3 Akuntabilitas Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4 Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara
Asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri
dalam daerah maupun yang berasal dari luar daerah dan penanam modal
43
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
30
asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.
5 Kebersamaan Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-
sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. 6 Efisiensi Berkeadilan
Asas yang
mendasari pelaksanaan
penanaman modal
dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan
iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing. 7 Berkelanjutan
Asas yang
secara terencana
mengupayakan berjalannya
proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan
dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
8 Berwawasan lingkungan Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan
mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. 9 Kemandirian
Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya
modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
31
10 Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional Asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi antar
wilayah di daerah dalam kesatuan ekonomi nasional. b. Pembatasan bidang usaha
Undang-Undang Penanaman Modal Asing mengatur beberapa hal yang menjadi landasan dalam membuat joint venture agreement seperti yang
berkaitan dengan bentuk badan usaha, kedudukan, bidang usaha, perizinan perusahaan, dan penyelesaian sengketa. Dalam UUPM terdapat ketentuan
mengenai pembatasan bidang usaha bagi penanaman modal asing maka agar penanam modal asing dapat menanamkan modal di bidang usaha yang
tertutup bagi penanam modal asing diperlukan adanya kerja sama dengan penanam modal nasional.
c. Perlakuan dan fasilitas Fasilitas penanaman modal merupakan hal yang biasa dilakukan untuk
menarik penanam modal. UU Penanaman Modal mengatur tentang fasilitas penanaman modal dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 24. Fasilitas
penanaman modal menjadi suatu permasalahan dalam hal fasilitas tersebut dilakukan dikaitkan dengan pemenuhan Performance Requirement yang
dilarang di dalam TRIMs. Salah satu hal yang menjadi perhatian di dalam UU Penanaman Modal adalah Pasal 18 ayat 3 huruf j, yang menyebutkan
persyaratan pemberian fasilitas penanaman modal salah satunya adalah
Universitas Sumatera Utara
32
penggunaan komponen lokal. Bilamana ditelaah maka pengaturan Pasal 18 ayat 3 huruf j, UU Penanaman Modal merupakan suatu perlakuan yang
tidak sama antara barang dalam negeri dan barang import.
44
d. Pengembangan partisipasi Usaha Kecil dan Menengah UKM dan koperasi Pemerintah perlu menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendorong
perkembangan yang bergairah dan dinamis. Untuk ini, yang merupakan kepentingan utama adalah apabila pertumbuhan ekonomi yang ekspansif.
Merupakan kunci utama bagaimana seharusnya pemerintah menciptakan lingkungan penanaman modal yang sehat.
Salah satu aspek dari lingkungan usaha yang sehat adalah mudahnya perijinan usaha. Pada umumnya, untuk memperoleh perijinan usaha, seorang
pengusaha harus mengeluarkan biaya sekitar 3 atau 4 kali dari biaya perijinan yang ditentukan. Surat ijin harus diperbaharui setiap tahun dan memerlukan
beberapa klarifikasi dari beberapa pejabat yang berwenang, yang biasanya menyebabkan perlunya biaya tambahan. Hal ini terjadi karena perijinan tidak
transparan, mahal, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan tidak pasti, serta tumpang tindih vertical antara pusat -daerah dan horizontal antara instansi
di daerah. Akibatnya, minat pengusaha terhambat untuk mengembangkan usahanya.
44
http:www.jambilawclub.com201109analisis-kebijakan-penanaman-modal.html. Diakses tanggal 5 November 2011.
Universitas Sumatera Utara
33
e. Penyelenggaraan administrasi kegiatan investasi Ada beragam pilihan yang dimiliki pemerintah untuk memperbaiki iklim
penanaman modal di daerah, dimana salah satu kebijakan yang terkait dengan kepentingan tersebut, adalah penerapan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PTSP yang didasarkan pada UU No. 252007 tentang Penanaman Modal. Kebijakan ini sangat menarik untuk dicermati, karena jika ditilik pada
substansinya, memiliki kemiripan dengan Keppres No. 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal dalam rangka PMA dan PMDN
melalui Sistem Pelayanan Satu Atap. Keppres ini pernah dianggap pemerintah daerah sebagai upaya pemerintah pusat untuk menarik kembali
kewenangan penanaman modal yang pernah didesentralisasikan. Di sisi lain, secara teoritik, PTSP dapat meningkatkan kualitas pelayanan perizinan dalam
bidang investasi, melalui penyederhanaan perizinan dan percepatan waktu penyelesaian.
45
2. Fasilitas Penanaman Modal