Hak-Hak Tenaga Kerja Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja

29 Didalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat reproduksi utamanya dalam proses produksi adalh tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran ciri khas hubungan kerja tersebut diatas ialah bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah.

2.3.1 Hak-Hak Tenaga Kerja

1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan 2. Tiap tenaga kerja berhak memilih atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. 3 Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan dan keahlian dan kejujuran untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan kerja, sehingga potensi dan daya kerjanya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembinaan bangsa. 4. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan , pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Universitas Sumatera Utara 30 5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja. 6. Tiap tenaga kerja berhak atas pembatasan waktu kerja, istarahat, cuti dan libur. 7. Tiap tenaga kerja berhak untuk mogok. 8. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan dari tindakan PHK. Diananto,2012.http:www.slideshare.netpukptdaido8-hak-pekerja diakses pada tanggal 18 November 2013 pukul 22.35 WIB

2.3.2 Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja

Menurut Undang – undang No. 13 Tahun 2003 BAB XII pasal 151 mengenai prosedur pemutusan hubungan kerja adalah sebagai berikut: 1. Pengusaha, pekerjaburuh, serikata pekerjaserikata buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. 2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerjaserikat buruh atau dengan pekerjaburuh apabila pekerjaburuh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh. 3. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerjaburuh setelah memperoleh penetapan dari Universitas Sumatera Utara 31 lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial http:pendidikan- diy.go.idfileuuuu_13_2003.pdf, yang diakses pada hari Jumat, tanggal 06 januari 2012, pukul 20:34 WIB.

2.4 Sosial Ekonomi