PENGEMBANGAN HIPOTESIS TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

xlii pelayanan kesehatan dapat dipahami. Organisasi yang hanya menekankan pada pengendalian keuangan dan mengabaikan aspek non keuangan, tidak dapat bertahan. Menurut Nurbahtiar 2003 yang melakukan pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard pada rumah sakit pemerintah dan swasta di Kotamadya Kendari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan pendekatan balanced scorecard di lihat dari aspek pelanggan, pelayanan dan administrasi, dan pertumbuhan dan pembelajaran antara rumah sakit pemerintah dan swasta di Kotamadya Kendari. Sedangkan untuk aspek keuangan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Menurut Pineno 2000 balanced scorecard merupakan suatu teknik yang representif yang digunakan dalam manajemen strategik untuk menerjemahkan misi, visi dan strategi organisasi ke dalam serangkaian ukuran kinerja yang komprehensif dan memberikan kerangka untuk mengimplementasikan manajemen strategik untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

G. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja manajemen dari aspek keuangan saja di nilai sudah tidak relevan, karena hal tersebut hanya berfokus pada pencapaian kinerja keuangan dan cenderung mengabaikan kinerja non keuangan. Dengan memperluas ukuran kinerja manajemen ke kinerja keuangan maka ukuran kinerja manajemen lebih konfrehensip. Dalam LAKIP, xliii keempat aspek balanced scorecard ini menjadi aspek yang cenderung digunakan dalam pengukuran kinerja BPKP, 2009. Demikian pula halnya pada organisasi sektor publik terutama untuk organisasi pelayanan kesehatan. Menurut Aidemark 2001 bahwa selama tahun 1990–an, pengukuran kinerja keuangan merupakan mekanisme pengendalian yang paling dominan dalam pelayanan kesehatan dan hal ini menyebabkan manajemen tergantung pada sistem yang hanya menguras sumber daya yang mengalir keluar out flow. Penekanan pada pengendalian keuangan cenderung mengabaikan aspek penting lain pada manajemen pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini, penggunaan pendekatan balanced scorecard pada organisasi pelayanan kesehatan dapat dipahami. Akuntansi manajemen konvensional, yang didasarkan pada ukuran keuangan, telah kehilangan relevansinya Johson dan Kaplan, 1987. Balanced scorecard telah dikembangkan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut Kaplan dan Norton, 1992. Pdanangan mengenai akuntansi manajemen harus dapat memberikan poin rekomendasi bagi organisasi sektor publik Lapsley dan Pettigrew, 1994. Demikian pula bagi organisasi sektor publik di Indonesia dimana keberadaan sistem pengendalian manajemen telah dikritik hampir seluruh lapisan masayarakat dan ini menjadikan pendekatan balanced scorecard terlihat sebagai suatu daya tarik yang memungkinkan untuk diterapkan pada organisasi sektor publik di Indonesia terutama pada organisasi pelayanan kesehatan. Keuntungan penggunaan balanced scorecard pada organisasi pelayanan kesehatan adalah: xliv 1. Memberikan kekutan bagi pimpinan organisasi untuk mempertimbangkan dan memperhatikan semua ukuran – ukuran operasional penting dalam satu kemasan terintegrasi. 2. Membantu menciptakan penggabungan yang penting bagi pelayanan kesehatan agar dapat di kelola seperti bagian lain pada proses bisnis. 3. Secara signifikan dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian kinerja yang diinginkan Birkner dan Birkner,1999. Keuntungan lain dari penggunaan pendekatan balanced scorecard adalah bahwa pendekatan ini bersifat komprehensif menyeluruh adalah bahwa pendekatan ini bersifat komprehensif menyeluruh dan koheren, tidak hanya mengukur aspek keuangan namun juga menilai aspek non keuangan. Semua perspektif atau aspek yang terdapat pada balanced scorecard saling berkaitan dan berhubungan dengan tujuan organiisasi yang ingin dicapai Mulyadi, 2009. Penyelarasan merupakan suatu integrasi sistem kunci dan proses serta respon terhadap lingkungan internal. Salah satu bentuk penyelarasan aligment adalah budaya self–aligment organization yaitu berusaha melakukan penyelarasan dengan secara terus menerus melakukan pemantauan terhadap dirinya sendiri organisasi yang bersangkutan dan lingkungan luar untuk mengidikasikan bahwa dirinya masih berada pada jalan yang tepat. Pengukuran kinerja dapat digunakan untuk memantau dan menetapkan budaya self aligment. Balanced scorecard merupakan ukuran yang seimbang antara pelanggan, pegawai, proses internal dan keuangan yang digunakan secara bersama untuk tujuan organisasi Nurbahtiar, 2003. xlv Seperti halnya dengan inovasi lainnya, balanced scorecard dapat diharapkan melewati sebuah daur hidup produk, yaitu pengenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Dalam pemelihara kesehatan balanced scorecard masuk kedalam fase pertumbuhannya. Organisasi pelayanan kesehatan telah menghadapi banyak masalah implementasi yang sama seperti organisasi industri lain, mereka harus memenuhi tantangan yang unik untuk mengadopsi balanced scorecard ke dalam lingkungan perawatan kesehatan. Sebagai contoh, hubungan staf kesehatan dengan kualitas perawatan merupakan atribut yang penting dari kinerja rumah sakit yang mungkin sulit untuk diukur, diinterprestasikan, dibandingkan dengan organisasi–organisasi lain. Otonomi profesional para dokter dan pentingnya hasil jangka panjang merupakan pelayanan kesehatan yang mempunyai analog dalam industri lain Imelda, 2004. Penelitian sebelumnya Grifith et al. 2002 menunjukkan bahwa dari 9 ukuran yang di uji dan di evaluasi arus kas, perputaran asset, mortality, complication, leng of in patient stay, biaya per kasus, accupancy, change in accupancy dan persontase pendapatan dari perawatan pasien rawat jalan terdapat 7 ukuran arus kas, perputaran asset, mortality, complication, leng of in patient stay, biaya per kasus, accupancy yang sangat berguna untuk digunakan dalam mengevaluasi kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan ukuran ini menunjukan kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan mengidentifikasi kesempatan yang ada sehingga menjadikan organisasi lebih bermanfaat. Menurut Youseff et al. 1996 yang dikuti Lim dan Tang 2001 rumah sakit memberikan tipe pelayanan yang sama tetapi kualitas pelayanan berbeda. xlvi Penggunaan pelayanan kesehatan di masa sekarang ini, banyaknya alternatif yang ditawarkan dan cenderung untuk memilih organisasi pelayanan yang dapat memenuhi harapan pengguna jasa maka rumah sakit pemerintah harus menyadari hal ini agar dapat bersaing dengan rumah sakit swasta. Perbedaan tarif antara rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta mengidentifikasikan adanya perbedaan antara kedua jenis rumah sakit ini dalam kepuasan pasien, proses pelayanan dan administrasi, pertumbuhan dan pembelajaran, dan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis: H 1a = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja pelanggan yang signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–Eks Karesidenan Surakarta. H 1b = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja pelayanan dan administrasi yang signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se– Eks Karesidenan Surakarta. H 1c = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja pertumbuhan dan pembelajaran yang signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se– Eks Karesidenan Surakarta. H 1d = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja keuangan yang signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–Eks Karesidenan Surakarta. xlvii

H. KERANGKA PEMIKIRAN