PT Angkasa Pura II Persero Medan sebagai Pengelola Bandar Udara

yang dioperasikan, tanggung jawab kerugian orang atau badan hukumyang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan pengoperasian pesawat udara dengan suatu ikatan hukum, tanggung jawab kerugian pihak ketiga atau orang atau badan hukum yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan pengoperasian pesawat udara dengan suatu ikatan hukum, tetapi mendapat akibat dari pengoperasian pesawat udara tersebut, dan kegiatan investigasi insiden dan kecelakaan pesawat udara. 34 Dalam UURI No. 15 Tahun 1992 kewajiban asuransi awak pesawat udara terdapat dalam pasal 48 empat puluh delapan. Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara wajib mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerjakannya. Asuransi penerbangan mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia penerbangan terutama asuransi tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang, pengirim barang, tanggung jawab terhadap pihak ketiga, tanggung jawab penyelenggara Bandar Udara, asuransi awak pesawat udara, dan asuransi pesawat udara.

D. PT Angkasa Pura II Persero Medan sebagai Pengelola Bandar Udara

PT Angkasa Pura II Persero adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang pengelolaan dan pengusahaan Bandar Udara di Indonesia, 34 H. K. Martono, Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hlm 60. Universitas Sumatera Utara bersama dengan PT Angkasa Pura I yang menitikberatkan pelayanan pada Indonesia Bagian Timur. Angkasa Pura II berkantor pusat di Bandara Internasional Soekarno- Hatta di Tangerang, Banten. Sejarah PT Angkasa Pura II Persero didirikan pada 13 Agustus 1984. Pada saat pendiriannya, Angkasa Pura II secara khusus diberi tugas mengelola Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Bandar Udara Halim Perdana Kusuma. Sedangkan pengoperasiannya, PT Angkasa Pura II Persero menitikberatkan Bandar Udara di wilayah barat Indonesia, yaitu: 35 1. Bandara Internasional Soekarno-Hatta; 2. Bandara Halim PerdanaKusuma; 3. Bandara Husein Sastranegara; 4. Bandara Polonia; 5. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II; 6. Bandara Sultan Syarif Kasim II; 7. Bandara Minangkabau; 8. Bandara Supadio; 9. Bandara Raja Haji Fisabilillah; 10. Bandara Sultan Thaha; 11. Bandara Depati Amir; 12. Bandara Sultan Iskandar Muda. 35 http:eprints.undip.ac.id0570240471Yuli_Sudoso_Hastono.pdf diakses tanggal 09 juli 2013 pukul 11.38 wib Universitas Sumatera Utara Bandara Internasional Polonia adalah sebuah Bandar Udara Internasional yang terletak sekitar 2 dua kilometer dari pusat kota Medan, Indonesia. Bandara ini melayani penerbangan ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Batam, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dihitung dari jumlah arus penumpang atau pengguna jasa, Polonia adalah Bandara terbesar keempat di Indonesia setelah Soekarno-Hatta, Juanda, dan Ngurah Rai. Nama Polonia berasal dari nama negara pembangunnya, Polandia Polonia merupakan nama “Polandia” dalam bahasa Latin. Sebelum menjadi Bandar Udara, kawasan tersebut merupakan lahan perkebunan milik orang Polandia bernama Michalski. Tahun 1872 dia mendapat konsesi dari pemerintah Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di Pesisir Timur Sumatera tepatnya daerah Medan. Kemudian ia menamakan daerah itu dengan nama Polonia, yang saat itu belum merdeka. Tahun 1879 karena suatu hal, konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah tangan kepada Deli Maatschappij Deli MIJ atau NV Deli Maskapai. Tahun itu terdapat kabar pionir penerbang bangsa Belanda Van Der Hoop akan menerbangkan pesawat kecilnya Fokker dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dalam waktu 20 dua puluh jam terbang. Maka Deli MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu, menyediakan sebidang lahan untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di Medan. 36 36 H. K. Martono, Op.cit, hlm 85. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1924, setelah berita pertama tentang kedatangan pesawat udara itu tidak terdengar, maka rencana kedatangan pesawat udara kembali terdengar. Mengingat waktu itu sangat pendek, persiapan untuk lapangan terbang tidak dapat dikejar, akhirnya pesawat kecil yang diawaki Van Der Hoop yang menumpangi pesawat Fokker, bersama VN Poelman dan Van Der Broeke mendarat di lapangan pacuan kuda yakni Deli Renvereeniging, disambut Sultan Deli, Sulaiman Syariful Alamsyah. Setelah pesawat pertama mendarat di Medan, maka asisten Residen Sumatera Timur Mr. CS Van Kempen mendesak pemerintah Hindia Belanda di Batavia, agar mempercepat mengirim dana untuk menyelesaikan pembangunan lapangan terbang Polonia. Pada tahun 1928, lapangan terbang Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya enam pesawat udara milik KNILM, anak perusahaan KLM, pada landasan yang masih darurat berupa tanah yang dikeraskan. Mulai tahun 1930, Perusahaan penerbangan Belanda KLM serta anak perusahaannya KNILM membuka jaringan penerbangan ke Medan secara berkala. Pada tahun 1936 lapangan terbang Polonia untuk pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu runway sepanjang 600 meter. Pada tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama Departemen Pertahanan dan Keamanan Departemen Perhubungan dan Departemen Keuangan, pengelolaan pelabuhan udara Polonia menjadi hak pengelolaan bersama antara Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Dan mulai 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1985, Universitas Sumatera Utara pengelolaan pelabuhan udara Polonia diserahkan kepada Perum Angkasa Pura yang selanjutnya mulai 1 Januari 1994 menjadi PT Angkasa Pura II PerseroMedan. 37 37 Ibid, hlm 89. Universitas Sumatera Utara

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA BANDAR

UDARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa Bandar Udara