50
TA = TC T. ABCD limas beraturan, maka
Δ TAC sama kaki. AP = PC P titik potong diagonal AC dan BD
Akibatnya TP
⊥
AC …………..ii Dari i dan ii di dapat :
TP
⊥
BD. TP
⊥
AC. BD dan AC berpotongan.
Jadi, TP
⊥
ABCD terbukti. Jadi, terbukti TP adalah tinggi limas beraturan T. ABCD.
2.2 Kerangka Berpikir
Matematika memegang peranan penting dalam dunia pendidikan baik sebagai objek langsung fakta, konsep, prinsip maupun objek tak langsung sikap
kritis, logis, dan tekun. Oleh karena itu, dalam mempelajari matematika perlu dilatih proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta yang
diketahui menuju kesimpulan, yang kemudian diharapkan menciptakan sikap kritis, logis, dan daya nalar yang tinggi bagi peserta didik yang mempelajarinya.
Namun demikian, paradigma yang berkembang saat ini adalah matematika dipandang hanya sebagai kebenaran mutlak atau roduk yang siap pakai. Peserta
didik diperlakukan sebagai objek belajar, sehingga guru lebih banyak menanamkan prosedur-prosedur matematika saja. Pembelajaran seperti ini
terkesan kurang bermakna dan membatasi pemikiran peserta didik. Akibatnya,
51
kemampuan berpikir kritis siswa yang merupakan salah satu tujuan diberikannya matematika di sekolah kurang berkembang. Hal ini jelas sangat berakibat buruk
bagi perkembangan dan kualitas pendidikan matematika ke depan. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu
meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan melibatkan secara efektif dalam
proses pembelajaran. Menuntun atau memfasilitasi peserta didik untuk belajar sehingga dapat menemukan kembali reinvent atau mengkontruksi kembali
reconstruct pengetahuannya. Salah satu pembelajaran yang efektif dan sudah teruji adalah pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL dan
Problem-Based Learning PBL. Dalam pembelajaran matematika model Contextual Teaching and
Learning CTL dan Problem-Based Learning PBL peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling
mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dimana peserta didik saling berbagi ide atau pendapat. Melalui
diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada
peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model CTL memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan
belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran, dan dapat meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir
kritis dalam matematika peserta didik. Sedangkan penelitian pada model PBL
52
menunjukkan adanya nuansa baru dalam pembelajaran matematika, pada saat belajar peserta didik lebih kreatif, aktif, bertanggung jawab dan bekerja sama
dalam kelompok. Selain itu, pembelajaran CTL dan PBL merupakan lingkungan belajar di
mana peserta didik belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran dan menyelesaikan masalah. Peserta
didik melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota
kelompoknya. Jadi, peserta didik dilatih untuk berani berinteraksi dengan teman- temannya, sehingga melalui penerapan CTL dan PBL diharapkan dapat
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Berdasarkan kerangka berpikir secara teoritis yang dikutip dari pendapat
para ahli dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan model Contextual Teaching and Learning dan model Problem-Based Learning memiliki
keunggulan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran terutama untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
2.3 Hipotesis