Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Keaslian Penulisan Metode Penelitian

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok yang menjadi bahan dalam skripsi ini yaitu: 1. Bagaimanakah pengaturan dalam pembagian urusan pemerintahan yang diberikan Pemerintah Pusat kepada daerah? 2. Bagaimanakah pengaturan sistem Pemilukada di Indonesia saat ini? 3. Bagaimana implikasi pertanggungjawaban Kepala daerah kepada Pemerintah?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui dan memahami pembagian urusan pemerintahan yang diberikan Pemerintah Pusat kepada daerah. 2. Mengetahui,memahami, dan menganalisis sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah. 3. Mengetahui, memahami, dan menganalisis pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada pemerintah pusat.

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan penelitian yang dilakukan ini akan memberikan manfaat antara lain:

1. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapkan bermanfaat sebagai tambahan dokumentasi dalam segi hukum terhadap persoalan sistem pemilihan kepala daerah serta dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan Hukum Tata Negara dalam penyelenggaraan negara dan pemerintah.

2. Secara Praktis

Penulisan ini ditujukan kepada segenap kalangan, baik itu praktisi hukum, aparat penegak hukum, para penyelenggara Negara, dan semua pihak yang ingin mengetahui bagaimana tinjauan terhadap sistem pemilihan kepala daerah. Penulisan ini juga dapat bermanfaat umumnya terhadap segenap pimpinan partai politik dan kadernya yang turut meramaikan panggung politik di Indonesia terutama para anggota Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat juga khususnya terhadap setiap orang yang menjalankan tugas sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Daerah, serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disetiap daerah provinsi di Indonesia, agar mengetahui bagaimana tinjauan sistem pemilihan kepala daerah dalam pertanggungjawabannya terhadap pemerintah di Indonesia.

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “PELAKSANAAN SISTEM PEMILUKADA DALAM IMPLIKASI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP PEMERINTAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PEMERINTAH DAERAH YANG BERLAKU DI INDONESIA” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli serta bukan plagiat ataupun diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari sebuah proses penemuan kebenaran ilmiah. Sehingga penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ada skripsi yang sama, maka akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh penulis.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Konsep Pemerintahan Daerah Dalam Negara Kesatuan.

Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah atau territorial tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souvereign. 12 12 M.Solly Lubis, Ilmu Negara, Bandung, 2007, hal. 1. .Selain negara juga diketahui sebagai integritas dari kekuasaan politik, negara juga diketahui sebagai organisasi pokok dari kekuasaan politik.Dimana Negara adalah alat agency dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam massyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Negara kesatuan disebut Negara unitaris. Ditinjau dari segi susunannya, Negara kesatuan adalah Negara yang tidak tersusun dari beberapa Negara, seperti halnya dalam Negara federasi, melainkan Negara itu sifatnya tunggal, artinya hannya ada satu Negara, tidak ada Negara didalam Negara. Jadi dengan demikian didalam Negara kesatuan itu juga hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan.Pemerintahan pusat inilah yang pada tingkat tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu dalam Negara tersebut. 13 Pndelegasian kekuasaan bukan berarti tidak ada badan pembuat undang- undang tambahan, tetapi artinya badan-badan tersebut dapat dihapuskan menurut otoritas badan pusat.Oleh karena itu dilihat dari sudut manapun makna kata badan tambahan itu tidak bisa disebut sebagai badan berdaulat tambahan.Pada akhirnya, hal ini berarti tidak mungkin muncul konflik antara otoritas pusat dan otoritas Menurut C.F.Strong, esensi dari Negara kesatuan adalah Negara yang kedaulatannya thesovereignity tidak terbagi-bagi, atau dengan kata lain kekuasaan pemerintah pusatnya tidak terbatas unrestricted karena konstitusi Negara kesatuan tidak mengakui adanya badan pembentuk undang-undang selain badan pembentuk undang-undang pusat.Apabila kekuasaan pusat berpendapat, ada baiknya mendelegasikan kekuasaan itu pada badan-badan tambahan, maka hal itu bisa dilakukan mengingat otoritas pusat memiliki kekuasaan penuh. 13 Abu Daud Busroh, Op Cit. Hal. 65. daerah yang tidak dapat diselesaikan oleh otoritas pusat karena otoritas pusat punya kekuasaan hukum untuk itu. 14 Di Indonesia sistem rumah tangga daerahnya adalah tatanan yang bersangkutan dengan cara-cara membagi wewenang, tugas dan tanggung jawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan antara pusat dan daerah. Salah satu penjelmaan pembagian tersebut adalah bahwa daerah-daerah akan memiliki sejumlah urusan pemerintahan baik atas dasar penyerahan atau pengakuan maupun yang dibiarkan sebagai urusan rumah tangga daerah. 15 Sebenarnya tujuan otonomi daerah itu sendiri adalah membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga pemerintah pusat berkesempatan mempelajari, memahami dan merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat dari padanya.Pemerintah hanya berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro nasional yang bersifat strategis.Desentralisasi diperlukan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.Sebagai wahana pendidikan politik di daerah.Untuk memelihara keutuhan negara kesatuan Apabila otonomi daerah diartikan sebagai segala tugas yang ada pada daerah, maka di dalamnya melekat kewenangan yang meliputi kekuasaan macht; bevoegdheiden, hak recht atau kewajiban plicht yang diberikan kepada daerah dalam menjalankan tugasnya.Masalahnya kewenangan mana yang diatur oleh pemerintah pusat dan kewenangan mana yang diatur oleh pemerintah daerah. 14 DR. Edie Toet Hendratno, Op.Cit hal. 45-47 Kutipan skripsi Riswendang Purba, Departemen Hukum Tata Negara, NIM 080200071 “Urgensi Otonomi Khusus Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia” hal.17. 15 Bagir Manan, Susunan Pemerintahan, Fakultas Hukum Unpad, Bandung, 1989, hlm 26. atau integrasi nasional.Untuk mewujudkan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dimulai dari daerah. Alasan lain yang didasarkan pada kondisi ideal, sekaligus memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan pemerintah daerah desentralisasi sebagaimana dinyatakan oleh The Liang Gie sebagai berikut Jose Riwu Kaho, 2001, halaman 8: 16 1. Dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani. 2. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. 3. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah desentralisasi adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan pada daerah. 4. Dari sudut kultur, desentralisasi perlu diadakan supaya adanya perhatian sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya. 16 https:imamfausi.wordpress.com20121222otonomi-daerah, diakses pada 3 Januari 2015. 5. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung dapat membantu pembangunan tersebut. Perbedaan sentralisasi dan desentralisasi terletak pada wewenang memutuskan tentang memutuskan masalah-masalah urusan Negara, diantara jabatan-jabatan yang ada. Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang menyangkut pemerintahan kepada tingkat pusat.Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.Bahkan pada zaman kerajaan, pemerintahan kolonial, maupun di zaman kemerdekaan.Istilah sentralisasi sendiri sering digunakan dalam kaitannya dengan kontrol terhadap kekuasaan dan lokasi yang berpusat pada satu titik.Sedangkan desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 17 17 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diartikan sebagai melepaskan diri dari pusat. Makna desentralisasi adalah sebagai wujud toleransi pemerintah pusat kepada daerah dalam hal pemberian kewenangan untuk melaksanakan urusan- urusan yang bisa menjadi urusan rumah tangga daerah, dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Ada beberapa hal yang menyebabkan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia menjadi tidak optimal, yaitu sebagai berikut: 1. Lemahnya pengawasan maupun check and balances. Kondisi inilah kemudian menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dan ketidak seimbangan kekuasaan dalam pelaksanaan otonomi daerah. 2. Masih banyak pemahaman yang keliru terhadap otonomi daerah, baik oleh aparat maupun oleh warga masyarakat menyebabkan pelaksanaan otonomi daerah menyimpang dari tujuan mewujudkan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera. 3. Sumber daya yang terbatas, ditambah lagi dengan tuntutan kebutuhan dana pembangunan yang cukup besar. Sehingga pemda menempuh pilihan yang membebani masyarakat daerah yang dipimpinnya. Contohnya, dengan meningkatkan objek pajak dan retribusi. 4. Adanya kesempatan seluas-luasnya yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran, malah disalah artikan. Bahkan masyarakat mengekspolitasi sumber daya alam dengan cara yang tidak benar, sehingga menimbulkan kerusakan alam dan lingkungan. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, yang seharusnya berperan mengontrol dan meluruskan segala kekeliruan implementasi Otonomi Daerah tidak menggunakan peran dan fungsi yang semestinya. 6. Kurangnya pembangunan sumber daya manusiaSumber Daya Manusia moral, spiritual intelektual dan keterampilan yang seharusnya diprioritaskan. Sumber Daya Manusia berkualitas ini merupakan kunci penentu dalam keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah. 18

2. Konsep Kedaulatan Rakyat Demokrasi

Menurut konsep ini, rakyatlah yang berdaulat dan mewakili kekuasaannya kepada suatu badan yaitu pemerintah. Bilamana pemerintah ini melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan kehendak rakyat, maka rakyat akan bertindak untuk mengganti pemerintah itu. Kedaulatan rakyat ini didasarkan pada kehendak umum yang disebut ”volonte generale” oleh J.J. Rousseau. Raja memerintah hanya sebagai wakil, sedangkan kedaulatan penuh ditangan rakyat dan tidak dapat dibagikan kepada pemerintah itu. 19 Bodin menyatakan bahwa: “Kedaulatan adalah kekuasaan mutlak dan abadi dari sebuah persemakmuran” Bodin [1576] 1992: 1. Bodin juga melanjutkan dengan membedakan antara atribut dan karakteristik kedaulatan. Atribut utama dari kedaulatan adalah kekuatan untuk memberikan hukum “tanpa persetujuan dari yang lain, baik yang lebih besar, sama, atau di bawahnya” Bodin [1576] 1992: 56. Bodin menjelaskan juga bahwa atribut kedaulatan lainnya adalah “kekuatan untuk menyatakan perang dan membuat perdamaian, kekuasaan untuk menunjuk hakim dan petugas, kekuatan untuk memungut pajak dan sebagainya,serta semua konsekuensi dari posisi sultan sebagai kepala hukum negara” Bodin [1576] 1992: 48. 20 18 http:rikiseptiawan180991.blogspot.com201207sistem-pemerintahan-daerah-di- negara_2213.html akses 08 Febuari 2015 Pukul 09.00 WIB 19 M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung, 2002, Hal. 42. 20 http:filsafat.kompasiana.com20110417konsep-kedaulatan-356402.html akses 09 Febuari 2015 Pukul 15.35 WIB Kedaulatan atau sovereigniteit menurut Jean Bodin adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum di dalam suatu negara, yang sifatnya: 21 1. Tunggal, berarti hanya negaralah yang memiliki. Di dalam negara itu tidak ada kekuasaan lainnya lagi yang berhak menentukan atau membuat undang- undang atau hukum. 2. Asli, berate bahwa kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain, tidak diturunnkan atau diberikan oleh kekuasaan lain. Misalnya provinsi atau kotapraja itu tidak memiliki kedaulatan, karena kekuasaan yang ada padanya tidak asli, sebab diperoleh oleh pusat. 3. Abadi, berarti bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi atau kedaulatan itu adalah Negara, yang menurut Jean Bodin Negara itu abadi. 4. Tidak dapat dibagi-bagi, berarti bahwa kedaulatan itu tidak dapat diserahkan kepada orang atau badan lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Istilah kedaulatan yang menunjuk pada kemerdekaan penuh suatu negara yang memiliki wibawa tertinggi ke dalam dan keluar, dan oleh karenanya negara berkedudukan sebagai pencipta tertinggi tata hukum bagi masyarakatnya, untuk pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin. 22 Prof. Padmo Wahjono, SH mengatakan ditinjau dari sudut etimologi, internal souverignty mengandung arti adanya sesuatu yang tertinggi dalam suatu Negara. External souverignty timbul dengan terjadinya hubungan antara negara 21 I Gede Pantja Astawa,Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, Bandung, PT Refika Aditama, 2009, hal. 108-109. 22 Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-Dasarnya, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1960, hal. 183. yang satu dengan negara yang lain. Dalam perkembangan lebih lanjut, sesuatu yang tertinggi dalam negara, menimbulkan adanya bermacam-macam pandangan atau teori. Adapun teori yang dimaksud adalah: 1. Bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara adalah Tuhan; 2. Bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara adalah Negara; 3. Bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara adalah Rakyat. 23 Sebelum adanya amandemen terhadap UUD 1945 negara Indonesia tetap menganut asas atau sistem kedaulatan rakyat.Hal ini terdapat pada pasal 1 ayat 2 UUD 1945, bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.Hal ini menunjukkan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga negara yang melaksanakan kedaulatan rakyat serta pemegang kekuasaan perundang-undangan. Namun setelah dilakukannya amandemen ke-4 pasal 1 ayat 2 UUD NRI 1945 mengalami perubahan, yaitu bahwa “Kedaulatan berada ditangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.Pasal ini menunjukkan bahwa rakyat ikut serta dalam menjalankan pemerintahan dimana rakyat memiliki kuasa untuk memilih para pejabat dalam menjalankan pemerintahan pusat maupun pemeritahan daerah.

3. Konsep Negara Hukum

23 Padmo Wahjono, Beberapa Masalah Ketatanegaraan Di Indonesia, Cetakan Pertama, CV Rajawali, Jakarta, 1984, hal. 83. Pancasila merupakan suatu nilai yang bersumber pada pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai nilai yang menggambarkan kepribadian dan cita-cita bangsa dan Negara Republik Indonesia, pancasila juga merupakan ideologi bangsa Indonesia.Maka dari itu harus ada sesuatu yang melindungi ideologi tersebut yaitu hukum. Secara sederhana yang dimaksud negara hukum adalah negara yang penyeleggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di dalamnya negara dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum supremasi hukum dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Mustafa Kamal Pasha,2003. 24 Hukum mempertahankan perdamaian dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti dan mengadakan keseimbangan diantaranya karena Menurut Van Apeldoorn tujuan hukum ialah mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan adil.Perdamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta dan sebagainya terhadap yang merugikannya. Kepentingan dari perorangan dan kepentingan golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain. Pertentangan kepentingan selalu menyebabkan pertikaian.Bahkan peperangan antara semua orang melawan semua orang, jika hukum tidak bertindak sebagai perantara untuk mempertahankan kedamaian. 24 https:tifiacerdikia.wordpress.comlecturelecture-5pendidikan-kewarganegaraankonsep- negara-hukum akses 09 Febuari 2015 Pukul 15.45 WIB hukum hanya dapat mencapai tujuan mengatur pergaulan hidup secara damai jika ia menuju peraturan yang adil. Artinya, peraturan yang mengandung keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang dilindungi sehingga setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya. Sebagai negara yang lahir pada zaman modern, maka Indonesia juga menyatakan diri sebagai negara hukum.Ketentuan Indonesia adalah negra hukum dapat dilihat dalam Pembukaan, Batang Tubuh, dan penjelasan UUD 1945. 1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat dalam alenia pertama kata “peri-keadilan”, dalam alenia kedua istilah “adil”, serta dalam alinea keempat perkataan-perkataan “keadilan sosial”, dan “kemanusiaan yang adil”. Semua istilah ini berindikasi pada pengertian negara hukum karena bukankah salah satu tujuan hukum itu ialah untuk mencapai keadilan. Kemudian dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat ditegaskan: “… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”. Penganutan pahan konstitusionalisme atau sistem konstitusional, sebagai yang kita saksikan nanti merupakan prinsip negara hukum. 2. Batang Tubuh UUD 1945 menyatakan bahwa negara Indonesia adalah Negara hukum. 25 25 Ketentuan pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Kemudian Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah. Ketentuan ini berarti bahwa presiden dalam menjalankan tugasnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam UUD 1945. 26 3. Penjelasan UUD 1945, yang merupakan penjelasan otentik dan menurut hukum tata Negara Indonesia, mempunyai nilai yuridis, dengan huruf besar menyebutkan Negara Indonesia berdasarkan hukum rechtsstaat tidak berdasarkan kekuasaan belaka Machtsstaat. Ketentuan terakhir ini memperjelas, apa yang secara tersirat dan tersurat telah dinyatakan dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Ketentuan ini juga diperjelas oleh pasal 27 UUD 1945 yang menetapkan segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjungjung hukum dan pemeintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini selain menjamin prinsip equality before the law, hak demokrasi yang fundamental, juga menegaskan kewajiban warga negara untuk menjungjung tinggi hukum, suatu persyaratan langgengnya negara hukum. 27 Dari perumusan dalam Undang-Undang Dasar tersebut jelas bahwa Negara Indonesia menganut prinsip-prinsip Negara hukum yang umum berlaku.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif berupa studi pustaka library research yang dilakukan dengan penelusuran bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Adapun bahan 26 Ketentuan pasal 4 UUD 1945 27 Nukthoh Arfawie Kurde, Telaah Kritis Teori Negara Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal. 21-23. hukum primer yang diteliti adalah bahan hukum yang terdiri dari Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan peraturan perundang- undangan lainnya yang pernah danatau masih diberlakukan di Indonesia. Bahan hukum sekundernya berupa buku-buku hukum ataupun buku lain yang terkait dengan tulisan ini, dan bahan hukum tersiernya adalah kamus dan artikel.

H. Sistematika Penulisan

Dokumen yang terkait

Pengawasan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

3 97 90

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU) DALAM SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

0 2 90

KEWENANGAN PEMBATALAN PRODUK HUKUM DAERAH OLEH PEMERINTAH DITINJAU DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI.TAHUN 1945.

0 4 26

Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah (Studi Kasus Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Te

0 3 14

Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah (Studi Kasus Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah (Studi Kasus Implik

0 3 15

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA PELAKSANAAN UNDANG UNDANG OTONOMI DAERAH

0 3 97

PERBANDINGAN PENGATURAN ABORSI MENURUT UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU DI INDONESIA.

1 3 18

BAB II PEMERINTAH DAERAH A. Pemberian Kekuasaan Yang Diberikan Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah - Pelaksanaan Sistem Pemilukada Dalam Implikasi Pertanggungjawaban Terhadap Pemerintah Ditinjau Dari Undang-

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Sistem Pemilukada Dalam Implikasi Pertanggungjawaban Terhadap Pemerintah Ditinjau Dari Undang-Undang Pemerintah Daerah Yang berlaku Di Indonesia

0 0 30

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 20TAHUN 2008 DI KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 13