Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

3. Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Dalam sistem presidential, presiden sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan, pada dasarnya tidak dapat diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya, kecuali dengan alasan-alasan tertentu.Hal ini juga berlaku bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah. Seorang kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya tidak dapat diberhentikan sebelum berakhirnya masa jabatannya, 49 a. Meninggal dunia terkecuali sebagaimana diatur dalam pasal 78 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu apabila: Kepala daerah danatau wakil kepala daerah berhenti karena: b. Permintaan sendiri c. Diberhentikan Pemberhentian Kepala daerah danatau wakil kepala daerah karena diberhentikan dapat dilakukan karena: a. Berakhir masa jabatannya b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 enam bulan c. Dinyatakan melanggar sumpahjanji jabatan kepala daerahwakil kepala daerah d. Tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 49 Abdullah Rozali, Op Cit, hal. 36. e. Melanggar larangan bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat 1, kecuali huruf c, huruf i, dan huruf j f. Melakukan perbuatan tercela; g. Diberi tugas dalam jabatan tertentu oleh Presiden yang dilarang untuk dirangkap oleh ketentuan peraturan perundang-undangan; h. Menggunakan dokumen danatau keterangan palsu sebagai persyaratan pada saat pencalonan kepala daerahwakil kepala daerah berdasarkan pembuktian dari lembaga yang berwenang menerbitkan dokumen; danatau i. Mendapatkan sanksi pemberhentian. Pemberhentian kepala daerah danatau wakil kepala daerah karena meninggal,permintaan sendiri dan diberhentikan hanya pada huruf a dan b diumumkan oleh pimpinan DPRD dalam rapat paripurna dan diusulkan oleh pimpinan DPRD kepada Presiden melalui Menteri untuk gubernur danatau wakil gubernur serta kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk bupati danatau wakil bupati atau walikota danatau wakil wali kota untuk mendapatkan penetapan pemberhentian. 50 Dalam hal pemberhentian kepala daerah danatau wakil kepala daerah, pimpinan DPRD tidak dimaksudkan untuk mengambil keputusan pemberhentian kepala daerah danatau wakil kepala daerah. Namun dalam hal ini presiden yang memberhentikan gubernur danatau wakil gubernur atas usul menteri, dan menteri memberhentikan bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota atas usul gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Begitu juga terhadap bupati dan walikota, gubernur tidak dimaksudkan untuk mengambil keputusan 50 Ketentuan pasal 79 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. dalam hal pemberhentian bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota. Mengenai pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah karena dinyatakan melanggar sumpah atau janji jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah, tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan melanggar larangan bagi kepala daerah danatau wakil kepala daerah, dilaksanakan dengan ketentuan: 51 a. Pemberhentian kepala daerah danatau wakil kepala daerah diusulkan kepada presiden untuk gubernur danatau wakil gubernur serta kepada menteri untuk bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota berdasarkan putusan Mahkamah Agung atas pendapat DPRD bahwa kepala daerah danatau wakil kepala daerah dinyatakan melanggar sumpahjanji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah danatau wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud untuk menaati seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan, atau melanggar larangan bagi kepala daerah danatau wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat 1, kecuali huruf c, huruf i , huruf j , danatau melakukan perbuatan tercela. b. Pendapat DPRD sebagaimana dimaksud pada huruf a diputuskan melalui Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri oleh paling sedikit 34 tiga perempat dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 23 dua pertiga dari jumlah anggota DPRD yang hadir. c. Mahkamah Agung wajib memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPRD tersebut paling lambat tiga puluh hari setelah permintaan DPRD diterima Mahkamah Agung dan putusannya bersifat final. 51 Ketentuan pasal UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. d. Apabila Mahkamah Agung memutuskan bahwa kepala daerah danatau wakil kepala daerah terbukti melanggar sumpahjanji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b, atau melanggar larangan bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat 1, kecuali huruf c, huruf i, huruf j, danatau melakukan perbuatan tercela, pimpinan DPRD menyampaikan usul kepada presiden untuk pemberhentian gubernur danatau wakil gubernur dan kepada menteri untuk pemberhentian bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota. e. Presiden wajib memberhentikan gubernur danatau wakil gubernur paling lambat tiga puluh hari sejak presiden menerima usul pemberhentian tersebut dari pimpinan DPRD. f. Menteri wajib memberhentikan bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota paling lambat tiga puluh hari sejak menteri menerima usul pemberhentian tersebut dari pimpinan DPRD. Dengan adanya ketentuan sebagaimana diatur pada pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, seorang kepala daerah danatau wakil kepala daerah tidak dapat lagi diberhentikan secara sewenang-wenang oleh DPRD melalui voting, tanpa adanya suatu proses hukum, untuk membuktikan kesalahan dari kepala daerah danatau wakil kepala daerah yang bersangkutan. Ketentuan ini mirip dengan proses impeachment sebagaimana berlaku di Amerika Serikat. 