40
4.2 Pertumbuhan Sel
Kepadatan sel isolat bakteri selama masa inkubasi pada media Bushnell-Hass Broth yang mengandung 2 naftalen dihitung dengan cara SPC dengan menggunakan
colony counter pada hari ke-5, hari ke-10 dan hari ke-15. Estimasi kepadatan sel dihitung secara SPC dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan
lempeng media. Berikut ini adalah gambar pertumbuhan koloni bakteri penghasil biosurfaktan dari laut Belawan, Sumatera Utara pada media Plate Count Agar, setelah
diinkubasi selama 24-48 jam, koloni bakteri yang tumbuh dihitung dengan menggunakan colony counter.
Sp 4 Sp 7 Sp 13
Gambar 4.2.1 Pertumbuhan Koloni Isolat Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut Belawan, Sumatera Utara pada Hari Ke-15 pada Media
PCA Plate Count Agar
Dari hasil estimasi kepadatan sel isolat bakteri selama masa inkubasi menunjukkan bahwa seluruh isolat bakteri mampu menggunakan naftalen sebagai
sumber karbon satu-satunya untuk proses metabolismenya. Dari hasil pengukuran
pertumbuhan, diperoleh dua isolat bakteri dengan pertumbuhan tertinggi yaitu Sp 4 dan Sp 7 dan dua isolat bakteri dengan pertumbuhan terendah yaitu Sp 10 dan Sp 13.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh isolat bakteri mampu menggunakan naftalen sebagai sumber karbon satu-satunya untuk proses metabolismenya. Juga dapat dilihat
bahwa pertumbuhan isolat bakteri bervariasi. Perbedaan laju pertumbuhan ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah jenis bakteri itu sendiri maupun
kemampuan bakteri tersebut dalam menggunakan nutrisi yang tersedia dalam media untuk proses metabolismenya. Hasil pengamatan pertumbuhan sel isolat bakteri
penghasil biosurfaktan dari laut Belawan dapat dilihat pada Tabel 4.2.1 berikut. 27
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 4.2.1 Pertumbuhan Sel Isolat Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut Belawan, Sumatera Utara pada Media Bushnell Hass Broth yang
Mengandung 2 Naftalen dari Populasi Awal Sebesar 6,7 x 10
6
CFUml. Isolat
Jumlah Sel CFUml Bakteri
Hari ke-5 Hari ke-10
Hari Ke-15
Sp 01 2,9 x 10
7
3,3 x 10
9
4,7 x 10
10
Sp 02 2,8 x 10
7
3,5 x 10
9
4,7 x 10
10
Sp 03 3,2 x 10
7
9,3 x 10
9
10 x 10
10
Sp 04 7,7 x 10
7
10 x 10
9
12 x 10
10
Sp 05 5,3 x 10
7
6,6 x 10
9
7,6 x 10
10
Sp 06 5,7 x 10
7
7,6 x 10
9
8,0 x 10
10
Sp 07 9,4 x 10
7
15 x 10
9
19 x 10
10
Sp 08 4,4 x 10
7
8,3 x 10
9
9,0 x 10
10
Sp 09 2,9 x 10
7
4,6 x 10
9
5,3 x 10
10
Sp 10 2,2 x 10
7
3,0 x 10
9
4,6 x 10
10
Sp 11 4,2 x 10
7
8,2 x 10
9
9,1 x 10
10
Sp 12 5,7 x 10
7
7,9 x 10
9
8,5 x 10
10
Sp 13 2,8 x 10
7
3,2 x 10
9
4,4 x 10
10
Keterangan : = Pertumbuhan sel tertinggi = Pertumbuhan sel terendah
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah histogram pertumbuhan sel isolat bakteri penghasil biosurfaktan dari Laut Belawan, Sumatera Utara pada hari ke-15.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
P e
r tum
buh a
n Se l
B a
kt e
r i
Sp 1 Sp 2
Sp 3 Sp 4
Sp 5 Sp 6
Sp 7 Sp 8
Sp 9 Sp 10
Sp 11 Sp 12
Sp 13
Spesies Bakteri
Hari ke-5 Hari ke-10
Hari ke-15
Gambar 4.2.2 Histogram Pertumbuhan Sel Isolat Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut Belawan, Sumatera Utara pada hari ke-15 di Media
Bushnell Hass Broth yang Mengandung 2 Naftalen
Dari Tabel 4.2.1 dan Gambar 4.2.2 dapat dilihat bahwa selama pengamatan
dari hari ke-5, hari ke-10, dan hari ke-15 jumlah sel bakteri terus bertambah. Udiharto 1992 menyatakan bahwa makin cepat pertumbuhan bakteri makin banyak sumber
28
Universitas Sumatera Utara
42 karbon yang diperlukan, sehingga makin banyak pula degradasi hidokarbon untuk
mendapatkan sumber karbon tersebut. Sel bakteri penghasil biosurfaktan mampu meningkatkan metabolismenya pada lingkungan yang cukup toksik dikarenakan
adanya biosurfaktan pada permukaan selnya sehingga mempermudah sel bakteri memperoleh nutrisi dengan cara menguraikan senyawa organik dan anorganik seperti
naftalen yang ada di lingkungannya melalui proses enzimatik Juli Virmuda, 2001.
4.3 Uji Potensi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dalam Mendegradasi Naftalen