BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hortikultura berasal dari bahasa Latin, yaitu Hortus dan Colere. Hortus bermakna kebun, sedangkan Colere berarti membudidayakan to Cultivate.
Dengan demikian hortikultura mengandung arti membudidayakan tanaman di kebun atau di sekitar tempat tinggal. Hortikultura dalam terjemahan bebas dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman yang intensif dan produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan, bahan-
bahan obat empon-empon, bahan bumbu tanaman rempah, bahan penyegar atau penyedap dan sebagai pelindung serta memberikan kenyamanan pada
lingkungan tanaman hias. Menurut Rahim dan Hastuti 2007, subsektor tanaman hortikultura horticulture merupakan cabang ilmu pertanian yang
membicarakan masalah budidaya tanaman yang menghasilkan buah, sayuran, tanaman hias serta rempah-rempah dan bahan baku obat tradisional.
Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk
mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto
PDB. Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa
tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan. Data perkembangan PDB Hortikultura berdasarkan kelompok komoditi dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Berdasarkan Kelompok Komoditi Tahun 2003 – 2006
Kelompok Komoditi Nilai PDB Milyar Rp
Persentase Peningkatan
2003 2004
2005 2006
Buah-buahan Sayuran
Tanaman Biofarmaka Tanaman Hias
28.246 20.573
565 4.501
30.765 20.749
722 4.609
31.694 22.630
2.806 4.662
35.448 24.694
3.762 4.734
7,23 5,83
40,48 1,67
Hortikultura 53.885
56.845 61.792
68.639 13.80
Sumber: Dirjen Hortikultura, 2003-2006
Berdasarkan Tabel 1, nilai PDB tanaman hias pada tahun 2006 paling tinggi dari periode tiga tahun sebelumnya, dengan nilai Rp 4.734 miliar pada
tahun tersebut atau meningkat dari tahun 2005, 2004, dan 2003 yakni masing- masing Rp 4.662 miliar, Rp 4.609 miliar, dan Rp 4.501 miliar. Rata-rata
peningkatan PDB tersebut sekitar 1,67 persen, untuk buah-buahan meningkat 7.23 persen, sayuran 5.83 persen dan komoditi tanaman biofarmaka meningkat sebesar
40,48 persen. Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari
tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik Sudarmono,
1997. Jadi tanaman dapat dikelompokkan sebagai tanaman hias apabila tanaman itu memiliki keindahan. Secara umum keindahan suatu tanaman terletak pada
organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan bunganya. Sehingga muncul istilah tanaman hias daun dan tanaman hias bunga.
Tanaman hias mempunyai manfaat sebagai sumber pendapatan petani tanaman hias maupun pedagang tanaman hias, serta memperluas lapangan kerja.
Manfaat lain dari tanaman hias, yaitu menciptakan kesegaran kenyamanan, kesejukan dan keindahan maupun kesehatan lingkungan. Tanaman hias
mempunyai nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga dan kerangka
tanaman. Selanjutnya, tanaman sebagai sumber oksigen yang diperlukan untuk kehidupan. Selain itu penataan tanaman dan jenis pada tanaman yang tepat akan
menghantarkan estetikanya. Jadi, tanaman hias itu sendiri mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2003-2006, jumlah ekspor tanaman hias tanaman Anggrek, Krisan, dan tanaman hias lainnya di
Indonesia mengalami fluktuasi. Data tahun 2003 menunjukkan jumlah volume ekspor sebesar 681.928 kg, tahun 2004 sebesar 14.065.154 kg dan sampai dengan
tahun 2005 jumlah ekspor menjadi sebesar 18.259.265 kg, atau meningkat rata- rata 59,06 persen per tahun. Pada tahun 2006 jumlah ekspor mengalami
penurunan sebesar 3.211.916 kg, atau 17,5 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama jumlah impor juga meningkat, tahun 2003 sebesar 123.999 kg,
tahun 2004 sebesar 806.647 kg dan tahun 2005 sebesar 1.009.391 kg, serta tahun 2006 jumlah impor sebesar 1.076.953, atau meningkat rata-rata 37,1 persen per
tahun. Namun demikian jumlah ekspor tetap lebih besar dari impor, artinya Indonesia sampai dengan tahun 2006 masih termasuk negara pengekspor tanaman
hias. Adapun perkembangan volume ekspor impor tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2006 Tahun
Ekspor Impor
Volume kg Nilai US
Volume kg Nilai US
2003 2004
2005 2006
681.928 14.065.154
18.259.265 15.047.349
1.387.337 12.914.439
15.027.410 16.331.671
123.999 806.647
1.009.391 1.076.953
376.295 1.185.705
1.848.998 1.563.464
Sumber : Badan Pusat Statistik 2003-2006
Berdasarkan Tabel 2, volume ekspor tanaman hias dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan dan tahun 2006 volumenya menurun,
namun nilainya tetap meningkat. Hal ini karena nilai tukar mata uang rupiah meningkat dari Rp 9.640,- per dolar pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp
10.545,- per dolar pada tahun 2006. Tanaman hias merupakan komoditi yang unik. Semakin unik jenis tanaman hias tersebut, maka harganya akan cenderung
semakin mahal. Jumlah permintaan akan tanaman hias setiap saat berubah, tergantung
