fungsi usaha. Dimana kualitas harus memiliki kesesuaian dengan konsumen atau bisa disebut juga Kualitas Kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai
dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu. Douglas C. Montgomery, 1998, hal 2
Selain itu, kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus- menerus continous improvement process yang dapat diukur, baik secara
individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja nasional. Perbaikan kualitas lebih dari suatu strategi usaha, melainkan suatu tanggung jawab pribadi setiap
perusahaan. Komitmen terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan dan didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta
mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota masyarakat. Kualitas harus dibangun sejak awal, dari penerimaan input hingga
perusahaan menghasilkan output bagi pelanggannya. Setiap tahapan dalam proses produksi maupun proses penyediaan jasa atau pelayanan juga harus berorientasi
pada kualitas tersebut. Ariani W. Dorothea, 2003, hal 9
2.1.1. Pengendalian Kualitas
Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunaannya. Parameter – parameter ini biasanya
dinamakan ciri – ciri kualitas . Ciri – ciri kualitas menurut Douglas C. Montgomery, 1998 : 3, ada beberapa jenis:
1. Fisik : panjang, voltage, kekentalan.
2. Indera : rasa, penampilan, warna.
3. Orientasi : waktu, keandalan dapatnya dipercaya , dapatnya
dipelihara, dapat dirawat. Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang
dengan aktivitas itu kita ukur ciri –ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standart.
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan – kumpulan aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan
konsumen yang dilaksanakan mulai saat produk dirancang, diproses sampai seleksi didistribusikan ke konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain
akan meliputi hal – hal berikut : 1.
Perencanaan kualitas pada saat merancang produk dan proses pembuatannya.
2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang
dipakai dalam proses produksi. 3.
Pengamatan terhadap performans produk. 4.
Membandingkan performans yang dihasilkan dengan standart yang berlaku.
5. Analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat – cacat yang
dijumpai pada produk yang dihasilkan.
2.1.2. Tujuan Pengendalian Kualitas
Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk memberikan jaminan kualitas yang sebaik – baiknya kepada konsumen sehingga didapatkan kepercayaan dari
konsumen. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah Sofjan Assauri : 1978 :
1. Agar barang atau produk hasil produksi dapat mencapai standart mutu
yang telah ditetapkan. 2.
Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan seminimum
mungkin. 4.
Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. Tujuan pokok pengendalian mutu statistik adalah menyelidiki dengan
cepat terjadinya sebab – sebab terduga sedemikian sehingga tindakan pembetulan dapat dilakukan secara dini. Montgomery : 1998.
Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan tersebut akan mempunyai kemampuan dalam hal :
1. Meningkatkan produktivitas
Dengan adanya pengendalian kualitas maka mengurangi buangan sehingga produktivitas bertambah.
2. Pencegahan Cacat Lebih Besar Dengan adanya pengendalian kualitas maka pengendalian proses akan
terpelihara dengan konsisten.
3. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu pengendalian kualitas, Dapat membedakan antara gangguan dasar dan variasi terduga.
4. Memberikan Informasi Tentang Proses Dengan adanya pengendalian kualitas maka informasi tentang
perubahan proses dan parameter yang penting dapat diketahui.
2.1.3. Manfaat Pengendalian Kualitas