Analisa dan pembahasan ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

50 Penggabungan BEJ dan BES merupakan salah satu strategi yang telah dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia Tahun 2005-2009 dalam rangka restrukturisasi lembaga Bursa Efek. Penggabungan BEJ dan BES ini juga telah masuk sebagai salah satu program dalam Paket Kebijakan Sektor Keuangan PKSK yang telah ditetapkan pada tahun 2006. Tujuan utama dari program penggabungan ini adalah untuk menciptakan sinergi dan efisiensi dalam kegiatan di Pasar Modal. Pada tanggal 30 Oktober 2007, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa RUPSLB BEJ dan BES telah menyetujui Rancangan Penggabungan BEJ dan BES yang kemudian dituangkan dalam Akta Penggabungan. Selanjutnya Bursa Efek hasil penggabungan berganti nama menjadi PT. Bursa Efek Indonesia BEI yang resmi beroperasi menggunakan nama baru tersebut sejak tanggal 1 November 2007.

B. Analisa dan pembahasan

1 Analisis Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan Eviews 5.0, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti yaitu terdiri dari, harga komoditas pertambangan dan perkebunan yang diwakili oleh harga minyak mentah dunia, emas, timah, nikel, batubara, dan minyak kelapa sawit CPO sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependennya adalah Indeks Harga Saham 51 Gabungan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Indeks JII. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : a. Harga komoditas dunia 1 Harga Minyak Mentah Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 45 63 54 92 33 Februari 45 60 58 95 31 Maret 53 62 62 104 40 April 52 70 67 109 42 Mei 49 70 67 123 51 Juni 54 69 71 132 62 Juli 58 74 77 133 56 Agustus 64 73 71 108 63 September 63 62 77 96 61 Oktober 59 58 82 69 67 November 55 59 92 49 69 Desember 57 62 91 33 66 Rata-ratabln 55 65 72 95 54 Tabel 4.1 Harga Minyak Mentah USbarel Sumber : OPEC, data diolah Harga minyak dunia memiliki kecenderungan selalu berfluktuasi dari waktu-waktu. Harga minyak selama periode penelitian sempat mengalami trend kenaikan hingga tahun 2008 lalu menurun tajam hingga akhir periode penelitian. Meningkatnya harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi harga saham pada berbagai sektor. Pengaruh yang diberikannya dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif. Selain itu, dampak yang diberikan oleh meningkatnya harga minyak mentah dunia tehadap harga saham juga dapat bersifat langsung dan tidak langsung pada kegiatan operasi perusahaan. 52 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa harga minyak mentah pada awal periode penelitian tercatat sebesar 45. Selama periode penelitian harga minyak mentah terus mengalami kenaikan dimana harga minyak mentah tercatat berada pada harga yang sangat tinggi pada bulan Juli tahun 2008. Rata-rata harga tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005. Berdasarkan grafik 4.1 harga minyak mentah dunia menunjukan trend kenaikan pada awal periode penelitian yang dilakukan. Sempat mengalami penurunan yang drastis pada pada akhir tahun 2008 dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009. 20 40 60 80 100 120 140 2005 2006 2007 2008 2009 MINYAK Grafik 4.1 Harga Minyak Mentah Dunia 53 Sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 harga minyak mentah dunia terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak, kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Sementara itu, penyebab turunnya harga minyak pada periode 2008 sampai dengan 2009 adalah akibat dampak dari krisis global yang melanda perekonomian dunia, sehingga berimbas pada anjloknya harga minyak. 2 Harga Emas Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 424 550 631 890 859 Februari 423 555 665 922 943 Maret 434 557 655 968 924 April 429 611 679 910 890 Mei 422 675 667 889 929 Juni 431 596 656 889 946 Juli 425 634 665 940 934 Agustus 438 633 665 839 949 September 456 598 713 830 997 Oktober 470 586 755 807 1043 November 477 628 806 761 1127 Desember 510 630 803 816 1135 Rata-ratabln 445 604 697 872 973 Harga Emas US troy ounce Tabel 4.2 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Emas biasanya digunakan untuk sebagai alat lindung nilai kekayaan apabila situasi perekonomian sedang menurun. Emas telah terbukti sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang tahan terhadap inflasi maupun deflasi. Emas memiliki supply yang terbatas dan tidak 54 mudah didapat, sementara permintaan terhadap emas tidak pernah berkurang, akibatnya harga emas cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa harga emas pada awal periode penelitian adalah sebesar 424. Selama periode penelitian harga emas terus mengalami trend kenaikan dan tercatat berada pada harga yang tinggi pada akhir periode penelitian yaitu sebesar 1135 yang merupakan rekor tertinggi harga emas. Rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga emas tertinggi terjadi pada bulan Desember 2009 sebesar 1218,25 dan harga terendah terjadi pada bulan Februari 411,10. 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 2005 2006 2007 2008 2009 EMAS Grafik 4.2 Harga Emas Dunia 55 Berdasarkan grafik 4.2 nilai harga emas menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Pada awal periode penelitian tercatat harga emas sebesar 424, harga emas terus mengalami kenaikan hingga puncaknya adalah pada akhir penelitian yang mencapai nilai 1135 yang merupakan rekor tertinggi dari harga emas. Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga emas terus mengalami peningkatan selama periode penelitian diantaranya adalah meningkatnya permintaan akan emas dan melemahnya dollar Amerika. Permintaan emas terus mengalami peningkatan setiap tahunnya karena fungsinya sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang tahan terhadap gejolak perekonomian. Sementara itu, melemahnya dollar Amerika dalam beberapa tahun terakhir akibat krisis global juga berpengaruh terhadap kenaikan harga emas karena harga emas dunia pada umumnya dinilai dalam US maka kekuatan mata uang US juga sangat menentukan naik turunnya harga emas dunia. 