B. Bentuk-Bentuk Kerugian yang Dialami Pengguna Jasa Bandar Udara
Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua pihak, yaitu pengangkut dalam hal ini adalah perusahaan atau maskapai
penerbangan dan pihak pengguna jasa atau konsumen. Pengguna jasa dalam hal ini adalah operator penerbangan, penumpang pelanggan Airlines dan
pengusaha toko. Para pihak tersebut terikat oleh suatu perjanjian, yaitu perjanjian
pengangkutan. Sebagaimana layaknya suatu perjanjian yang merupakan manifestasi dari hubungan hukum yang bersifat keperdataan maka
didalamnya terkandung hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi.
Pada prinsipnya kegiatan pengangkutan udara merupakan hubungan hukum yang bersifat perdata akan tetapi mengingat transportasi udara telah
menjadi kebutuhan masyarakat secara luas maka diperlukan campur tangan pemerintah dalam kegiatan pengangkutan udara yaitu menentukan
kebijakan-kebijakan atau regulasi yang berhubungan dengan kegiatan pengangkutan udara sehingga kepentingan konsumen pengguna jasa
transportasi udara terlindungi.
55
Meskipun perjanjian pengangkutan pada hakikatnya sudah harus tunduk pada pasal-pasal dari hukum perjanjian Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata KUH Perdata, akan tetapi oleh Undang-Undang telah ditetapkan berbagai peraturan khusus yang bertujuan untuk kepentingan
55
E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Penumpang Menurut Hukum Udara Indonesia
, Jurnal Hukum Bisnis Vol.25, Jakarta, 2006, Hlm 15.
Universitas Sumatera Utara
umum membatasi kebebasan dalam hal membuat perjanjian pengangkutan yaitu meletakkan kewajiban khusus kepada pihaknya pengangkut yang tidak
boleh disingkirkan dalam perjanjian.
56
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tidak semata-mata memberikan perlindungan kepada konsumen saja tetapi memberikan
perlindungan masyarakat publik pada umumnya, mengingat setiap orang adalah konsumen.
Bentuk kerugian yang biasa dialami oleh pengguna jasa Bandar Udara terutama pada Bandar Udara Polonia Medan adalah bentuk ketidakpuasan
terhadap pelayanan dari pihak pengelola Bandar Udara. Contohnya seperti pengenaan retribusi berupa airport-text sebesar Rp. 35.000,- tiga puluh lima
ribu rupiah perjalanan dalam negeri dan Rp. 75.000,- tujuh puluh lima ribu rupiah perjalanan luar negeri.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak pengelola Bandar Udara Polonia General Manager Angkasa Pura II Medan bahwa
pengenaan biaya airport-text dilakukan oleh pihak Bandara sebagai biaya atas pelayanan dan fasilitas yang disediakan oleh pihak Bandara kepada
pengguna jasa selama pengguna jasa tersebut berada di kawasan Bandar Udara dan karena dijamin keamanan pengguna jasa selama berada di dalam
Bandar Udara. Jika dalam hal pemberian fasilitas dan pelayanan pihak pengelola
Bandar Udara masih dianggap kurang profesional, maka disini terjadi
56
R. Surbekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya, Bandung, 1995, hlm 71.
Universitas Sumatera Utara
ketidakpuasan pada pengguna jasa karena pihak pengguna jasa merasa dirugikan.
Apabila terjadi kerugian terhadap penumpang danatau pengguna jasa maka akan diganti oleh pihak pengelola Bandar Udara dengan
menggunakan asuransi yaitu asuransi Jasa Raharja.
C. Tanggung Jawab PT Angkasa Pura II Persero Terhadap Kerugian