26
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen videotherapy meliputi video, LCD, klien, dan buku. Peneliti
sejalan dengan pendapat Hecker Lorna terkait komponen videotherapy.
3. TahapanProses Pembuatan Videotherapy
Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin 2012 menyatakan terdapat lima tahapan pokok dalam proses pembuatan
videotherapy, yaitu:
a. Text-writing scenery preparation, in which the cild learns how to
prepare a story board. b.
Directing, in which the cild directs others, maybe children or patients, parents, sibling, members of the medical staff.
c. Filming.
d. Editing, such as considering that the movie can be used as a
therapeutic tool in the future. e.
Screening. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tahapan membuat
videotherapy dimulai dari membuat teks yang berisi jalan cerita kemudian
arahan, pembuatan film, perbaikan, dan penayangan film. Namun dalam contoh penerapan terapi video, setelah dilakukan penayangan video, anak
berdiskusi secara mandiri atau kelompok untuk memperbaiki pengetahuan anak dan mengambil nilai dalam video tersebut.
Sedangkan menurut Hecker Lorna 2012: 225-226, tahapan dalam videotherapy
sebagai berikut: a.
Menonton video b.
Menuliskan tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan di buku.
27
c. Diberikan kesempatan untuk bertanya.
d. Terapis memberikan pemahaman dan berdiskusi tentang video tadi.
Ketika membuat dan memilih sebuah film atau video juga memperhatikan beberapa hal. Cornet dan Cornet dalam Hecker Lorna,
2012: 225 berpendapat bahwa “That the literature used in bibliotherapy should promote optimism, humor, abstract thinking, values clarification,
empathy, and creative problem sivorce-related issues are stepmom. Pendapat tersebut menyarankan bahwa dalam video mengandung optimis,
humor, berpikir abstrak, mengandung maksud, empati, dan kreatif. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, peneliti sejalan dengan pendapat
Hecker Lorna yang menyatakan tahapan dalam videotherapy dimulai dari menonton video, menuliskan tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan di
buku, diberikan kesempatan untuk bertanya, dan terapis memberikan pemahaman dan berdiskusi tentang video tadi.
4. Fungsi Videotherapy
Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin 2012
menyatakan bahwa fungsi videotherapy sebagai berikut:
a. It provides distraction, which helps to alleviate pain and anxiety.
b. It provides catharsis by enabling the child to express his or her
innermost fears and problems by means of unconscious project and symbolic representations in the video plot and images.
c.
Improving the childs mood and quality of medical care services.