56 3 Harga Nikel Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 14564 14661 36822 27775 11563 Februari 15416 14975 41078 28065 10411 Maret 16240 14926 46125 31093 9711 April 16138 18029 49957 28777 11332 Mei 17002 21131 51783 25657 12763 Juni 16113 20586 41552 22563 14962 Juli 14588 26186 33400 20107 16025 Agustus 14962 30469 27650 19112 19376 September 14155 29703 29548 17782 17405 Oktober 12431 32551 31156 12145 18490 November 12235 31892 30506 10777 16911 Desember 13491 34401 26054 9847 17122 Rata-ratabln 14778 24126 37136 21141 14672 Harga Nikel US Metric Tons Tabel 4.3 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Kenaikan harga komoditas sektor pertambangan dalam beberapa tahun terakhir, ternyata, tak berlaku untuk komoditi nikel. Harga komoditi yang satu ini justru semakin terpuruk. Kondisi ini jelas memberi sentimen negatif bagi emiten saham seperti PT International Nickel Indonesia Tbk INCO. Dalam tabel 4.3 dapat diketahui bahwa harga nikel pada awal periode penelitian tercatat sebesar 14564. Selama periode penelitian harga nikel mencapai harga tertinggi pada bulan Mei 2007 sebesar 51783 sedangkan harga terendah terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar 9711. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2007 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2009. 57 Berdasarkan grafik 4.3 dapat diketahui bahwa harga nikel sempat mengalami trend kenaikan selama periode 2005 sampai 2007 hingga mencapai level harga tertinggi yaitu pada bulan Mei 2007 sebesar 51783. Setelah mencapai level tertinggi pada tahun 2007 harga nikel cenderung mengalami trend penurunan sampai menjelang akhir periode penelitian. Peningkatan harga nikel pada periode awal penelitian sampai dengan tahun 2007 mengikuti peningkatan harga komoditas lainnya terutama harga minyak mentah. Selain itu, meningkatnya permintaan terutama dari Cina juga turut mempengaruhi peningkatan harga nikel. Sementara itu penurunan 10000 20000 30000 40000 50000 60000 2005 2006 2007 2008 2009 NIKEL Grafik 4.3 Harga Nikel Dunia 58 harga nikel pada akhir periode penelitian disebabkan oleh krisis global yang melanda perekonomian dunia yang menyebabkan ditutupnya operasi tambang nikel di cekungan Sudbury, Kanada milik Vale Inco Ltd yang memberikan kontribusi pada 10 produksi nikel dunia. 4 Harga Timah Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 7706 7067 11332 16311 11563 Februari 8106 7789 12890 17270 11075 Maret 8442 7949 13787 19799 10689 April 8134 8860 13953 21646 11830 Mei 8099 8793 14162 23854 13872 Juni 7604 7859 14079 22133 15009 Juli 7181 8356 14733 22956 13904 Agustus 7228 8437 15047 19935 14762 September 6771 8975 14989 18307 14936 Oktober 6415 9810 16068 14423 15037 November 6174 10038 16661 13674 14966 Desember 6763 11126 16245 11292 15589 Rata-ratabln 7385 8755 14495 18467 13603 Harga Timah US Metric Tons Tabel 4.4 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Ada tiga hal yang membuat harga timah dunia relatif tinggi. Pertama diakibatkan turunnya stok di London Metal Exchange LME, kedua akibat permintaan yang meningkat. Yang ketiga, berhubungan dengan Indonesia, yaitu apabila ekspor dari Indonesia mengalami penurunan. Pasar memang mencermati berita mengenai perkembangan ekspor Indonesia, karena Indonesia kini dianggap sudah menjadi price maker harga timah dunia. 59 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa harga timah pada awal periode penelitian tercatat sebesar 7706. Selama periode penelitian harga timah terus mengalami trend kenaikan dan tercatat mencapai harga tertinggi selama periode penelitian pada bulan Mei 2008 sebesar 23854. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005. Berdasarkan grafik 4.4 nilai harga timah menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian. Walaupun sempat mengalami penurunan pada akhir tahun 2008 namum kembali mengalami peningkatan pada tahun 2009. berdasarkan trend pergerakan harga 4000 8000 12000 16000 20000 24000 2005 2006 2007 2008 2009 TIMAH Grafik 4.4 Harga Timah Dunia 60 timah yang dapat dilihat pada grafik. Hal ini menunjukan bahwa harga timah sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia. Selain disebabkan oleh penurunan harga minyak, penurunan harga timah pada tahun 2009 juga disebabkan menipisnya stok cadangan di London Metal Exchange LME karena turunnya produksi timah di Indonesia dan Cina yang merupakan produsen utama dunia. 5 Harga Batubara Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 57 46 55 98 86 Februari 53 51 57 141 81 Maret 55 53 59 127 65 April 55 57 60 132 68 Mei 55 56 60 143 69 Juni 55 56 66 171 76 Juli 55 57 72 193 79 Agustus 53 55 74 170 78 September 48 50 73 161 72 Oktober 45 47 80 116 76 November 41 49 91 99 84 Desember 41 53 98 84 88 Rata-ratabln 51 53 70 136 77 Harga Batubara US Metric Tons Tabel 4.5 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Batubara merupakan satu dari energi alternatif yang termasuk memiliki pertumbuhan yang pesat, baik dari segi produksi maupun konsumsi. Hal ini yang membuat industri batubara kian populer, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar utama, yaitu minyak bumi, yang tak terkendali yang terjadi pada tahun lalu. Selain 61 penggunaanya yang lebih efisien, batubara juga tersedia dalam jumlah yang melimpah di dunia sehingga memberikan kemungkinan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Selama kurun waktu 10 tahun, yaitu 1997-2007, produksi dan konsumsi batubara dunia telah naik lebih dari 35, dengan kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Asia Pasifik. Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian harga batubara adalah 57. Secara keseluruhan harga batubara terus mengalami kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Rata-rata harga batubara tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga batubara tertinggi berada pada bulan Juli tahun 2008 sebesar 193 dan nilai terendah terjadi pada bulan November tahun 2005 dengan harga 41. 