dengan trend dan selera konsumen sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat. Perubahan jumlah permintaan juga dipengaruhi oleh adanya perayaan-perayaan
hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan Imlek atau hari- hari besar lainnya. Potensi pasar yang cukup bagus, baik itu pasar domestik
maupun internasional membuat petani berusaha meningkatkan produksinya. Data jumlah total produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2003-2007, dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007
NO KOMODITAS
Produksi Tangkai
2003 2004
2005 2006
2007
1 Anggrek
6.904.109 8.027.720
7.902.403 10.903.444
10.166.276 2
Anthurium 1.263.770
1.285.061 2.615.999
2.017.534 1.975.682
3 Anyelir
2.391.113 1.566.931
2.216.123 1.781.046
1.981.308 4
Gerbera Herbras 3.071.903
3.411.126 4.065.057
4.874.098 4.826.233
5 Gladiol
7.114.382 16.686.134
14.512.619 11.195.483
9.625.047 6
Heliconia 681.920
804.580 1.131.568
1.390.117 1.312.181
7 Krisan
27.406.464 27.683.449
47.465.794 63.716.256
77.115.151 8
Mawar 50.766.656
61.540.963 60.719.517
40.394.027 43.788.396
9 Sedap Malam
16.139.563 37.516.879
32.611.284 30.373.679
63.292.795 JUMLAH
115.739.880 158.522.843
173.240.364 166.645.684 214.083.069
10 Dracaena
1
2.553.020 1.082.596
1.131.621 905.039
1.910.270 11
Melati
2
15.740.955 29.313.103
22.552.537 24.795.996
29.822.895 12
Palem
3
668.154 530.325
751.505 986.340
922.639
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003 - 2007 Ket:
1
Satuan Produksi dalam Batang
2
Satuan Produksi dalam Kg
3
Satuan Produksi dalam Pohon
Pada Tabel 3, tercatat bahwa jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias cenderung fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen
terhadap jenis-jenis tanaman hias berubah-ubah, artinya bunga yang ramai diminati oleh konsumen bersifat musiman. Jumlah produksi tanaman hias yang
cenderung meningkat adalah jenis Krisan. Sedangkan untuk jenis Gerbera Herbras cenderung stabil, artinya permintaan konsumen terhadap Gerbera
Herbras relatif stabil. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra
produksi tanaman hias. Hal ini disebabkan Jawa Barat mempunyai keadaan alam yang mendukung dan topografi yang cocok untuk budidaya tanaman hias. Pusat
atau sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat antara lain: Bogor, Garut, Bandung dan Sukabumi. Jenis tanaman hias yang banyak diproduksi di Kota
Bogor antara lain: Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Heliconia, dan daerah Garut biasanya banyak memproduksi tanaman hias, seperti: Anggrek, Palem, Melati,
Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline. Bandung memproduksi tanaman hias seperti: Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium,
Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera, dan daerah Sukabumi banyak memproduksi tanaman hias seperti: Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus,
Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Heliconia, Cycas, Pakis. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis tanaman hias yang diproduksi masing-masing daerah di Jawa
Barat dapat dilihat pada Lampiran 1. Anthurium merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak diproduksi di Jawa Barat, karena banyak diminati
konsumen. Jumlah produksi tanaman hias Anthurium dari masing-masing daerah di Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kota Bogor mempunyai banyak tempat wisata, sehingga Kota Bogor disebut juga sebagai Kota Wisata. Hal ini merupakan peluang bagi pedagang
tanaman hias untuk menjual tanaman hias kepada para wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Kota Bogor, selain sebagai Kota Wisata juga
merupakan sentra produksi tanaman hias, karena didukung dengan iklim dan topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Hal ini juga salah
satu faktor pendukung dalam usaha penjualan tanaman hias yang dilakukan para pedagang tanaman hias yang memanfaatkan jalan di sepanjang jalur hijau di Kota
Bogor. Data jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2005-2007 NO.
KOMODITI Jumlah Produksi
2005 2006
2007
1. 2
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. Anggrek
Anthurium Anyelir
Gerbera Gladiol
Heliconia Krisan
Mawar Sedap Malam
65.215 49.871
30.752 39.025
39.017 27.693
17.163 26.247
69.390 26.460
43.200 9.000
28.700 30.618
45.080 23.450
17.100 24.850
17.150 42.600
7.350 17.150
25.950 35.175
15.750 12.750
27.300
Jumlah 364.373
248.458 201.175
10. 11.
12. Dracaena
1
Melati
2
Palem
3
4.200 45.437
9.925 10.500
6.300 15.200
39.200 21.350
5.800 Sumber: Dinas Agribisnis Kota Bogor, 2005-2007 data diolah
Ket:
1
Satuan Produksi dalam Batang
2
Satuan Produksi dalam Kg
3
Satuan Produksi dalam Pohon
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan. Jenis
tanaman yang jumlah produksinya meningkat, adalah jenis Dracaena. Hal ini merupakan peluang bagi petani tanaman hias di Kota Bogor agar meningkatkan
kembali jumlah produksi seperti tahun-tahun sebelumnya.
1.2 Perumusan Masalah