25
Contoh : produk Indomie tidak mungkin menjual hanya produk- produk mie instan saja, tapi mereka juga akan menjual produk
indomie lainnya. c.
Mengatasi ketidak cocokan produk. Mengatasi jika tidak terjadi kecocokan produk, dalam hal ini produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan produsen.
31
C. Beasiswa etos
Beasiswa Etos adalah beastudi yang diperuntukkan bagi mahasiswa berpotensi namun memiliki keterbatasan ekonomi di sebelas perguruan tinggi
negeri PTN di Indonesia. Bentuk beasiswa yang diberikan adalah biaya masuk perguruan tinggi, SPP semester I dan II, akomodasi asrama selama tiga
tahun, uang saku sebesar Rp 400.000,00 – Rp 450.000,00 per bulan selama
tiga tahun, dan pelatihan pengembangan diri self development training 1.
Dalam hal ini Dompet Dhuafa memiliki sasaran terhadap : a.
Potensi kaum dhuafa yang kurang tersalurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
b. Biaya kuliah semakin tidak terjangkau
c. Perlu upaya sistematis untuk membangun mental dan karakter
mahasiswa dari kalangan tidak mampu 2.
Visi dari beasiswa etos a.
Memutuskan rantai kemiskinan
31
. Pratama Raharja dan Mandala, Teori Ekonomi Mikro,Jakarta :FEVI
26
b. Membentuk generasi mandiri secara ekonomi dan sikap
3. Ketentuan pemberian Beasiswa Etos
a. Biaya masuk perguruan tinggi
b. SPP semester I dan II
c. Uang saku sebesar Rp. 350.000,00 – Rp 400.000,00bulan tergantung
wilayah selama tiga tahun d.
Akomodasi asrama selama tiga tahun e.
Pelatihan pengembangan diri Self Development Training 4.
Empat domain pembinaan a.
Akademik b.
Agama c.
Pengembangan Diri d.
Sosia
27
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DPS
DAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
A. Pengertian DPS
1. Sejarah Dewan Pengawas Syariah DPS
Di Indonesia keberadaan Dewan Pengawas Syariah telah ada sejak berdirinya Bank Muamalah yakni Bank yang pertama beroperasi dengan
sistem atau berdasarkan prinsip Syariah. Di Indonesia sendiri otoritas masalah keagamaan berada di bawah Majlis Ulama Indonesia MUI, seiring
perkembangan jaman dan perkembangan lembaga keuangan Islam di Indonesia, maka berkembang pula jumlah Dewan Pengawas Syariah yang
ada. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebingungan dikalangan umat masyarakat, akibat banyaknya jumlah dan beragamnya Dewan Pengawas
Syariah yang ada. Maka MUI sebagai payung dari Lembaga atau Organisasi keislaman yang ada di Negara Indonesia menganggap perlu di
bentuknya Dewan Syariah yang bersifat Nasional dan membawahi seluruh kelembagaan keuangan Islam.
32
Pada bulan februari tahun 1999 MUI Majlis Ulama Indonesia telah membentuk DSN, yang mana lembaga ini beranggotakan dari para ahli
hukum Islam dan para ahli praktis Ekonomi terutama sektor keuangan baik bank mau pun non bank, dan berfungsi untuk melaksanakan tugas-
32
. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta; 2003, Djambatan, cet.2,hal.28