Menurut Gorys Keraf 1985:110 idiom-idiom itu bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman
bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa. Misalnya tidak peraturan yang menyatakan bahwa idiom itu mempunyai batasan arti.
Fatimah Djajasudarma 1999:16 mengatakan bahwa makna idiomatik adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dalam kombinasi kata lain
dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Sebagian idiom merupakan bentuk baku tidak berubah artinya kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tidak tetap. Bentuk
tersebut tidak dapat diubah berdasarkan kaidah yang berlaku bagi sebuah bahasa.
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori menurut Koentjaraningrat 1976:11 berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret. Suatu teori yang
dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta konkret yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus
diperhatikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik yaitu teori semantik tentang makna.
Semantik diterima secara luas sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang seluk- beluk makna. Kata semantik berasal dari bahasa Inggris semantics yang memungutnya dari
bahasa Yunani semainein. Dalam bahasa Yunani, kata ini berarti bermakna. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau ilmu tentang arti. Chaer,
1995:2. Semantik adalah studi tentang makna tentang anggapan bahwa makna menjadi bagian
dari bahasa. Dengan demikian, semantik merupakan bagian dari linguistik Aminuddin,
Universitas Sumatera Utara
1988:15. Ridwan 1995:43 menyatakan semantik adalah salah satu cabang linguistik yang membicarakan, mengkaji atau menganalisis makna.
Semantik adalah cabang ilmu yang terdapat dalam linguistik. Menurut Ridwan 1995:1 linguistik adalah studi kajian atau ilmu yang objeknya adalah bahasa. Oleh karena
itu, semantik tidak terlepas dari bahasa. Hubungan semantik dan linguistik sangat erat karena semantik dengan fenomena
sosial dan kultur pada dasarnya memang sudah selayaknya terjadi. Disebut demikian karena aspek sosial dan kultur sangat berperan dalam menentukan bentuk-bentuk, perkembangan
maupun perubahan makna kebahasaan Aminuddin, 1988:24. Dalam teori semantik digunakan jenis-jenis makna. Sebuah kata disebut mempunyai
makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif Chaer, 1995:65. Positif dan negatifnya nilai sebuah kata sering kali terjadi sebagai akibat
digunakannya referen kata sebagai sesuatu yang positif, maka akan bernilai rasa positif. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif akan bernilai rasa negatif. Makna konotatif
akan lebih berhubungan dengan nilai rasa kita, apakah perasaan senang, jengkel, jijik dan sebagainya.
Begitu pula halnya dengan makna pada suatu idiom. Di dalam sebuah idiom terkandung bukan hanya makna kamus tapi juga makna majas, bukan hanya arti kata-kata
yang sebenarnya tetapi juga arti kiasan yang merupakan garapan semantik dan juga pengajaran semantik.
A Chaedar Alwasilah 1990:150 mendefinisikan idiom adalah grup kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda makna tiap kata dalam grup itu.
Universitas Sumatera Utara
Setiap kata mungkin artinya sederhana tetapi setelah disatukan banyak idiom memiliki arti yang tidak dapat disimpulkan dari arti setiap bagian kata tersebut. Pendapat ini
didukung oleh pernyataan seorang ahli linguistik Jepang, Miyaji Yutaka 1984:238 yang mengatakan bahwa:
慣用句は単語の二つ以上の連結体であって、その結びつきが比較的固く、全 体で決まった意味を持つ言葉だという程度のところが、一般的な共通理解になって
いるだろう。
Kanyoku wa tango no futatsu ijo no renketsutai de atte, sono ketsubi tsuki ga hikakutekikoku, zentai de kimatta imi o motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippantekina
kiyotsurikai ni natte iru darou. `Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih, yang mempunyai perpaduan kata-
kata yang relatif sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti yang tetap, sehingga menjadi suatu pengertian umum `.
Arti dari satu idiom tidak ditentukan oleh arti kata yang membentuk idiom. Idiom telah memperoleh arti yang dikhususkan untuknya. Arti idiom harus diteliti bersama dengan
bentuk dan fungsi, dengan demikian idiom dapat diaplikasikan dalam fungsi yang benar ketika seseorang berkomunikasi.
Pada bagian latar belakang masalah telah dijelaskan bahwa semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Salah satu objek kajian semantik yaitu
makna idiom. Makna dimaksud adalah makna unsur bahasa, baik dalam wujud morfem, kata atau kalimat. Unsur bahasa yang disebut kata yang sering didengar atau dibaca biasa disebut
lambang symbol. Lambang dalam semiotik biasa disebut dengan tanda sign. Oleh karena lambang memiliki beban yang disebut makna dan makna merupakan objek semantik,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan lambang itu sendiri disebut tanda dalam semiotik, maka ada alas an untuk membicarakan kedudukan semantik dalam semiotik Mansoer Pateda, 2001:25.
Telah dikatakan semiotik adalah teori tentang sistem tanda. Nama lain semiotik adalah semiologi semiology dari bahasa Yunani semeion yang bermakna tanda, mirip
dengan istilah semiotik. Semiologi dan semiotik kedua-keduanya mempelajari tanda. Dalam hal ini, penulis mencoba menjelaskan sedikit kaitan antara idiom dengan teori semiotik.
Begitu pula dengan idiom 気が付くki ga tsuku, dimana kata “ki” dituliskan dengan huruf Kanji 気 yang menyatakan perasaan dan merupakan tanda yang berarti bahwa huruf Kanji 気
tersebut tidak dapat digantikan dengan huruf Kanji yang lain. Begitu pula halnya dengan kata tsuku yang mengikuti kata “ki” yang bermakna melekat dan dituliskan dengan huruf Kanji 付
く tsuku.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggolongkan semiotik tersebut digolongkan dalam semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Sebab,
kata “ki” dalam novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi tidak lain hanya memiliki makna perasaan.
Maka, skripsi ini bertitik tolak dari teori Miyaji Yutaka yang berisi penjelasan tentang idiom dan contoh-contoh idiom yang biasa digunakan sehari-hari. Dalam penyusunan idiom,
penulis berpedoman pada novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi dimana penulis hanya menganalisis makna idiom yang terbentuk dari kata “ki” saja.
Dalam menganalisis makna idiom tersebut, penulis menggunakan konsep gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat Sutedi, 2003:107. Penulis dalam
skripsi ini juga menggunakan konsep makna kiasan, karena dalam idiom terdapat adanya makna kias atau makna yang tidak sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian