Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Pencemaran Minyak di Laut dan Komponen-Komponennya

15 degradable serta dapat menghambat proses degradasi oleh mikroorganisme Laha Luthy, 1992 dalam Fatimah, 2007. Salah satu cara yang lebih aman bagi lingkungan untuk menanggulangi pencemaran minyak bumi di laut adalah secara bioremediasi. Bioremediasi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi bahan pencemar dengan bantuan mikroorganisme. Dimana mikroorganisme dapat mensintesis biosurfaktan. Fatimah 2007 menyatakan bahwa penggunaan surfaktan yang dihasilkan oleh mikroorganisme mempunyai keuntungan lebih dibanding penggunaan surfaktan sintesis, karena sifatnya yang tidak toksik dan lebih mudah didegradasi oleh mikroorganisme. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya dan merupakan salah satu pelabuhan utama di Indonesia yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal dengan berbagai ukuran. Selain itu laut Belawan juga digunakan sebagai alur transportasi pengangkutan hasil penangkapan ikan oleh nelayan baik dalam skala kecil maupun skala besar. Hal ini mengakibatkan laut Belawan sangat rawan terhadap pencemaran laut yang diakibatkan oleh limbah minyak bumi dari aktivitas kapal tersebut. Sampai saat ini data mengenai bakteri penghasil biosurfaktan yang dapat menguraikan senyawa hidrokarbon yang berasal dari laut Belawan khususnya lokasi Tempat Pelelangan Ikan TPI masih sangat sedikit diketahui. Bakteri penghasil biosurfaktan banyak ditemukan pada daerah yang tercemar minyak. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai ”Isolasi Dan Uji Potensi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Asal Laut Belawan Sumatera Utara dalam Mendegradasi Naftalen”.

1.2 Permasalahan

Pencemaran laut dewasa ini telah menjadi masalah global. Sumber utama pencemaran laut adalah tumpahan minyak dan proses pengeboran minyak di laut yang dapat berdampak buruk bagi ekosistem laut. Upaya penanggulangan pencemaran minyak ini secara aman dapat dilakukan secara biologis melalui proses biodegradasi dengan bantuan mikroorganisme. Produksi biosurfaktan oleh bakteri sering dikaitkan dengan 2 Universitas Sumatera Utara 16 kemampuan bakteri dalam menguraikan senyawa hidrokarbon. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi dan uji potensi bakteri asal laut untuk mendapatkan isolat bakteri yang mampu menghasilkan biosurfaktan.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mendapatkan isolat bakteri penghasil biosurfaktan. b. Untuk mengetahui potensi isolat bakteri dari laut Belawan, Sumatera Utara dalam menguraikan naftalen c. Untuk mengetahui potensi isolat bakteri dari laut Belawan, Sumatera Utara dalam menghasilkan biosurfaktan.

1.4 Hipotesis

Adanya bakteri penghasil biosurfaktan dari laut Belawan, Sumatera Utara yang mampu mendegradasi naftalen dengan potensi yang berbeda-beda.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Sebagai sumber informasi mengenai bakteri penghasil biosurfaktan dari laut Belawan, Sumatera Utara yang mampu mendegradasi minyak. b. Sebagai sumber informasi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. 3 Universitas Sumatera Utara 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Minyak di Laut dan Komponen-Komponennya

Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya dengan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia Sudrajad, 2006. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, oleh karena itu manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Di lain pihak, lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker dan pengeboran minyak lepas pantai Darmono, 2001. Namun sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal Sudrajad, 2006. Pencemaran yang bersumber dari kapal merupakan objek yang intens dalam taraf internasional. Pencemaran bentuk ini lebih berbahaya jika dibandingkan dengan pencemaran laut yang bersumber dari darat Juajir, 1996. Karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup yang ada di laut Sudrajad, 2006. Hidrokarbon minyak bumi adalah pencemar utama di lautan. Minyak dan gas bumi terdiri atas berbagai campuran unsur karbon dan hidrogen, yang biasanya disebut hidrokarbon Kadir, 1995. Minyak mentah dan minyak olahan adalah senyawa kompleks hidrokarbon yang mempunyai ribuan variasi senyawa Mangkoedihardjo, 2005. Minyak bumi mentah mengandung campuran rumit Universitas Sumatera Utara 18 hidrokarbon serta sejumlah kecil senyawa yang mengandung nitrogen, sulfur, dan oksigen. Minyak bumi mentah dapat diubah dengan proses fisik dan kimia menjadi berbagai produk sulingan termasuk bensin, minyak tanah, minyak pemanas, minyak diesel, minyak pelumas, lilin, dan aspal Connel Miller, 1995. Minyak mentah dan minyak olahan adalah senyawa kompleks hidrokarbon yang mempunyai ribuan variasi senyawa. Minyak mentah mengandung senyawa hidrokarbon sekitar 50–98 dan selebihnya senyawa non-hidrokarbon sulfur, nitrogen, oksigen, dan beberapa logam berat. Selanjutnya minyak diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut organik, yaitu: 1. Hidrokarbon jenuh. Termasuk dalam kelas ini adalah alkana. Hidrokarbon jenuh ini merupakan kandungan terbanyak dalam minyak mentah. 2. Hidrokarbon aromatik. Termasuk dalam kelas ini adalah monosiklik aromatik BTEX dan polisiklik aromatik hidrokarbon PAH: naphtalene, anthracene, dan phenanthrene. 3. Resin. Termasuk di sini adalah senyawa polar berkandungan nitrogen, sulfur, oksigen pyridines dan thiophenes, sehingga disebut pula sebagai senyawa NSO. 4. Asphalt. Termasuk di sini adalah senyawa dengan berat molekul besar dan logam berat nikel, vanadium, dan besi. Tentu saja variasi komposisi minyak mentah adalah berbeda di berbagai tempat, itulah sebabnya teknologi remediasi bersifat site- spesifik Mangkoedihardjo, 2005.

2.2 Dampak Tumpahan Minyak di Laut