52 Seorang kepala daerah danatau wakil kepala daerah diberhentikan sementara oleh presiden tanpa melalui usulan DPRD apabila, kepala daerah 52 Abdullah Rozali, Op Cit, hal. 39. danatau wakil kepala daerah didakwa melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat lima tahun, tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, tindak pidana terhadap keamanan negara, danatau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Putusan pengadilan yang yang dimaksud adalah putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Kepala daerah danatau wakil kepala daerah yang menjadi terdakwa diberhentikan sementara berdasarkan register perkara di pengadilan. Apabila kepala daerah diberhentikan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, jabatan kepala daerah digantikan oleh wakil kepala daerah sampai pada berakhirnya masa jabatannya dan proses pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan rapat paripurna DPRD dan disahkan oleh presiden. Sebaliknya apabila wakil kepala daerah yang sisa masa jabatannya lebih delapan belas bulan diberhentikan, kepala daerah mengusulkan dua orang calon wakil kepala daerah, untuk dipilih oleh rapat paripurna DPRD, berdasarkan usul partai politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. 53 Dalam hal apabila kepala daerah danatau wakil kepala daerah yang diberhentikan sementara tanpa melalui usulan DPRD telah melalui proses peradilan, ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan, maka paling lambat 30 hari terhitung sejak diterimanya pemberitahuan putusan pengadilan, Presiden mengaktifan kembali dan merehabilitasi gubernur danatau wakil gubernur yang bersangkutan, dan menteri mengaktifkan kembali dan 53 Ibid.Hal. 43. merehabilitasi bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota yang bersangkutan. Merehabilitasi dalam ketentuan ini adalah pemulihan nama baik dan pemenuhan hak keuangan. Apabila diperlukan tindakan penyelidikan dan penyidikan terhadap kepala daerah danatau wakil kepala daerah, yang diduga terlibat dalam suatu tindak pidana, tindakan penyidikan yang dilanjutkan dengan penahanan terhadap gubernur danatau wakil gubernur memerlukan persetujuan tertulis dari Presiden dan terhadap bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota memerlukan persetujuan tertulis dari Menteri. Jika persetujuan tertulis tidak diberikan oleh Presiden atau Menteri dalam waktu paling lama 30 hari, terhitung sejak diterimanya permohonan, proses penyelidikan dan penyidikan dapat dilaksanakan. Peretujuan tertulis Presiden atau Menteri dalam hal ini tidak diperlukan apabila: a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan b. Disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau telah melakukan tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara. Setelah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilanjutkan dengan penahanan telah dilakukan, penyidik wajib melaporkan kepada Presiden untuk gubernur danatau wakil gubernur dan kepada Menteri untuk bupati danatau wakil bupati atau wali kota danatau wakil wali kota paling lambat dalam waktu 2 dua kali 24 dua puluh empat jam sejak dilakukan penyidikan yang dilanjutkan dengan penahanan. BAB III PELAKSANAAN SISTEM PEMILUKADA

A. Dasar Yuridis Pelaksanaan PEMILUKADA

Dokumen yang terkait

Pengawasan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

3 97 90

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU) DALAM SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

0 2 90

KEWENANGAN PEMBATALAN PRODUK HUKUM DAERAH OLEH PEMERINTAH DITINJAU DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI.TAHUN 1945.

0 4 26

Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah (Studi Kasus Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Te

0 3 14

Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah (Studi Kasus Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah (Studi Kasus Implik

0 3 15

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA PELAKSANAAN UNDANG UNDANG OTONOMI DAERAH

0 3 97

PERBANDINGAN PENGATURAN ABORSI MENURUT UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU DI INDONESIA.

1 3 18

BAB II PEMERINTAH DAERAH A. Pemberian Kekuasaan Yang Diberikan Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah - Pelaksanaan Sistem Pemilukada Dalam Implikasi Pertanggungjawaban Terhadap Pemerintah Ditinjau Dari Undang-

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Sistem Pemilukada Dalam Implikasi Pertanggungjawaban Terhadap Pemerintah Ditinjau Dari Undang-Undang Pemerintah Daerah Yang berlaku Di Indonesia

0 0 30

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 20TAHUN 2008 DI KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 13