Kebutuhan Ibu Masa Nifas

Kebudayaan adalah sebuah konsep yang defininya sangat beragam. Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan Usman, 2003. Variasi biasa terlihat diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam memberikan pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada kompetensi kultural berupa keterampilan dan pengetahuan penting untuk memahami dan mengapresiasikan perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan keterampilan praktek klinik Arlene Gloria, 2001. 2. Aspek Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas Syafrudin, 2009. Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaanadat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas syafrudin. 2009. Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara- upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing syafrudin, 2009. Pada masyarakat Maluku, pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih, nenas, mangga tidak bagus untuk rahim Syafrudin, 2009. Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakat sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda. pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah prilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berprilaku sehat Syafrudin, 2009.

F. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. Moelong,2005 Penelitian dalam pandangan fenemenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu Moelong,2005. Fenemenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenemenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari- hari Moelong,2005. Percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup. Selanjutnya, dalam percakapan mendalam, peneliti berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka. Polit,et,al. 2001

G. Tingkat Keabsahan Data

Hasil penelitian diharapkan mempunyai data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar dapat menjadi sebuah karangan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan tanpa adanya manipulasi atau pemalsuan data. Untuk itu perlu adanya cara agar penelitian tersebut memenuhi keabsahan data. Ada beberapa kriteria yang dipenuhi, sebagaimana menurut Lincoln dan Guba 1985 bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegangan pada empat prinsip, meliputi: pertama, Credibility yaitu apakah hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi, member cek, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus prologed engangment, kedua, Dependability yaitu apakah hasil penelitian memiliki kendala atau realbilitas, dimana hasil penelitian tersebut nantinya harus memiliki kekonsistenan terhadap data yang dikumpulkan, dianalisis dan pada saat dilakukan kesimpulan. Ketiga, confimability yaitu keyakinan akan kebenaran terhadap data yang diperoleh. Dengan meminta bantuan kepada orang lain yang berkompeten untuk memeriksa hasil dan mengoreksi hasil penelitian yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti. Keempat, transferability yaitu: mengandung makna apakah hasil penelitian ini nantinya akan dapat dipergunakan pada situasi yang lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini akan menggunakan desain kualitatif femenologi. Femenologi adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan pengalaman hidup seseorang PolitHungler,1997 dengan tujuan untuk menelaah dan mendiskripsikan sebuah fenomena sebagaimana fenomena tersebut dialami secara langsung oleh manusia dalam hidupnya sehari- hari seperti melahirkan Asih, 2005. hal ini sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin mengidentifikasi pengalaman perawatan nifas yang dilakukan oleh ibu dengan budaya Aceh.

B. Partisipan

Pada penelitian kualitiatif, jumlah partisipan tidak ditentukan dari awal tetapi dengan menggunakan saturasi data. Apabila informasi baru yang didapatkan sama dengan informasi sebelumnya maka data dikatakan telah sampai pada titik jenuh dan pengambilan partisipan berikutnya dihentikan. Penelitian kualitatif menggunakan partisipan dalam jumlah yang sedikit dan tidak acak. Jumlah sampel partisipan dari penelitian kualitatif kurang lebih 10 orang. Polit Beck,2012. Pengambilan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling Moelong,2005. Metode purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria sampel secara sengaja dan dengan terlebih dahulu mempelajari ciri khas dari