62 Berdasarkan grafik 4.5 dapat diketahui bahwa harga batubara menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Sepanjang tahun 2005 sampai 2008 harga batubara terus meningkat dan mengalami penurunan tahun 2009. Hal ini menunjukan bahwa harga batubara sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia. Peningkatan harga batubara pada tahun 2008 disebabkan karena meningkatnya harga minyak mentah dunia. Peningkatan harga minyak menyebabkan permintaan batubara juga meningkat karena batubara merupakan sumber energi alternatif pengganti minyak mentah. Sementara itu, penurunan harga batubara pada akhir periode penelitian disebabkan oleh kondisi perekonomian 40 80 120 160 200 2005 2006 2007 2008 2009 BATUBARA Grafik 4.5 Harga Batubara Dunia 63 dunia yang masih melemah akibat krisis global sehingga permintaan terhadap batubara juga menurun. 6 Harga Minyak Kelapa Sawit CPO Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 347 378 551 987 522 Februari 348 391 554 1110 529 Maret 375 383 566 1147 557 April 376 386 645 1083 693 Mei 370 395 741 1087 772 Juni 370 386 748 1096 691 Juli 370 404 764 1026 602 Agustus 360 434 730 792 687 September 370 417 745 667 636 Oktober 383 422 824 486 637 November 376 477 877 433 674 Desember 369 528 883 440 728 Rata-ratabln 368 417 719 863 644 Tabel 4.6 Harga CPO US Metric Tons Sumber: Bank Indonesia, data diolah Industri kelapa sawit Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam empat puluh tahun terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90 produksi minyak sawit dunia. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian harga CPO adalah 347. Secara keseluruhan harga CPO terus mengalami kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Rata-rata harga CPO tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga CPO 64 tertinggi berada pada bulan Maret tahun 2008 sebesar 1147 dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari tahun 2005 dengan harga 347. Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui bahwa harga CPO menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Sepanjang tahun 2005 sampai 2008 harga CPO terus meningkat dan mengalami penurunan tahun 2009. Hal ini menunjukan bahwa harga CPO sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia. Kenaikan harga CPO pada periode 2005 sampai 2008 disebabkan oleh kenaikan harga komoditas lainnya terutama minyak mentah. Kenaikan harga minyak mentah menyebabkan meningkatkan permintaan CPO yang merupakan 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 2005 2006 2007 2008 2009 CPO Grafik 4.6 Harga CPO Dunia 65 sumber energi alternatif pengganti minyak metah. Sementara itu, penurunan harga CPO pada tahun 2009 disebabkan oleh kondisi perekonomian dunia yang masih melemah akibat krisis global sehingga permintaan terhadap CPO juga menurun. b. Indeks Harga Saham 1 Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 1045 1232 1757 2627 1333 Februari 1074 1231 1741 2722 1285 Maret 1080 1323 1831 2447 1434 April 1030 1464 1999 2305 1723 Mei 1088 1330 2084 2444 1917 Juni 1122 1310 2139 2349 2027 Juli 1182 1352 2349 2305 2323 Agustus 1050 1431 2194 2166 2342 September 1079 1535 2359 1833 2468 Oktober 1066 1583 2643 1257 2368 November 1097 1719 2688 1242 2416 Desember 1163 1806 2746 1355 2534 Rata-ratabln 1090 1443 2211 2088 2014 Tabel 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Sumber: BEI, data diolah Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar penghitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai dasar 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah 13 saham. Salah satu dari kegunaan IHSG yang paling penting adalah indeks ini dapat 66 digunakan untuk memantau kenaikan dan penurunan harga saham pada Bursa Efek Indonesia BEI yang merupakan suatu langkah awal dalam melakukan investasi pada pasar modal. Berdasarkan table 4.7 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian nilai IHSG adalah 1045. Secara keseluruhan nilai IHSG terus mengalami trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Rata-rata nilai IHSG tertinggi terjadi di tahun 2007 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Januari 2008 senilai 2830,26 dan nilai terendah terjadi pada bulan April 2005 senilai 1029,61. 800 1200 1600 2000 2400 2800 2005 2006 2007 2008 2009 IHSG Grafik 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan 67 Berdasarkan grafik 4.7, dapat diketahui bahwa selama periode 2005-2008 nilai IHSG menunjukan trend kenaikan yang mencapai puncaknya pada Januari 2008 dimana IHSG sempat mencapai titik level 2.830,26 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah IHSG. Namun setelah itu IHSG justru mengalami penurunan akibat dari krisis global yang melanda dunia dan mulai mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009. Kenaikan ini menunjukan bahwa kinerja pasar modal indonesia yang mulai membaik setelah krisis global dan juga diprediksi karena pengaruh kenaikan harga minyak dunia. 2 Indeks LQ 45 Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 228 272 377 564 263 Februari 223 270 368 591 249 Maret 224 293 391 525 283 April 223 325 425 493 342 Mei 238 294 433 518 373 Juni 247 290 442 495 392 Juli 261 299 488 481 454 Agustus 231 318 458 450 456 September 236 336 499 369 484 Oktober 228 346 576 241 464 November 237 377 592 241 476 Desember 254 393 600 270 498 Rata-ratabln 236 318 471 437 395 Tabel 4.8 Indeks LQ 45 Sumber : BEI, data diolah Indeks LQ45 merupakan perwakilan lebih dari 70 persen total kapitalisasi Bursa Efek Indoensia. Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, 68 sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham perusahaan yang tercatat dalam indeks ini dipilih secara seksama, dengan likuiditas menjadi indikator utama karena dianggap sebagai penunjuk kinerja yang solid dan mencerminkan nilai pasar sebenarnya. Begitu terpilih, saham-saham tersebut dipantau dengan ketat dan kinerja kuartalan mereka dievaluasi. Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian nilai Indeks LQ 45 adalah 228. Secara keseluruhan nilai Indeks LQ 45 terus mengalami trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan. Rata-rata nilai Indeks LQ 45 tertinggi terjadi di tahun 2007 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana nilai Indeks LQ 45 tertinggi terjadi pada bulan Desember 2007 senilai 599,831 dan nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2005 senilai 223,071. 69 Berdasarkan grafik 4.8 dapat diketahui bahwa nilai Indeks LQ 45 mengalami trend kenaikan selama periode 2005 sampai 2007 hingga mencapai level harga tertinggi yaitu pada bulan Desember 2007 sebesar 559,831. Setelah mencapai level tertinggi pada tahun 2007 nilai Indeks LQ45 mengalami penurunan yang cukup tajam hingga mencapai level terendah pada awal tahun 2009 sebesar 262,564. Penurunan ini disebabkan krisis global yang melanda dunia serta dipengaruhi juga oleh penurunan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh penurunan harga komoditas lainnya. Indeks LQ 45 kembali mengalami kenaikan pada akhir periode penelitian yang 200 300 400 500 600 700 2005 2006 2007 2008 2009 LQ45 Grafik 4.8 Indeks LQ 45 70 menunjukan membaiknya kondisi pasar modal Indonesia setelah mengalami krisis pada tahun 2008. 3 Jakarta Islamic Index JII Periode 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 174 215 297 477 214 Februari 172 218 294 509 214 Maret 169 234 315 448 237 April 161 260 345 428 280 Mei 178 237 346 442 307 Juni 188 233 357 430 321 Juli 198 339 389 388 385 Agustus 178 251 368 356 381 September 184 263 400 286 402 Oktober 181 269 463 194 384 November 189 295 484 196 398 Desember 200 311 493 216 417 Rata-ratabln 181 261 379 364 328 Tabel 4.9 Jakarta Islamic Index JII Sumber : BEI, data diolah Dalam tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai JII pada awal periode penelitian tercatat sebesar 174. Selama periode penelitian nilai JII mencapai nilai tertinggi pada bulan Februari 2008 sebesar 508,945 sedangkan nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2005 sebesar 171,834. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2007 dan nilai rata-rata terendah berada pada tahun 2005. 71 Berdasarkan grafik 4.9, dapat diketahui bahwa selama periode 2005-2008 nilai JII menunjukan trend kenaikan yang mencapai puncaknya pada Februari 2008 dimana JII mencapai titik level 508.94. Namun setelah itu JII justru mengalami penurunan akibat dari krisis global yang melanda dunia dan mulai mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009. Kenaikan ini menunjukan bahwa kinerja pasar modal Indonesia yang mulai membaik setelah krisis global dan juga diprediksi karena pengaruh kenaikan harga minyak dunia. 100 200 300 400 500 600 2005 2006 2007 2008 2009 JII Grafik 4.9 Jakarta Islamic Index JII 72 2 Analisa Pengujian Statistik a. Uji Stasioneritas Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variabel- variabel yang tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi palsu Spurious regression. Langkah pertama pembentukan model vector autoregresion adalah melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner jika nilai rata-rata mean, variance, dan autocovariance pada setiap lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu time-varying mean and variance. Pengujian stasioneritas dilakukan terhadap seluruh variabel, metode yang digunakan adalah Augmented Dickey Fuller Test. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis MacKinnon untuk mengetahui derajat integrasi stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel disebut stasioner jika nilai statistik ADF lebih besar dari nilai kritis MacKinnon. 73 Tabel 4.10 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level Sumber : Hasil data diolah Hasil uji stasioneritas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Pada pengujian stasioneritas data pada tingkat level terhadap seluruh variabel diketahui bahwa harga minyak, emas, nikel, timah, batubara, dan CPO tidak stasioner pada tingkat level. Begitu juga dengan nilai Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index JII yang menunjukan hasil tidak stasioner pada tingkat level. Selanjutnya terhadap data IHSG, dan harga komoditas yang belum menunjukan stasioneritas pada tingkat level dilakukan uji stasioneritas tingkat pertama. Variabel ADF Test ADF Keterangan McKinnon Critical Value 5 IHSG -1.336089 -2.912631 Tidak Stasioner Indeks LQ 45 -1.606304 -2.912631 Tidak Stasioner JII -1.314885 -2.911730 Tidak Stasioner MINYAK -2.763831 -2.912631 Tidak Stasioner EMAS 0.087513 -2.911730 Tidak Stasioner NIKEL -1.770012 -2.912631 Tidak Stasioner TIMAH -2.092847 -2.913549 Tidak Stasioner BATUBARA -1.284138 -2.911730 Tidak Stasioner CPO -1.929723 -2.912631 Tidak Stasioner 74 Tabel 4.11 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama Sumber : Hasil data diolah Pada pengujian stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama terhadap seluruh variabel diketahui bahwa IHSG, Indeks LQ 45, dan JII telah stasioner pada tingkat diferensi pertama. Begitu juga dengan harga minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan CPO menunjukan hasil stasioner pada tingkat diferensi pertama karena nilai ADF Test lebih besar dari nilai kritis McKinnon. b. Uji Kointegrasi Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada seluruh variabel dan diyakini bahwa seluruh variabel tersebut sudah stasioner dan memiliki derajat yang sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang dari model tersebut. Variabel ADF Test ADF Keterangan McKinnon Critical Value 5 IHSG -5.349350 -2.912631 Stasioner Indeks LQ 45 -5.458031 -2.912631 Stasioner JII -7.099985 -2.912631 Stasioner MINYAK -4.294185 -2.912631 Stasioner EMAS -7.411014 -2.912631 Stasioner NIKEL -4.704117 -2.912631 Stasioner TIMAH -3.434593 -2.914517 Stasioner BATUBARA -5.882074 -2.912631 Stasioner CPO -4.343223 -2.912631 Stasioner 75 Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegrasi menggunakan metode Johansen Cointegration Test. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji Likehood Ratio LR. Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak terdapat kointegrasi. Tabel 4.12 Pengujian Kointegrasi Antara Harga Komoditas Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Sumber : Hasil data diolah Komoditas Indek Trace Statistic Critical Value 5 Keterangan Minyak IHSG 556.5878 150.5585 Terdapat Kointegrasi Emas Nikel LQ 45 587.4391 146.76 Terdapat Kointegrasi Timah Batubara JII 690.3841 146.76 Terdapat Kointegrasi CPO 76 Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang dapat dilihat pada lampiran 2, hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga minyak mentah memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 2. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga emas memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 3. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga nikel memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 4. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga timah memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 5. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga batubara memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 77 6. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga minyak kelapa sawit CPO memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. c. Pengujian VAR Vector Autoregresion Setelah dilakukan pengujian stasioneritas data dengan menggunakan metode Augmented Dickey Fuller-Test ADF, serta selanjutnya dilakukan uji kointegrasi dengan menggunakan metode Johansen Cointegration Test, maka proses selanjutnya adalah melakukan pengujian VAR. Penggunaan pendekatan struktual atas permodelan persamaan simultan biasanya menerapkan teori ekonomi didalam usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi sering ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya didalam menyediakan spesifikasi yang ketat dan tepat atas hubungan dinamis antar variabel. VAR kemudian muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini, model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Diperlukan sebuah strategi dalam pembentukan model VAR agar tidak terjadi miss-spesifikasi didalam pembentukannya. Karenanya estimasi model VAR akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut 78 secara berurutan. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini, pertama akan dilakukan pengujian stasioneritas dari setiap series yang digunakan di dalam model. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar sementara series non stasioner akan berimplikasi pada dua pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau Vector Error Correction Model VECM. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa semua variabel tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner pada tingkat diferensi pertama. Sementara itu, hasil dari uji kointegrasi menyatakan bahwa terdapat kointegrasi antar variabel, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis data dengan menggunakan Vector Error Correction Model VECM. Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut. 79 1 Hasil analisis Vector Error Correction Model VECM pada Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Tabel 4.13 Nilai Variance Decomposition Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Period S.E LOG LOG LOG IHSG MINYAK EMAS 1 0.078590 100.000000 0.000000 0.000000 2 0.127788 94.860680 0.351713 0.632151 3 0.168390 87.912620 0.914686 3.993327 4 0.204036 85.204900 0.871042 6.150337 5 0.237632 82.914380 0.642316 7.734757 6 0.267316 80.436780 0.663911 8.882129 7 0.293649 77.851620 0.905729 9.889138 8 0.315261 75.925250 1.141178 10.771740 9 0.331840 74.730570 1.347943 11.351110 10 0.344935 74.090970 1.541496 11.589800 Period LOG LOG LOG LOG NIKEL TIMAH BATUBARA CPO 1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.913735 0.253558 2.523865 0.464299 3 1.332714 0.146079 4.261171 1.439408 4 1.491797 0.613253 3.648457 2.020211 5 1.852635 1.829660 2.944868 2.081381 6 2.407799 3.018002 2.392478 2.198904 7 2.735998 4.134165 2.015786 2.467563 8 2.789054 4.934803 1.805241 2.632736 9 2.700912 5.477633 1.749860 2.641972 10 2.580091 5.827949 1.774562 2.595126 Variance Decomposition of LOG IHSG: Variance Decomposition of LOG IHSG: Sumber : Hasil data diolah Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition IHSG yang dapat dilihat pada tabel 4.13, dapat dilihat bahwa kontribusi harga minyak dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.3 80 sampai dengan 1.5. Sedangkan pada periode kedua kontribusi dari harga batubara dalam menjelaskan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG mampu menjelaskan sebesar 2.5 dan mengalami penurunan pada akhir periode yaitu sebesar 1.7. Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit CPO dalam menjelaskan variabilitas Indeks Harga Saham Gabungan IHSG hanya mampu menjelaskan sebesar 0.5. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusinya mengalami peningkatan menjadi 2.6. Pada periode kedua harga nikel dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9 dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 2.6 pada akhir periode. Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga minyak kelapa sawit dan nikel terhadap nilai IHSG adalah tidak terlalu besar. Sementara itu, kontribusi harga timah dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG adalah sebesar 0.3 sampai dengan 5.8. Kemudian, kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.6. Sampai dengan 10 periode mendatang mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 11.59. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari nilai IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan timah dibandingkan harga komoditas lainnya. 81 Tabel 4.14 Nilai Impulse Response Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Period LOG LOG LOG LOG IHSG MINYAK EMAS NIKEL 1 0.078590 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.096510 0.007579 0.010160 0.012215 3 0.097145 0.014210 0.032079 0.015122 4 0.102682 0.010162 0.037790 0.015593 5 0.106534 0.000297 0.042512 0.020618 6 0.103235 -0.010569 0.044489 0.025969 7 0.098250 -0.017510 0.046695 0.025272 8 0.091272 -0.018794 0.046676 0.020317 9 0.082644 -0.018711 0.042351 0.014218 10 0.076560 -0.018701 0.035915 0.009777 Period LOG LOG LOG TIMAH BATUBARA CPO 1 0.000000 0.000000 0.000000 2 -0.006435 -0.020301 0.008707 3 0.000124 -0.028216 0.018230 4 -0.014625 -0.017624 0.020806 5 -0.027891 -0.012003 0.018284 6 -0.033517 -0.006832 0.019899 7 -0.037527 -0.005348 0.023590 8 -0.036603 -0.007484 0.022111 9 -0.033573 -0.011519 0.017106 10 -0.030037 -0.013582 0.013356 Response of LOGIHSG Response of LOGIHSG Sumber : Hasil data diolah Berdasarkan pada tabel 4.14, dapat dilihat bahwa respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan IHSG akibat dari perubahan harga minyak adalah positif dan dampak positif tersebut hilang pada periode keenam. Respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan IHSG akibat dari perubahan 82 harga emas dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sedangkan respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan IHSG akibat dari perubahan harga timah dan batubara adalah negatif dan permanen dalam jangka panjang. Sementara itu, respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan IHSG akibat dari perubahan harga CPO adalah positif dan permanen. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sampai dengan periode kelima harga minyak memberikan pengaruh yang positif terhadap IHSG dan pada periode selanjutnya pengaruhnya bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang harga minyak dapat mempengaruhi pergerakan IHSG meskipun pengaruh yang diberikan negatif. Dalam jangka pendek kenaikan harga minyak akan meningkatkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan komoditas minyak. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Sementara itu, kenaikan harga minyak dalam jangka panjang akan menyebabkan kerugian pada sektor lainnya dalam IHSG seperti sektor infrastruktur dan sektor konsumsi yang menggunakan minyak dalam proses produksinya. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deriantino 2008 melakukan penelitian untuk menjelaskan pengaruh dari perubahan harga minyak terhadap return saham dari 9 sektor industri di Indonesia yang menjelaskan bahwa pengaruh dari kenaikan harga minyak yang diikuti kebijakan 83 pemerintah pada harga minyak domestik memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap sektor konsumsi dan infrastruktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga emas mempengaruhi pergerakan nilai IHSG secara positif dan permanen yang berarti bahwa ketika harga emas naik maka akan menyebabkan kenaikan pada nilai IHSG. Hal ini berlawanan dengan penelitian Graham Smith 2001 yang meneliti hubungan diantara harga emas dan Indeks harga saham di Amerika, dimana penelitian ini menunjukan bahwa hubungan diantara return emas dan return dari Indeks harga saham adalah kecil dan negatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa harga nikel dan CPO menunjukan pengaruh yang positif dan permanen terhadap pergerakan IHSG. Pengaruh positif ini disebabkan karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hal ini juga sejalan dengan penelitian dari Manurung 2008 yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Sementara itu, hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa harga timah dan batubara juga mempengaruhi pergerakan 84 IHSG, meskipun pengaruh yang diberikan bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari IHSG atau dengan kata lain nilai IHSG mengalami penurunan. Hal ini disebabkan selain diekspor ke luar negeri, konsumsi batubara dalam negeri juga cukup tinggi terutama dari sektor pembangkit tenaga listrik sehingga kenaikan pada harga batubara akan mempengaruhi industri-industri dalam negeri yang pada akhirnya akan menekan kinerja pasar modal. Hal ini berlawanan dengan penelitian dari Manurung 2008 yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. 85 2 Hasil analisis Vector Error Correction Model VECM pada Indeks LQ 45 Tabel 4.15 Nilai Variance Decomposition Indeks LQ 45 Period S.E LOG LOG LOG LQ 45 MINYAK EMAS 1 0.087200 100.000000 0.000000 0.000000 2 0.143593 94.025600 0.375286 0.940554 3 0.189003 85.982970 0.810346 4.817451 4 0.228346 82.777400 0.758676 7.390121 5 0.264007 80.801810 0.567726 9.178594 6 0.293580 78.914540 0.606576 10.376330 7 0.318923 76.846050 0.878827 11.384680 8 0.340110 75.254330 1.118771 12.199310 9 0.356938 74.272320 1.281313 12.697240 10 0.370588 73.777460 1.390326 12.881620 Period LOG LOG LOG LOG NIKEL TIMAH BATUBARA CPO 1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.938917 0.055399 3.188693 0.475549 3 1.266508 0.118416 5.408777 1.595528 4 1.269309 0.235269 5.260251 2.308979 5 1.447844 0.755753 4.896536 2.351741 6 1.860009 1.300143 4.522745 2.419665 7 2.160845 1.882456 4.193726 2.653423 8 2.260732 2.337207 4.026396 2.803252 9 2.229597 2.632425 4.089185 2.797917 10 2.156065 2.791097 4.259963 2.743474 Variance Decomposition of LOG LQ 45: Variance Decomposition of LOG LQ 45: Sumber : Hasil data diolah Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition Indeks LQ 45 yang dapat dilihat pada tabel 4.15, dapat dilihat bahwa kontribusi harga minyak dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.4 sampai dengan 1.4. 86 Kontribusi harga nikel, timah, dan minyak kelapa sawit CPO pada periode kedua dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9, 0.05, dan 0.5. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga nikel, timah, serta minyak kelapa sawit CPO dalam menjelaskan variabilitas Indeks LQ 45 hanya mampu menjelaskan sebesar 2.2, 2.8, serta 2.7. Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga minyak mentah, nikel, timah, dan minyak kelapa sawit terhadap Indeks LQ 45 adalah tidak terlalu besar. Sementara itu, kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah sebesar 3.2. dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 4.3 pada akhir periode. Pada periode kedua kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.9 hingga mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 12.88 pada akhir periode. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks LQ 45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara dibandingkan harga komoditas lainnya. 87 Tabel 4.16 Nilai Impulse Response Indeks LQ 45 Period LOG LOG LOG LOG LQ 45 MINYAK EMAS NIKEL 1 0.087200 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.108550 0.008797 0.013926 0.013914 3 0.106433 0.014563 0.039076 0.016088 4 0.111565 0.010301 0.046178 0.014471 5 0.114705 -0.000342 0.050439 0.018636 6 0.108152 -0.011274 0.050456 0.024372 7 0.100728 -0.019263 0.051345 0.024387 8 0.094279 -0.020007 0.050318 0.020427 9 0.087041 -0.018393 0.045446 0.015017 10 0.081831 -0.016642 0.038912 0.010974 Period LOG LOG LOG TIMAH BATUBARA CPO 1 0.000000 0.000000 0.000000 2 -0.003380 -0.025641 0.009902 3 0.005557 -0.035702 0.021723 4 -0.008965 -0.028472 0.025179 5 -0.020102 -0.025886 0.020862 6 -0.024368 -0.022028 0.021126 7 -0.028180 -0.019168 0.024766 8 -0.028087 -0.019799 0.023320 9 -0.025500 -0.023501 0.017945 10 -0.021894 -0.025311 0.014251 Response of LOGLQ 45 Response of LOGLQ 45 Sumber : Hasil data diolah Berdasarkan pada tabel 4.16, dapat dilihat bahwa respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga minyak adalah negatif pada periode kelima dan seterusnya. Respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga emas dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sedangkan respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga timah 88 dan batubara adalah negatif dan permanen. Sementara itu, respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga CPO adalah positif dan permanen. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pengaruh harga minyak terhadap Indeks LQ 45 adalah negatif dalam jangka panjang. Hal ini menunjukan bahwa ketika harga minyak turun nilai Indeks LQ 45 akan mengalami peningkatan. Bagi kebanyakan bursa di dunia, turunnya harga minyak dunia merupakan angin segar atau setidaknya berita positif good news. Hal itu menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan menjadi relatif rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hammoudeh 2005, mengenai pengaruh harga minyak dunia terhadap return dari saham-saham di 6 sektor Saudi Index. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga minyak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap saham-saham dari perusahaan yang beroperasi pada sektor yang mempunyai beta yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga emas mempengaruhi pergerakan nilai Indeks LQ 45 secara positif dan permanen yang berarti bahwa ketika harga emas naik maka akan menyebabkan 89 kenaikan pada nilai Indeks LQ 45. Hal ini sejalan dengan penilitian dari Guntur 2001 yang menyimpulkan bahwa perubahan atas harga emas akan mempengaruhi IHSG secara positif. Sementara itu, dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa harga nikel dan CPO berpengaruh secara positif dan permanen terhadap Indeks LQ 45. Pengaruh positif ini disebabkan karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Manurung 2008 yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap Indeks harga saham, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan Indeks harga saham dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Indeks LQ 45 secara negatif dipengaruhi oleh harga timah dan batubara. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari Indeks LQ 45. Hal ini disebabkan selain diekspor ke luar negeri, konsumsi batubara dalam negeri juga cukup tinggi terutama dari sektor pembangkit tenaga listrik sehingga kenaikan pada harga batubara akan mempengaruhi industri-industri dalam negeri yang pada akhirnya akan menekan kinerja pasar modal. Hal ini berlawanan dengan penelitian dari 90 Manurung 2008 yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. 3 Hasil analisis Vector Error Correction Model VECM pada Jakarta Islamic Index JII Tabel 4.17 Nilai Variance Decomposition Jakarta Islamic Index JII Period S.E LOG LOG LOG JII MINYAK EMAS 1 0.099907 100.000000 0.000000 0.000000 2 0.148171 94.717340 0.000654 0.177860 3 0.197854 82.541350 0.087838 6.439859 4 0.242884 81.021440 0.110051 7.551160 5 0.283308 78.970290 0.279719 8.542365 6 0.314266 77.013360 0.596486 9.578715 7 0.342827 75.303660 1.040096 10.377600 8 0.365779 74.202890 1.251065 10.705460 9 0.384499 73.193020 1.369137 10.829940 10 0.400458 72.638620 1.398693 10.723840 Period LOG LOG LOG LOG NIKEL TIMAH BATUBARA CPO 1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.021151 0.000241 3.514656 1.568099 3 0.034273 0.917800 7.307673 2.671205 4 0.113129 0.825764 7.941022 2.437430 5 0.162920 0.627687 9.256621 2.160402 6 0.304552 0.568288 9.754614 2.183981 7 0.346173 0.487888 10.285380 2.159209 8 0.346365 0.428846 11.041720 2.023656 9 0.324227 0.392025 11.996020 1.895633 10 0.303643 0.363348 12.779250 1.792600 Variance Decomposition of LOG JII: Variance Decomposition of LOG JII: Sumber : Hasil data diolah 91 Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition JII yang dapat dilihat pada tabel 4.17, dapat dilihat bahwa kontribusi harga nikel dan timah dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.02 - 0.3 dan 0 - 0.4. Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit CPO pada periode kedua dalam menjelaskan variabilitas JII hanya mampu menjelaskan sebesar 1.5. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga minyak kelapa sawit CPO dalam menjelaskan variabilitas JII adalah sebesar 1.8. Pada periode kedua harga minyak mentah dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah 0.0006 dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 1.4 pada akhir periode. Hal ini menunjukan pengaruh dari harga minyak kelapa sawit dan minyak mentah CPO adalah tidak terlalu besar dalam mempengaruhi pergerakan nilai JII. Pada periode kedua kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.2 dan mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 10.72 hingga akhir periode. Sementara itu, pada periode kedua kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah sebesar 3.5. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas JII terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 12.8. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks LQ 92 45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara dalam jangka panjang. Tabel 4.18 Nilai Impulse Response Jakarta Islamic Index JII Period LOG LOG LOG LOG JII MINYAK EMAS NIKEL 1 0.099907 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.103988 0.000379 -0.006249 0.002155 3 0.107316 0.005852 0.049819 0.002962 4 0.124439 0.005526 0.043974 0.007302 5 0.124850 -0.012633 0.049008 0.008002 6 0.112589 -0.019094 0.051028 0.013039 7 0.111552 -0.025166 0.052313 0.010299 8 0.103801 -0.021247 0.046114 0.007521 9 0.094493 -0.018716 0.041081 0.003990 10 0.090994 -0.014796 0.034446 0.002758 Period LOG LOG LOG TIMAH BATUBARA CPO 1 0.000000 0.000000 0.000000 2 -0.000230 -0.027778 0.018555 3 -0.018953 -0.045706 0.026484 4 -0.011307 -0.042708 0.019805 5 -0.004082 -0.052393 0.017208 6 -0.007580 -0.046950 0.020566 7 -0.003487 -0.049543 0.019513 8 -0.000596 -0.051815 0.013031 9 -0.002407 -0.054421 0.009745 10 -0.001767 -0.052524 0.008499 Response of LOGJII Response of LOGJII Sumber : Hasil data diolah Berdasarkan pada tabel 4.18, dapat dilihat bahwa respon yang diberikan oleh nilai JII akibat dari perubahan harga minyak adalah negatif pada periode kelima dan seterusnya. Respon yang diberikan 93 oleh nilai JII akibat dari perubahan harga emas dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sementara itu, respon yang diberikan oleh nilai JII akibat dari perubahan harga batubara dan timah adalah negatif dan permanen. Sedangkan respon yang diberikan oleh nilai JII akibat dari perubahan harga CPO adalah positif dan permanen. Seperti diketahui bahwa Jakarta Islamic Index JII merupakan indeks harga saham yang berisi kumpulan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index JII. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa harga minyak mempengaruhi pergerakan JII secara negatif dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek kenaikan harga minyak akan meningkatkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan komoditas minyak. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan JII. Sementara itu, kenaikan harga minyak dalam jangka panjang akan menyebabkan kerugian pada sektor lainnya dalam JII seperti sektor infrastruktur dan sektor konsumsi yang menggunakan minyak dalam proses produksinya. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang 94 dilakukan oleh Pananda 2008 yang menyimpulkan bahwa hubungan antara harga minyak dan IHSG adalah positif. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan harga emas memberikan pengaruh yang positif terhadap. Hal ini berarti naiknya harga emas akan meningkatkan nilai JII. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh QuangDo 2009 yang meneliti mengenai hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN. Sementara itu, dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa harga nikel dan CPO berpengaruh secara positif dan permanen terhadap Indeks JII. Pengaruh positif ini disebabkan karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap pergerakan JII. Hasil penelitan ini sejalan dengan penelitian dari Manurung 2008 yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap Indeks harga saham, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan Indeks harga saham dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa harga timah dan batubara juga mempengaruhi pergerakan JII 95 dalam jangka panjang, meskipun pengaruh yang diberikan bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari JII atau dengan kata lain nilai JII mengalami penurunan. Pengaruh dari harga batubara terhadap JII paling besar diantara harga komoditas lainnya, hal ini disebabkan karena jumlah perusahaan berbasis batubara yang termasuk dalam JII cukup banyak, sehingga pengaruh yang diberikan juga besar. Hasil dari analisis variance decomposition pada setiap variabel dapat diringkas pada tabel berikut : Tabel 4.19 Variance Decompotion IHSG, Indeks LQ 45, dan JII Terhadap Perubahan Harga Komoditas Harga Komoditas IHSG LQ 45 JII Minyak 0.4 - 1.5 0.4 - 1.4 0.0006 - 1.4 Emas 0.6 - 11.6 0.9 - 12.9 0.2 - 10.7 Nikel 0.9 - 2.6 0.9 - 2.2 0.02 - 0.3 Timah 0.3 - 5.8 0.05 - 2.8 0.0002 - 0.4 Batubara 2.5 – 1.8 3.2 - 4.3 3.5 - 12.8 CPO 0.5 - 2.6 0.5 - 2.7 1.6 - 1.8 96 Hasil analisis dari impulse response pada setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.20 Respon IHSG, Indeks LQ 45, dan JII Terhadap Harga Komoditas Harga Komoditas Respon IHSG Respon LQ 45 Respon JII Kejutan Minyak Positif dan dampaknya hilang pada periode keenam Negatif pada periode kelima dan seterusnya Negatif pada periode kelima dan seterusnya Kejutan Emas Positif dan permanen Positif dan permanen Positif dan permanen Kejutan Nikel Positif dan permanen Positif dan permanen Positif dan permanen Kejutan Timah Negatif dan permanen Negatif dan permanen Negatif dan permanen Kejutan Batubara Negatif dan permanen Negatif dan permanen Negatif dan permanen Kejutan CPO Positif dan permanen Positif dan permanen Positif dan permanen 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN