e. Pengeluaran total usahatani total farm expenses: nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya-biaya
yang diperhitungkan. f. Pendapatan bersih usahatani net farm income: selisih antara penerimaan
kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Secara harafiah pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai sisa dari
pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar
nilainya semakin baik. Menurut Tjakrawiralaksana 1983, pendapatan usahatani adalah jumlah
yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari
penerimaan. Pendapatan pengelola itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu: 1. Imbalan jasa manajemen, ”upah” atau honorarium petani sebagai
pengelola. 2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha.
Inilah yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam pengertian ekonomi perusahaan.
3.1.2 LabaPendapatan Maksimum
Nicholson 2001, menyatakan bahwa dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan akan menjual barang pada berbagai tingkat output Q. Dari penjualan
pengusaha akan menerima pendapatan revenue sebanyak P Q.Q = R Q. Terlihat bahwa besar penerimaan tergantung pada jumlah barang yang terjual.
Dalam produksinya, dibutuhkan biaya besar C Q, yang jumlahnya juga
tergantung dari jumlah barang yang diproduksi. Perbedaan antara penerimaan total dengan biaya inilah yang disebut laba. Lebih jelas lagi, laba yang diterima
adalah: Q = P Q. Q – C Q = R Q – C Q. 3.1 Kondisi syarat pertama untuk memilih nilai Q yang memberikan laba yang paling
maksimum adalah apabila derivative, atau turunan pertama dari equasi terhadap Q sama dengan nol, yaitu:
d dR dC =
’
Q = -
= 0 3.2 dQ dQ dQ
sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi syarat pertama untuk laba maksimum adalah:
dR dC = 3.3
dQ dQ
Secara sederhana ini berarti bahwa untuk memperoleh laba yang paling maksimum, maka peneriman ekstra, atau marjinal revenue atau MR yang
diterima dari penjualan 1 unit barang terakhir harus sama dengan biaya ekstra marginal cost = MC untuk memperoduksi 1 unit barang terakhir tersebut.
Artinya untuk memperoleh laba yang paling maksimum perusahaan akan memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal Marginal Revenue = MR
sama dengan biaya marjinal Marginal Cost = MC, MR = dRdQ = dCdQ = MC 3.4
Bila perusahaan memutuskan untuk menghasilkan output pada saat MR MC, maka laba yang diterima tidaklah maksimum, sebab dengan menghasilkan 1
unit output tambahan akan menghasilkan MR yang lebih besar dari ongkos yang harus dikeluarkan. Begitu juga jika MR MC, ongkos yang harus dikeluarkan
untuk memproduksi 1 unit barang terakhir lebih besar dari penerimaan yang akan diperoleh seandainya barang tersebut dijual. Hubungan di atas bisa dilihat
ilustrasinya pada Gambar 1. C.R
C Q = TC
R Q = TR
Q Output
Gambar 1. Total Revenue, Total Cost, Laba Maksimal Nicholson, 2001
Gambar 1, memperlihatkan fungsi-fungsi biaya dan penerimaan C dan R. Jika kita hanya memproduksi sedikit output, biaya yang mesti dikeluarkan yaitu C
Q, lebih besar dari penerimaan R Q. Makin banyak barang diproduksi, jarak antara biaya dengan penerimaan makin kecil dan kalau terus ditambah, kita akan
memperoleh laba yang positif, sebab R Q C Q. Laba yang maksimum dicapai ketika garis singgung TR dan MR sejajar.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional