Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Tujuan dibuatnya 2 Perppu ini bertujuan untuk mengembalikan sistem demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat 4 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka kedaulatan rakyat serta demokrasi berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat serta wajib dihormati
sebagai syarat utama pelaksanaan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung oleh rakyat.
1. Pemilihan Kepala Daerah Oleh DPRD
Pelaksanaan kedaulatan rakyat dapat dilakukan melalui sistem perwakilan. Alasan ini bisa diterima jika saja sejarah menunjukkan bahwa pemilihan kepala
daerah di DPRD, baik di era orde baru maupun di era penerapan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah meninggalkan catatan sejarah
pelaksanaan demokrasi secara baik. Di era orde baru, kepala daerah dipilih oleh DPRD dengan persetujuan pemerintah pusat.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan perangkat daerah. DPRD berada diluar pemerintah
daerah yang berfungsi sebagai badan legislatif pemerintah daerah untuk mengawasi jalannya pemerintahan.Dalam masa reformasi, kepala daerah dipilih
sepenuhnya oleh DPRD, tidak ada campur tangan pemerintah pusat.
Keterlibatan DPRD dalam pemilihan kepala daerah bisa digunakan sebagai tolak ukur dalam mengetahui tingkat kepekaan anggota DPRD terhadap
masalah yang sedang dihadapi oleh rakyat.Sehingga dalam pemilihan anggota DPRD itu sendiri harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Jika kualitas DPRD
terjamin maka pemilihan kepala daerah juga akan dilakukan secara objektif tanpa menonjolkan kepentingan pribadi atau kepentingan politik.
Pemilihan kepala daerah yang dilakukan oleh anggota DPRD mengakibatkan partisipasi rakyat dalam berpolitik seakan akan dibatasi. Bila
pemilihan dilakukan berkali-kali dihawatirkan akan banyak rakyat yang memilih tidak memberikan suaranya dan tidak efektif karena bosan datang ke tempat
pemungutan suara. Pemilihan secara tidak langsung juga menghemat anggaran belanja
Negara, selain itu juga tidak merepotkan rakyat yang hendak memilih kepala daerahnya. Namun Pemerintah Daerah bisa saja terhambat dalam menjalankan
program serta kebijakan karena adanya mosi tidak percaya dari DPRD terhadap kepala daerah bahwa dalam menyampaikan laporan pertanggungjawabannya,
kepala daerah dihadapkan dengan berbagai persoalan atas kinerja kepala daerah selama masa jabatanya berjalan bahkan sering terjadi penolakan laporan
pertanggungjawaban oleh DPRD. Sehingga kepala daerah tidak melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana mestinya karena DPRD yang mempunyai
kewenangan besar tersebut tidak lagi menjadi pengawas akan tetapi sudah menjelma menjadi penghambat kebijakan dan program yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Ada beberapa kelebihan pemilihan kepala daerah dengan sistem dipilih oleh DPRD, antara lain:
1. Dipilihnya oleh DPRD, kepala daerah yang terpilih relatif lebih berkualitas
karena dikenal oleh elite-elite politik yang berkecimpung di dalam pemerintahan daerah dan jaminan telah mengenal daerahnya dengan baik
lebih teruji. 2.
Dipilihnya kepala daerah oleh DPRD memiliki kelebihan relatif menurut beberapa kriteria. Pemilihan kepala daerah dapat dilihat berdasarkan kriteria
kualitas kepala daerah terpilih, akuntabilitas publik dan responsiveness, efisiensi pemilihan, jaminan transparansi dan fairness.
93
3. Pemilihan melalui DPRD praktis lebih hemat tentu bisa menekan biaya
seminimal mungkin. Namun dalam pemilihan yang dilakakukan oleh DPRD juga memiliki
kelemahan yaitu pemilihan gubernur oleh DPRD, membuka jaminan dana yang dikeluarkan calon gubenur yang maju makin sedikit, bahkan, juga tetap memiliki
potensi terjadi suap. Pasalnya, para calon akan mendekati fraksi-fraksi di DPRD untuk dapat terpilih dalam pencalonkan kepala daerah. Selain itu jika pemilihan
dilakukan oleh DPRD maka akan hilangnya kedaulatan rakyat dan demokrasi pada masyarakat daerah.
2. Pemilihan Kepala Daerah Oleh Rakyat